Saat Area Pemakaman Menjadi Sarana Bermain dan Berkumpul
Taman pemakaman umum tidak lagi menjadi tempat menyeramkan bagi sebagian anak-anak. Terbatasnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadikan lahan pemakaman seakan taman kota yang indah dan teduh bagi mereka.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·6 menit baca
Kurangnya ruang terbuka hijau di DKI Jakarta memaksa anak-anak menjadikan taman pemakaman umum sebagai area bermain. Pengamat tata kota menilai, keberadaan ruang terbuka hijau di DKI Jakarta masih tidak ideal sehingga perlu perluasan secepatnya.
Minggu (17/9/2023) sore, sekumpulan anak-anak bermain layangan dan sepak bola di area Taman Pemakaman Umum (TPU) Grogol Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat. Hampir saban sore mereka berkumpul di tanah kuburan itu. Selain bermain, mereka juga bercanda dan berbincang. Obrolan silih berganti, dari membahas pemain sepak bola Tanah Air, gim daring yang sedang asyik digandrungi, hingga tugas sekolah.
Permainan berjalan begitu mengasyikkan, seakan mereka sedang berada di tanah lapang nan hijau tanpa batu nisan. Salah satu anak yang tengah bermain layangan, Andi (10), mengaku tak begitu menghiraukan banyaknya gundukan tanah itu.
Andi mengatakan, jarak tanah lapang untuk bermain jauh dari rumahnya sehingga ia menjadikan TPU sebagai tempat bermain sehari-hari. Dulu, ia sempat takut untuk bermain di sana. Namun, lambat laun, Andi mulai terbiasa. Keceriaan dan kebersamaan dengan teman-temannya dapat menangkis kesan horor pada tempat pemakaman.
Lelah bermain, beberapa anak-anak tersebut membeli minuman dingin di sudut lain makam. Bak sebuah tempat wisata, terdapat tiga pedagang makanan dan minuman berjejer di TPU Grogol Kemanggisan. Ada pula pedagang yang wira-wiri mengelilingi area makam untuk menjajakan dagangannya.
Berbeda dengan teman-temannya yang tengah bermain bersama, Alif (12) memilih duduk di atas salah satu makam sembari bermain gim daring di gawainya. Ia mengatakan lebih nyaman bermain di makam daripada di rumah. Meski terkadang ia digigit serangga, itu tak menjadi masalah baginya.
Tidak hanya anak-anak, para remaja hingga orangtua juga turut menghabiskan sore sembari saling berbincang di area makam. Warga Palmerah, Kuswanto (57), mengatakan, sudah tidak ada lahan kosong di pemakaman TPU Grogol Kemanggisan. TPU tersebut hanya menerima pemakaman tumpang, yaitu jenazah dimakamkan di liang lahat yang sama dengan jenazah sebelumnya.
Oleh sebab itu, warga sekitar sudah menganggap TPU sebagai tempat bermain dan berkumpul layaknya taman kota. Kuswanto mengakui bahwa kegiatan mereka di TPU sebenarnya tidak elok. Akan tetapi, tidak ada tanah lapang yang sejuk di dekat tempat tinggalnya.
”Yang penting kesadaran diri warganya saja, seperti tidak membuang sampah sembarangan di TPU, tidak merusak makam, dan tidak merusak tanaman,” ujarnya.
Pemandangan serupa terjadi di TPU Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Salah satu anak yang tengah bermain di TPU Tanah Kusir, Dafa Fahriza (10), mengatakan, hampir setiap sore ia berada di sana. Orangtuanya pun tidak memarahinya karena warga sekitar sudah biasa berkumpul dan bermain di TPU Tanah Kusir.
Akan tetapi, banjir sering merendam kawasan TPU Tanah Kusir. Saat terjadi banjir, Dafa dan kawan-kawan harus merelakan untuk tidak bermain di sana dalam beberapa hari hingga airnya surut.
Banyaknya warga yang berkerumun di sekitar TPU Tanah Kusir membuat banyak penjual mengais rezeki di sana. Namun, minimnya tempat sampah membuat sampah berserakan di jalanan dan beberapa area makam.
Percepat perluasan
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menilai, penambahan RTH di DKI Jakarta masih sedikit dalam 20 tahun terakhir sehingga perlu percepatan untuk melakukan perluasan.
Menurut Nirwono, untuk mempercepat penambahan atau perluasan bisa dilakukan dengan sejumlah cara. Di antaranya, melakukan penghijauan bantaran jalur hijau di tepian 13 sungai utama di Jakarta, penghijauan di 13 koridor bantaran rel kereta api, serta revitalisasi di tepian danau atau waduk, seperti di Taman Waduk Pluit.
Membangun taman lingkungan yang baru juga harus dilakukan, bukan hanya merevitalisasi atau memperindah taman yang sudah ada. (Nirwono Joga)
Strategi lain yang dapat dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk memperluas RTH ialah mengembalikan fungsi kawasan. Saat ini, tak dapat dimungkiri bahwa banyak RTH yang sudah terkonversi menjadi kawasan bisnis ataupun kawasan permukiman.
”Membangun taman lingkungan yang baru juga harus dilakukan, bukan hanya merevitalisasi atau memperindah taman yang sudah ada,” lanjutnya.
Selain itu, pembangunan taman atap atau roof garden dan taman dinding atau vertical garden juga dinilai baik untuk dilakukan. Namun, hal tersebut tidak signifikan menambah luas RTH kota karena tidak bisa membantu menyerap air secara alami di lingkungan sekitar.
Nirwono menambahkan, taman yang ada di gedung-gedung bertingkat hanya berfungsi untuk penghuninya saja sehingga kurang berdampak bagi masyarakat luas. Menurut dia, masih perlu beberapa pembenahan dalam pengelolaan hutan kota atau RTH. Ia pun menyarankan Pemprov DKI Jakarta agar banyak belajar tentang standar panduan pengelolaan hutan kota di beberapa kota di negara lain, seperti Melbourne (Australia) dan Tokyo (Jepang).
”Pemerintah harus mengoptimalkan pengembangan dan memaksimalkan pemanfaatan RTH sebagai penyerap polusi udara, penyerap air alami, serta pengendali banjir,” kata Nirwono.
Berdasarkan data Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, luas ruang terbuka hijau di Jakarta saat ini mencakup 5,18 persen dari luas wilayah secara keseluruhan. Jumlah itu masih jauh dari amanat undang-undang yang sebesar 30 persen.
RTH di DKI Jakarta sebesar 33,33 juta meter persegi atau 33,33 kilometer persegi. Jumlah itu mencakup 5,18 persen dari luas Jakarta yang mencapai 664,01 kilometer persegi.
Berdasarkan jumlah obyek, ada 2.307 RTH, 1.710 jalur hijau, 1.335 taman lingkungan, 140 belum diketahui, 133 taman interaktif, 123 hutan kota, 114 pemakaman, 77 taman kota, 18 lapangan olahraga, 17 kebun bibit, dan 10 taman rekreasi.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, komitmen penambahan kawasan hijau di DKI Jakarta terus dilakukan melalui penataan kawasan di setiap kelurahan serta didukung melalui konsistensi penanaman pohon setiap minggu.
”Kami akan terus berupaya untuk menambah RTH di Jakarta. Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta juga masih banyak memiliki ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai RTH. Dalam waktu dekat, beberapa di antaranya akan dibangun taman, yaitu di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat,” kata Heru.
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta terus berupaya menghijaukan kembali Jakarta guna mencapai target RTH seluas 30 persen. Pada 2023, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta telah membangun taman seluas 67.327 meter persegi di empat wilayah.
Rinciannya, tiga lokasi dengan total luas 12.319 meter persegi di Jakarta Barat, 11 lokasi dengan total luas 32.587 meter persegi di Jakarta Selatan, tujuh lokasi dengan total luas 16.568 meter persegi di Jakarta Timur, dan dua lokasi dengan total luas 5.853 meter persegi di Jakarta Utara. Pemprov DKI Jakarta juga menanam 10.474 pohon di RTH dan jalur hijau.
Banyaknya gedung pencakar langit dan jutaan kendaraan berlalu lalang setiap hari, DKI Jakarta perlu area hijau untuk menetralisir udara dan sebagai tempat berkumpul warga yang nyaman. Oleh sebab itu, kehadiran RTH sangat penting bagi masyarakat, terutama anak-anak.