Curhat Warga Tangsel Terdampak Perbaikan Jembatan Kali Cantiga di Ceger Raya
Kendati menyambut baik perbaikan jembatan Kali Cantiga di Ceger Raya, sejumlah warga mengharapkan proses perbaikan bisa berlangsung cepat untuk memudahkan mobilitas dan usaha mereka di kawasan tersebut.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Warga mengharapkan proses revitalisasi jembatan Kali Cantiga di Jalan Ceger Raya, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten, bisa diselesaikan dengan cepat. Selain berkaitan dengan penanganan genangan air dan banjir, hal ini juga berkaitan dengan dampak pengerjaan jembatan pada mobilitas serta kegiatan usaha warga di kawasan tersebut.
Akibat pengerjaan peninggian jembatan sepanjang 5 meter tersebut, lalu lintas di kawasan tersebut dialihkan ke sejumlah jalur alternatif. Sejumlah pelaku usaha di sepanjang jalan di sekitar jembatan pun harus tutup sementara.
Dalam keterangan tertulisnya, Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Tangerang Selatan menargetkan revitalisasi jembatan bisa rampung dalam waktu tiga bulan. Pengerjaan jembatan telah dimulai sejak 28 Agustus 2023 dan ditargetkan rampung pada 27 November 2023.
Senin (4/9/2023) sekitar pukul 08.00, suasana lalu lintas di sejumlah ruas jalan alternatif tampak lebih ramai dari biasanya. Sementara di sekitar Jalan Ceger Raya yang ditutup hanya terdapat aktivitas beberapa warga sekitar serta pekerja revitalisasi jembatan.
”Air di Kali Cantiga sering merembes di jalan sepanjang tahun. Air kehitaman dari limbah rumah tangga dan sering menimbulkan bau busuk menyengat. Di musim hujan air meluber lebih luas lagi menggenangi jalan. Semoga pembangunannya bisa tuntas cepat sebelum musim hujan lagi,” Farida, warga yang tinggal di sekitar Jalan Ceger Raya.
Kondisi keramaian lalu lintas di Jalan Ceger Raya kini pindah ke sejumlah ruas yang menjadi jalan alternatif. Sejumlah ruas jalan seperti Jalan Jurang Mangu Barat, Jalan Pondok Jati Raya, Jalan Permai Raya, dan sejumlah jalan gang di sekitar jalan tersebut menjadi jalur alternatif bagi mobil kecil dan sepeda motor.
Memasuki jam sibuk seperti seperti bagi pagi, pelintas jalur alternatif kini saling berjibaku dengan warga setempat di jalan yang memiliki lebar sekitar 3 meter. Sementara tampak pula pengendara sepeda motor memanfaatkan sejumlah gang sempit berukuran kurang dari 1 meter sebagai jalan alternatif.
”Jalanan makin ramai. Dulunya jalanan hanya ramai saat jam tertentu, tetapi kini karena jadi jalan utama. Ramainya jadi sepanjang hari. Semoga pembangunannya tidak molor,” kata Maurip (59), warga yang tinggal di Jalan Pondok Jati Raya, Kelurahan Jurang Mangu Barat.
Pengalihan arus yang baru berlangsung beberapa hari ini menimbulkan kebingungan bagi sejumlah pelintas di jalan alternatif. Fachrian, pengendara sepeda motor, kebingungan usai memasuki gang jalan alternatif di Jalan Jurang Mangu Barat.
”Di depan ada spanduk pemberitahuan yang diikuti. Namun, saat sudah masuk gang kecil seperti ini justru spanduknya tidak ada. Kami sebagai pelintas jadi bingung,” ujarnya.
Hal yang sama diutarakan Zulfikar, pengemudi ojek online yang kerap melewati jalan tersebut. Dia menyoroti kepadatan jalan di sejumlah jalan alternatif. Zulfikar berharap saat sibuk jam tertentu, yakni pagi dan sore, ada petugas dari dishub yang mengatur lalu lintas.
Bahkan, sejumlah pengguna kendaraan bermotor meresahkan kondisi jalan alternatif yang tersedia juga terdapat proses pengerjaan revitalisasi lainnya. ”Tadi saat lewat di jalan alternatif yang disediakan ternyata di sana sedang ada pengerjaan selokan. Jika sudah begitu, akhirnya jalan semakin macet. Apalagi tidak ada petugas yang berjaga,” kata pengendara sepeda motor lainnya, Abdul Toha.
Dengan sejumlah dampak yang ditumbulkan, warga berharap proses revitalisasi jembatan di Jalan Ceger Raya bisa selesai lebih cepat. Hal tersebut berkaitan dengan berkurangnya aktivitas warga di kawasan tersebut membuat pelaku usaha ikut terdampak.
Yatima, pedagang warung kelontong, mengutarakan, omzetnya anjlok sejak proyek pengerjaan jembatan dimulai. Dia kini hanya berharap dari transaksi para pekerja revitalisasi jembatan.
Dia juga menunjukkan sejumlah bangunan milik pelaku usaha lain di samping dan depan warungnya yang ikut tutup. Tampak di sepanjang jalan yang kini aksesnya tertutup tersebut terdapat sejumlah usaha warga, seperti warung makan, bengkel, hingga sejumlah toko kelontong.
”Harapannya kalau bisa lebih cepat. Toh, jembatannya juga tidak terlampau panjang. Kalau sampai tiga bulan, seperti kami ini bisa tutup permanen,” katanya.
Jalanan makin ramai. Dulunya jalanan hanya ramai saat jam tertentu, tetapi kini karena jadi jalan utama. Ramainya jadi sepanjang hari. Semoga pembangunannya tidak molor.
Acong (63), tukang bengkel yang berada di kawasan tersebut menyayangkan pengerjaan terkesan yang lamban. Menurut dia, dengan kondisi jembatan yang tidak terlalu panjang seharusnya pembangunan bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari tiga bulan.
”Pengerjaannya terkesan lambat. Sepertinya para pekerjanya lebih banyak istirahat dari pekerjaannya. Jangan sampai pembangunan molor lebih dari tiga bulan, bisa-bisa usaha kami bisa ikutan tutup,” ujar Acong.