Presiden Instruksikan Evaluasi dan Perbaiki Gangguan LRT
Ini merupakan kali pertama Indonesia memiliki moda transportasi LRT yang digerakkan secara otomatis tanpa masinis. Selain itu, LRT tersebut juga merupakan produk dalam negeri yang harus berani untuk digunakan.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seusai diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, moda transportasi Lintas Rel Terpadu atau LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi masih mengalami sejumlah gangguan, seperti keterlambatan hingga gangguan pada pintu. Menanggapi masih terjadinya gangguan tersebut, Presiden Jokowi menegaskan bahwa evaluasi dan perbaikan gangguan akan terus dilakukan.
”Bahwa ada kekurangan, ya, itu koreksi. Bahwa ada kekurangan, itu akan kita evaluasi dari INKA (produsen kereta), evaluasi dari KAI (PT Kereta Api Indonesia),” ujar Presiden Jokowi dalam keterangan pers seusai membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVIII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI), di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, Kamis (31/8/2023).
Menurut Presiden, ini merupakan kali pertama Indonesia memiliki moda transportasi LRT yang digerakkan secara otomatis tanpa masinis. Selain itu, kata Presiden Jokowi, LRT tersebut juga merupakan produk dalam negeri yang harus berani untuk dicoba dan digunakan oleh bangsa Indonesia.
”Semuanya dioperasikan lewat operation control center di Bekasi. Jadi, saya ulang lagi, kalau kita tidak berani menggunakan produk dalam negeri, untuk dalam hal ini LRT, kapan kita akan mencoba? Kapan kita akan berani memulai?” ujarnya.
Lebih lanjut Presiden Jokowi mencontohkan, kereta cepat TGV (Train à Grande Vitesse) di Perancis atau kereta cepat Shinkansen di Jepang juga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjadi seperti sekarang. Oleh karena itu, Presiden mendorong semua pihak agar dapat terus mendukung produk dalam negeri.
”Jangan mem-bully produk kita sendiri. Siapa lagi yang mau bangga kalau enggak kita sebagai pemakai? Ya ndak? Bahwa kadang ada macetnya, ya, perbaiki, bahwa ada kekurangan desain, perbaiki. Memang harus seperti itu,” tambah Presiden Jokowi.
Kalau kita tidak berani memulai, dan setiap ada kekurangan kita langsung ’bully’, orangnya, kan, tidak berani mencoba membuat sesuatu.
Presiden juga mencontohkan proses pembuatan mobil di Jepang yang juga dilakukan secara bertahap. ”Apa buat mobil langsung bagus seperti sekarang ini? Berpuluh tahun. Shinkansen juga berpuluh tahun. TGV juga sama seperti itu. Saya ngerti karena saya datang ke mereka, mengetahui tahapan-tahapannya. Kalau kita tidak berani memulai, dan setiap ada kekurangan kita langsung bully, orangnya, kan, tidak berani mencoba membuat sesuatu,” ucapnya.
Berdasarkan keterangan dari PT Kereta Api Indonesia, antusiasme masyarakat dalam mencoba LRT Jabodebek sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (28/08/2023) cukup tinggi. Sampai dengan hari kedua, volume penumpang LRT Jabodebek mencapai 28.925 orang.
Masih masa uji coba
Ketika diminta tanggapannya, Djoko Setijowarno, akademisi Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, menegaskan bahwa masa satu bulan setelah peresmian LRT tidak bisa dikategorikan sebagai masa operasi LRT yang sesungguhnya. ”Sebenarnya masih masa uji coba sampai dengan akhir bulan September. Sebab, jumlah rangkaian keretanya juga belum semuanya diberikan sertifikasi,” ujar Djoko.
Hingga pekan ini, LRT baru mengoperasikan sebanyak 12 rangkaian. Pekan depan, rangkaian tersebut akan bertambah 4 rangkaian hingga bisa mencapai 27 rangkaian pada akhir September. ”Pemerintah mestinya berterus terang bahwa sekarang masih uji coba meski sudah launching bukan berarti full operasi,” ujar Djoko.
Wajar jika masih alami gangguan
Hingga saat peresmian, uji coba full dinamis penumpang juga belum dilakukan. Uji coba yang dilakukan baru sebatas full penumpang statis. Djoko menilai, adalah hal yang wajar kalau masih ada sistem LRT yang mengalami gangguan. Performa optimal dari LRT baru akan bisa dirasakan oleh masyarakat pada akhir September mendatang.
Sebagai sebuah angkutan publik massal, Djoko menambahkan bahwa pelayanan LRT Jabodebek tidak bisa bersifat tunggal, tetapi harus terintegrasi, dari hulu hingga hilir, praperjalanan (first mile), selama perjalanan, dan pascaperjalanan (last mile). Aksesibilitas ke 310 kawasan permukiman dan komersial harus ada untuk memberikan kemudahan bagi pengguna LRT Jabodebek.