Diresmikan, LRT Jabodebek Terintegrasi dengan Moda Transportasi Lain
Presiden Joko Widodo meresmikan pengoperasian LRT Jabodebek, Senin pagi ini. LRT Jabodebek melengkapi angkutan umum perkotaan yang sudah hadir sebelumnya. Masyarakat dimudahkan dengan integrasi fisik dan layanan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan pengoperasian LRT Jabodebek. Angkutan umum perkotaan berbasis rel itu menambah pilihan moda angkutan umum bagi masyarakat sehingga diharapkan mendorong peningkatan penggunaan angkutan umum.
Penjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Senin (28/8/2023), seusai menjajal naik LRT Jabodebek setelah peresmian oleh Presiden Joko Widodo mengungkapkan, kehadiran LRT Jabodebek melengkapi transportasi publik yang telah dibangun Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta, yaitu Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta, kereta rel listrik (KRL), dan kereta bandara. Lalu yang dibangun Pemprov DKI, yaitu LRT Jakarta dan Transjakarta.
”Hari ini, LRT Jabodebek telah diresmikan oleh Presiden Jokowi. Setelah melewati masa uji coba, LRT Jabodebek ini resmi beroperasi melayani masyarakat. Kami harap, kehadiran LRT Jabodebek bisa memudahkan dan mempercepat perjalanan masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari,” kata Heru Budi.
Senada dengan pesan yang disampaikan Presiden Jokowi dalam peresmian LRT Jabodebek, Heru Budi juga berharap masyarakat semakin banyak yang beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik sehingga, penggunaan transportasi publik pun meningkat. Hal ini akan berdampak pada penurunan polusi udara dan pengurangan kemacetan lalu lintas.
Dalam keterangan resmi Kementerian Perhubungan disebutkan, dalam peresmian itu Presiden Joko Widodo menjajal LRT Jabodebek dari Stasiun Harjamukti ke Stasiun Cawang dan menjajal trayek Stasiun Cawang menuju Stasiun Dukuh Atas.
Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi dan bangga kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian pembangunan proyek LRT Jabodebek. Dengan diresmikannya LRT Jabodebek, hasil karya anak bangsa tersebut sudah bisa beroperasi dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
”Kita selalu masuk sebagai 10 besar kota yang termacet di dunia. Setiap hari masuk 996.000 kendaraan ke Jakarta setiap harinya. Oleh karena itu macet, polusi juga selalu ada di Jakarta. Oleh sebab itu kenapa dibangun MRT, LRT, KRL, Transjakarta, BRT, kereta bandara, yaitu agar masyarakat kita semua beralih dari transportasi pribadi ke transportasi massal," ujar Presiden.
Presiden Jokowi mengaku upaya mengalihkan masyarakat ke transportasi massal memang tidak mudah. Sebagai contoh, penggunaan MRT yang kapasitas maksimalnya 180.000 penumpang, saat ini rata-rata kapasitasnya baru 80.000 penumpang.
Seperti diketahui, LRT Jabodebek merupakan penugasan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dijalankan oleh Kementerian Perhubungan didukung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian BUMN, Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan dan kementerian/lembaga terkait lainnya, serta pemerintah daerah dan semua elemen masyarakat sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 49 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Proyek LRT Jabodebek disebutkan merupakan tonggak sejarah yang akan memberikan dampak besar bagi pertumbuhan dan kemajuan negara.
Pada kesempatan yang sama, Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan, kehadiran LRT Jabodebek menjadi wujud nyata dari modernisasi transportasi publik. Dengan penggunaan teknologi tinggi yang semakin mumpuni, diharapkan pelayanan moda transportasi publik menjadi semakin andal, selamat, aman, dan nyaman.
Budi Karya Sumadi juga menyatakan, LRT Jabodebek sudah terintegrasi dengan berbagai moda transportasi lain di Ibu Kota dan sekitarnya. Di antaranya, yaitu dengan Kereta Rel Listrik (KRL), Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, juga Mikortrans yang bergabung dalam sistem angkutan terintegrasi JakLingko. Nantinya LRT Jabodebek juga akan berintegrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Budi Karya berharap, konsep pembangunan transportasi publik di kawasan Jabodetabek yang terintegrasi satu sama lainnya, dapat menjadi contoh pengembangan di kota-kota lainnya.
Beroperasi di dua line, Cibubur Lina dan Bekasi Line, LRT Jabodebek menerapkan sistem pembayaran cashless menggunakan Kartu Uang Elektronik (KUE) Transportasi yang sudah ada. Di antaranya KMT, Kartu Uang Elektronik ataupun dompet digital.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Erni Sylviane Purba menjelaskan, untuk memudahkan pengguna angkutan umum, KAI Commuter telah menyiapkan layanan dan fasilitas integrasi di stasiun-stasiun yang terintegrasi dengan layanan LRT Jabodebek, di antaranya di Stasiun Cawang dan Stasiun Sudirman. Di Stasiun Cawang sudah terintegrasi dengan Stasiun LRT Cikoko, adapun di Stasiun Sudirman sudah terintegrasi dengan Stasiun LRT Dukuh Atas.
Selain integrasi fisik, Purba menambahkan, integrasi pembayaran tiket antara KRL dan LRT Jabodebek juga sudah terintegrasi. Pengguna Commuter Line yang akan menggunakan LRT Jabodebek atau pun sebaliknya bisa menggunakan Kartu Multi Trip (KMT) untuk sistem pembayaran tiketnya.
Seperti diketahui, KMT merupakan uang elektronik dengan sistem saldo yang diterbitkan oleh KAI Commuter untuk memberikan kemudahan bertransaksi pembayaran tiket Commuter Line. Masyarakat bisa membeli KMT dengan harga Rp 40.000 yang sudah termasuk saldo Rp 10.000 di stasiun Commuter Line dan Stasiun LRT.
Untuk melakukan isi ulang saldo KMT, masyarakat bisa melakukannya di loket-loket stasiun ataupun melalui Aplikasi C-Access yang dapat diunduh di ponsel pintar berbasis Android yang sudah di lengkapi dengan fitur NFC.