Jurus Jitu Warga Lindungi Diri dari Kepungan Polusi
Sejumlah masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menghindari polusi udara di Ibu Kota, misalnya membawa bekal makan siang saat bekerja, menghindari jalanan ramai dan macet, serta menjaga pola hidup sehat.
Buruknya kualitas udara di Jakarta memaksa masyarakat untuk mencari cara demi bertahan dalam kepungan polutan. Membawa bekal makan siang saat bekerja hingga menjaga pola hidup sehat menjadi cara yang ditempuh masyarakat agar terhindar dari bahaya polusi udara yang mengancam kesehatan manusia.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, Minggu (20/8/2023) pukul 09.00 WIB, Jakarta mencatatkan konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM 2,5) sebesar 63,2 mikrogram per meter kubik. Pada waktu tersebut, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Ibu Kota tercatat berada pada angka 155.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan rata-rata konsentrasi per tahun dari PM 2,5 tidak boleh melebihi 10 mikron per meter kubik. PM 2,5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron atau 30 kali lebih kecil dari sehelai rambut manusia.
Baca juga: Polusi Udara Jakarta Mengancam Kesehatan Warga
Hidup berdampingan dengan polusi udara Ibu Kota membuat sejumlah masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menghindarinya. Karyawan swasta di Jakarta Pusat, Arifah Zakiyah (25), misalnya. Ia mengurangi aktivitas di luar ruangan dengan membawa bekal makan siang saat bekerja.
”Kebetulan kantor tempat saya kerja tidak memiliki kantin. Jadi, saya harus keluar untuk membeli makanan saat jam makan siang. Untuk itu, saya membawa bekal agar tidak perlu keluar dan terhindar dari polusi udara,” ujar Arifah.
Arifah juga memilih untuk selalu memakai masker, bahkan saat malam hari. Sebab, buruknya polusi udara kerap terpantau meski hari sudah gelap. Apalagi, ia sensitif terhadap debu dan kotoran.
Lain halnya dengan warga Jakarta Selatan, Masayu Pramesti (20). Mahasiswi semester lima tersebut memilih untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, di antaranya makan makanan sehat dan bergizi, rajin cuci tangan, serta istirahat yang cukup.
”Sekarang saya juga memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan seperti brokoli, alpukat, dan jeruk. Saya pernah membaca artikel kalau makanan yang mengandung antioksidan tinggi bisa melawan efek buruk polusi udara,” kata Masayu.
Baca juga: Warga Terpaksa Mandiri Lindungi Diri dari Polusi
Hidup sehat tidak hanya ia terapkan terhadap pemilihan makanan. Masayu memilih untuk berjalan kaki atau naik sepeda sebagai cara menuju ke kampus. Ia biasanya mencari jalan pintas agar lebih dekat dan terhindar dari balutan polusi kendaraan bermotor. Selain itu, juga untuk menghindari jalanan macet dan ramai.
Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutritional Biochemistry, sayuran seperti wortel dan seledri dapat melindungi tubuh dari akumulasi akrolein, iritasi paru-paru, dan kulit dengan bau tidak sedap. Itu banyak ditemukan dalam asap rokok dan knalpot mobil atau sepeda motor.
Jae Kyeom Kim yang merupakan asisten profesor Kesehatan dan Nutrisi Perilaku di University of Delaware menekankan pentingnya menerapkan perubahan perilaku dalam pola makan sebagai solusi untuk memerangi penumpukan zat beracun yang berasal dari polusi udara. Ia mengatakan, sayuran famili Apiaceae dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan peradangan yang diinduksi akrolein.
Saran para ahli
Sejumlah ahli, salah satunya dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur, Erlina Burhan, menyarankan masyarakat untuk sebisa mungkin menghindari aktivitas di luar ruangan, terlebih di saat jam sibuk pergi dan pulang kerja. Jika harus keluar, lebih baik tetap menggunakan masker tiga lapis yang memenuhi standar.
Saat di dalam ruangan pun disarankan untuk menyalakan filter penyaring udara atau alat penjernih udara (air purifier). Penggunaan air purifier juga harus sesuai dengan anjuran pemakaian.
Baca juga: Beragam Jurus Mandiri Menghadapi Polusi Udara
”Dalam pemakaiannya, penting memperhatikan clean air delivery rate (CADR) untuk mengukur efektivitas pembersih udara berdasarkan ruang kamar dan volume udara bersih yang dihasilkan per menit. Ini yang menentukan seberapa banyak udara bersih disediakan oleh air purifier,” kata Erlina.
Selain air purifier dan filter udara, masyarakat juga bisa memanfaatkan tanaman hias yang diletakkan di dalam ruangan untuk mengurangi polusi udara. Perokok juga perlahan harus berhenti merokok agar tidak memperparah polusi udara (Kompas.id, 11/8/2023).
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia sekaligus dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Narila Mutia Nasir, menganjurkan masyarakat untuk tidak membuka jendela terlalu lebar di rumah, terutama jika lokasi rumah berdekatan dengan jalan umum.
Selain itu, saat polusi udara memburuk, masyarakat tidak dianjurkan untuk berolahraga di luar ruangan. Masyarakat harus menghindari berolahraga di dekat area lalu lintas. Lebih baik untuk memindahkan alat atau melakukan olahraga di dalam ruangan dan selalu menggunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan.
Baca juga: Uji Emisi Jadi Prioritas Atasi Polusi Udara
Dalam catatan Kementerian Kesehatan, 4 dari 10 penyakit penyebab kematian terbanyak merupakan penyakit pernapasan yang salah satunya disebabkan oleh polusi udara. Empat penyakit itu antara lain paru obstruktif kronis (PPOK) ada 145 kejadian dengan 78.300 kematian, kanker paru 18 kejadian dengan 28.600 kematian, pneumonia 5.900 kejadian dengan 52.500 kematian, dan asma 504 kejadian dengan 27.600 kematian.
Adapun dari data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan, selama 2023, setiap bulan, rata-rata ada 100.000 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dari total 11 juta penduduk di Ibu Kota.