Maknai Kemerdekaan dengan Donor Darah demi Kemanusiaan
Dulu para pejuang mengorbankan darah di palagan demi kemerdekaan. Kini, sebagian warga mendonorkan darah demi kemanusiaan.
Matahari mulai tinggi saat tujuh pendonor memasuki Unit Transfusi Darah RS Kanker Dharmais di Jakarta Barat. Mereka kompak mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing.
Kedatangan mereka tak hanya menyemarakkan peringatan HUT Ke-78 RI di rumah sakit khusus kanker itu, Kamis (17/8/2023). Terselip pesan berani donor darah itu baik. Salah satunya donor trombosit yang sangat dibutuhkan pasien kanker, tetapi jumlahnya masih terbatas.
Mula-mula mereka bergantian mendaftarkan diri. Kemudian berlanjut ke pemeriksaan kesehatan. Setelah memenuhi syarat, satu per satu menempati tempat tidur yang tersedia untuk pengambilan darah melalui mesin aferesis.
Metode aferesis memungkinkan darah dari dalam tubuh dialirkan ke kantong darah. Selanjutnya diproses oleh mesin untuk memisahkan trombosit dan komponen darah lainnya dikembalikan ke dalam tubuh. Seluruh proses itu membutuhkan waktu 40-90 menit.
Ngurah Agung Mulyahartha (61), salah satu pendonor, anteng di tempat tidur. Tangan kirinya meremas-remas bola karet agar aliran darah kian lancar sehingga memudahkan proses donor trombosit.
Pensiunan ini langsung kembali dari pelayanan di Bali begitu sudah ada jadwal donor trombosit. Donor yang bertepatan dengan peringatan kemerdekaan ini merupakan donor darah yang ke-222 kali, termasuk trombosit.
”Saya percaya ini (donor darah) korban suci. Berbagi kepada sesama yang membutuhkan tanpa pandang SARA. Darah untuk kehidupan. Kehidupan enggak ada nilainya,” ucap Ngurah.
Dia rutin mendonorkan darah sejak mahasiswa. Saat itu, donor darah berlangsung tiga bulan sekali. Lalu, seiring waktu menjadi dua bulan sekali, dan sekarang setiap dua pekan sekali mendonorkan trombosit.
Semangat Ngurah terus berkobar karena keyakinan bahwa semua orang mempunyai darah, tetapi belum tentu semua orang bisa mendonorkan darah. Bagi dia, berbagi atau donor darah itu untuk hidup dan kehidupan. Artinya, sekalipun dia mati nanti, darahnya tetap hidup di dalam diri orang lain.
”Dulu pejuang mengorbankan darah, sekarang kita bisa berbagi darah untuk kemanusiaan. Kantong darah sangat dibutuhkan, tetapi pendonor masih sedikit. Ayo donor darah,” kata Ngurah.
Baca juga: Kemeriahan HUT RI ala Penggiat Komunitas Dayung di Jakarta
Semangat yang sama dimiliki Hanif (27). Karyawan swasta itu sudah 43 kali mendonorkan darah, termasuk trombosit. Selain di RS Kanker Dharmais, dia juga mendonorkan darah di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Donor trombosit ini sangat diperlukan pasien yang terganggu sistem pembekuan darahnya karena sering mendapatkan pengobatan dengan radiasi, kemoterapi, atau cangkok stemsel, leukemia, kanker, kelainan darah serta demam berdarah dengue (DBD).
Ketika ada informasi donor trombosit melalui grup percapakan Yayasan Laskar Aferesis Berbagi, dia langsung berebut mendaftar. ”Pengin begitu (donor darah) karena belum bisa berikan dampak besar (kontribusi) ke masyarakat. Ini langkah kecil saya untuk terus membantu sesama,” ujar Hanif.
Hanif tak sendiri. Setidaknya ada 20 pendonor trombosit yang berpartisipasi dalam perayaan kemerdekaan kali ini. Semuanya merupakan Laskar Aferesis, julukan bagi pendonor yang tergabung dalam Yayasan Laskar Aferesis Berbagi.
Aferesis
Dalam laman Palang Merah Indonesia Jakarta, https://utdpmidkijakarta.or.id/faq/donor-trombosit/, disebutkan satu kantong donor trombosit aferesis setara dengan 6-10 kantong donor trombosit biasa. Trombosit sendiri adalah komponen dalam darah yang berperan penting untuk pembekuan darah.
Donor trombosit ini sangat diperlukan pasien yang terganggu sistem pembekuan darahnya karena sering mendapatkan pengobatan dengan radiasi, kemoterapi, atau cangkok stemsel, leukemia, kanker, kelainan darah serta demam berdarah dengue (DBD).
Dalam sebulan, di RS Kanker Dharmais, misalnya, membutuhkan sampai 500 kantong trombosit. Setiap pendonor biasanya mendonorkan 1 kantong berisi trombosit sebanyak 300 cc.
Baca juga: Suasana Rangkaian Peringatan HUT Ke-78 RI di Silang Monas
Salah satu lembaga pendonor rutin di RS Kanker Dharmais berasal dari Yayasan Laskar Aferesis Berbagi. Jumlah pendonor berkisar 100-120 orang per bulan. Bahkan, ada satu orang di yayasan itu yang mendonorkan trombosit lebih dari satu kantong.
”Teman-teman sukarela mendonorkan trombosit. Jumlahnya bisa mencapai 70 persen dari kebutuhan rumah sakit,” ujar Kepala Divisi Komunikasi dan Informasi Yayasan Laskar Aferesis Mila Rahmania.
Namun, Mila dan Laskar Aferesis tak berpuas diri. Mereka terus berupaya mengenalkan donor trombosit agar jumlahnya bisa melebihi kebutuhan atau stoknya aman. Caranya dengan menjaring pendonor melalui media sosial yayasan, pertemuan rutin, sosialisasi, dan kerja sama dengan pihak lain.
Enceng Nurul Fajar (43) salah satunya. Warga dari Ciekek di Pandeglang, Banten, ini rutin mendonorkan darah sekaligus jadi pegiat yang turut menjaring warga setempat untuk mendonorkan darah.
Wiraswasta ini biasanya mendonorkan darah di Pandeglang, Kota Serang, dan RS Kanker Dharmais. Jika tengah menjaring pendonor, dia akan menjemput warga dalam radius 1-10 km saat ada kebutuhan mendesak dari rumah sakit di Pandeglang.
”Satu per satu saya ajak ke sini untuk rasakan donor trombosit,” kata Enceng.
Sama juga dengan Agus (48). Dia sudah 153 kali mendonorkan darah, termasuk trombosit. Donor darah dilakukannya sejak tinggal di Semarang, Jawa Tengah, sampai kini pindah ke Jakarta.
Dia begitu bersemangat dan berharap pendonor terus bertambah banyak. Belakangan ini, dia tengah membujuk keluarganya untuk menjadi pendonor.
”Sekarang keluarga bilang nanti dulu Pak. Sendiri dulu, tetapi saya terus bujuk,” kata Agus.
Suasana donor darah itu berlangsung penuh gelak tawa. Mereka saling bersenda gurau hingga tak terasa satu per satu selesai mendonorkan trombosit. Mereka pun menyempatkan untuk berfoto bersama.
Merayakan Kemerdekaan RI dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, mereka memaknainya dengan berbagi bagi sesama. Pagi hingga siang itu, semua punya satu harapan, kian banyak pendonor darah demi kemanusiaan.