Akses ke Stasiun, Salah Satu Kunci Sukses LRT Jabodebek
Kesuksesan LRT Jabodebek membutuhkan dukungan akses dan integrasi antarmoda. Tanpa itu, cita-cita angkutan umum menarik pengguna kendaraan pribadi akan sirna.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·5 menit baca
Operasional LRT Jabodebek sudah di depan mata. Namun, sejumlah kalangan masih meragukan akses yang nyaman menuju dan dari stasiun LRT Jabodebek. Pejalan kaki di sekitar Cibubur Junction, misalnya, mesti berhati-hati agar tidak tersambar kendaraan yang melintas. Di akhir Juli 2023, kenyamanan dan keamanan pejalan kaki di seputar wilayah ini masih jadi dari layak. Padahal, disinilah salah satu simpul naik-turun penumpang LRT Jabodebek.
Begitu Kompas turun dari bus nonBRT Transjakarta rute BKN - Cibubur, otomatis kaki langsung melangkah menyeberang ke arah pusat perbelanjaan yang terletak persis di seberang halte nonBRT.
Sambil melangkah, mata sibuk mencari-cari papan petunjuk menuju Stasiun LRT Harjamukti. Sejauh mata memandang, tak terlihat petunjuk menuju stasiun. Bertanya kepada sesama pejalan kaki belum juga membuahkan hasil.
Akhirnya Kompas kembali memilih menyeberang keluar menuju Taman Wiladatika dari gerbang yang persis berada di tikungan jalan. Jalan itu merupakan akses menikung setelah keluar tol.
Di sini, tantangan yang dihadapi adalah aneka kendaraan yang melaju kencang. Upaya menyeberang harus sangat ekstra hati-hati.
Tepat di depan gerbang Wiladatika, terlihat sejumlah pengojek daring berkumpul. Di titik itu memang tidak ada marka penyeberangan dan tidak ada papan petunjuk menuju stasiun. Setelah turun dari bus Transjakarta lalu menyusuri trotoar untuk menuju gerbang Wiladatika dari sisi seberang pusat perbelanjaan pun amat tidak aman.
Tepat di ujung pertigaan itu, angkot-angkot biru tua berhenti begitu saja, lalu berjalan lurus. Ada juga mikrotrans JAK 73 dan JAK 28 yang beroperasi di sana.
Tantangan berikutnya adalah menyusuri jalur trotoar tepat dari pertigaan di depan Cibubur Junction itu menuju Stasiun Harjamukti. Jarak tempuh kurang lebih satu kilometer. Sementara ruas jalan yang bersisian dengan trotoar sempit saja, hanya cukup untuk mobil dan angkot.
Calon penumpang LRT Jabodebek kelak harus pintar-pintar mengatur waktu keberangkatan, juga memilih moda angkutan yang dipakai menuju stasiun.
Maria Regina (30), warga Cibubur mengatakan, dari rumah di belakang kawasan Wiladatika, ia naik angkot menuju halte nonBRT Transjakarta menuju halte BKN. Lalu lintas di sekitar halte itu sangat padat.
“Kalau nanti LRT beroperasi, saya menduga area tempat halte Transjakarta yang juga dilewati jalur angkot atau mikrotrans, ataupun taksi-taksi akan menjadi sangat padat dan ruwet,” katanya.
Perjalanan menuju stasiun LRT Harjamukti juga terlalu jauh meski saat ini trotoar sudah lebar dan rapi. Bagi pengguna yang belum tahu, dari lantai bawah pusat perbelanjaan Cibubur Junction sudah ada semacam terowongan yang menghubungkan pusat perbelanjaan itu dengan jalur trotoar itu.
Kompas hampir saja melewati terowongan yang terletak sekitar 200 meter dari titik gerbang Wiladatika itu saat menyusuri trotoar sejauh 1 kilometer itu. Lagi-lagi tidak ada penanda yang memudahkan orang untuk mengakses terowongan itu. Melihat posisinya, terowongan selebar empat meter yang terletak di bawah jalur tol itu aman untuk menyeberang. Orang tidak perlu takut keserempat atau tertabrak kendaraan gara-gara menyeberang.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno juga menggarisbawahi akses menuju dan dari stasiun-stasiun LRT Jabodebek kebanyakan belum berkeselamatan. Akses di Stasiun LRT TMII, misalnya, membawa orang langsung tumpah ke jalan raya. Lokasi antar dan jemput penumpang juga masih menggunakan bahu jalan.
“Diperkirakan akan terjadi kemacetan di jalan depan Stasiun TMII. Angkutan umum sebaiknya melakukan aktivitas di halaman stasiun dan tidak mengganggu lalu lintas kendaraan di jalan,” ujarnya.
Di titik itu, menurut Djoko, perlu ada jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menghubungkan ke Taman Anggrek TMII. Itu akan berguna bagi mereka yang akan menggunakan angkutan umum juga yang parkir kendaraan.
Di Stasiun Dukuh Atas, akses orang menuju stasiun sudah ada JPM yang berawal dari Stasiun Sudirman. Namun untuk penumpang yang berpindah dari halte Transjakarta Dukuh Atas masih menjadi PR, karena selain trotoar yang sempit juga penumpang harus ekstra hati-hati karena harus melintas menyeberangi area lintasan bus-bus Transjakarta.
Ariani Soekanwo dari Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) menyatakan, akses bagi penyandang disabilitas di Stasiun Dukuh Atas berupa lift dari bawah menuju lantai gerbang pembayaran. Namun untuk perpindahan moda ke Transjakarta, akses menuju halte masih sempit dan harus berhadapan dengan bus-bus yang melaju.
Mengutip Studi Standarisasi Fasilitas Integrasi dalam Proses/Kegiatan Perpindahan Moda pada Simpul Transportasi (2022), jelas Djoko, aspek keselamatan dalam integrasi moda meliputi keselamatan lalu lintas dan keselamatan umum. Keselamatan lalu lintas berupa jalur pejalan kaki, penataan jalur pejalan kaki yang lebar, nyaman, dan inklusif dengan lebar minimal 1,5 meter.
Jalur penyeberangan berupa zebra cross atau pelican crossing, JPO, atau terowongan penyeberangan orang. Lalu juga ada pagar pengaman. Pada jalur pejalan kaki yang bersebelahan dengan jalur kendaraan dipasang pagar dengan tinggi minimum 0,9 meter.
Lalu juga ada perkerasan jalur pejalan kaki, perkerasan dengan ubin/beton/aspal/paving block yang tidak licin. Rambu keselamatan, pada jalur penyeberangan kedua sisi jalan (dengan alat pemberi isyarat dan control rambu pada pelican crossing. Lalu juga ada marka jalan yang berupa jalur penyeberangan atau zebra cross.
Djoko menyatakan, LRT Jabodebek perlu melengkapi stasiun-stasiun dań area menuju dań dari stasiun, serta aksesnya dilengkapi dengan penanda yang memudahkan pergerakan.
Selain itu, LRT Jabodebek juga mesti menyediakan fasilitas integrasi moda. Di antaranya berupa fasilitas jalur pejalan kaki, fasilitas jalur sepeda, fasilitas parkir atau park and ride, dan fasilitas perpindahan moda bagi penyandang disabilitas.
Kepala Divisi LRT Jabodebek M Purnomosidi mengatakan, pihaknya terus membuka komunikasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengatasi aksesibilitas dari dan ke stasiun LRT Jabodebek. Harapannya, penumpang bisa nyaman mengakses stasiun dengan aneka pilihan moda angkutan.
Sejumlah lokasi stasiun maupun di sekitar stasiun juga sudah dilengkapi dengan area parkir kendaraan bagi penumpang LRT.