Jadi Korban Percobaan Pembunuhan Anak Sendiri, Munir Memaafkan
Rifki membunuh ibu kandungnya dan melukai ayahnya, Munir. Kini, ia mendekam di penjara. Munir memilih ikhlas menerima ketidaksempurnaan keluarganya. Ia bahkan berharap anaknya itu dijatuhi hukuman ringan.
Mustahil menjadi orangtua yang sempurna. Bagaimanapun orangtua pasti berusaha keras melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya. Demikian pelajaran yang diambil Munir seusai anak sulungnya melukainya dan merenggut nyawa istrinya.
Sudah tiga hari Bakti Azis Munir (48) beristirahat di salah satu ruang perawatan di Gedung Dr Hardja Samsurja di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Luka akibat pukulan pegangan golok di belakang kepalanya masih ditutupi perban, demikian juga luka di punggung tangannya akibat tebasan senjata tajam yang dilayangkan anak sulungnya, Rifki Azis Ramadan (23).
Kunjungan beberapa tetangga pada Minggu (13/8/2023) siang menghiburnya yang tengah dirundung ujian terbesar dalam biduk rumah tangganya. Tragedi pada Kamis (10/8/2023) pagi di kediamannya, di Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat, tidak hanya melukai dirinya, tetapi juga membuat istrinya, SW (43), meninggal secara tragis di tangan darah dagingnya sendiri.
Pengusaha pemilahan limbah kertas itu tidak menyangka kejadian ini akan menjadi puncak cekcok antara Rifki dan ibu-bapaknya pada malam sebelumya. Cekcok itu bermula ketika Munir dan istri mempertanyakan uang senilai puluhan juta yang diduga hilang karena kesalahan manajemen Rifki.
Baca juga: Sakit Hati, Dua Anak Buah Bunuh Majikan di Jakarta Barat
Mahasiswa jurusan manajemen semester lima di salah satu perguruan tinggi di Depok itu memang dipercaya sang ayah untuk mengurus keuangan usaha keluarganya setahun belakangan.
”Saya beri akses pembayaran, pagi ambil token, lalu serahkan ke ibunya. Tapi, tiga hari itu mungkin ada pemakaian disembunyikan, yang tidak diketahui ibunya. Itu sudah saya bereskan, saya bilang ’Ya sudah, enggak masalah. Kalau harta bisa dicari, tapi keutuhan keluarga yang utama. Tapi, kamu jujur ke keluarga, buat apa sih uang sebanyak itu’,” tutur Munir.
Munir mengaku dirinya memang protektif terhadap perkembangan satu-satunya anak lelaki di keluarga. Namun, ia tidak menyangka, didikannya kepada anak pertama dari dua bersaudara itu mengakibatkan sakit hati terus tumbuh dalam diri Rifki.
”Mungkin ada miskomunikasi. Menurut saya, itu seharusnya enggak membuat dia sakit hati karena secara prosedur pekerjaan enggak ada penekanan, bicara keras, dan intimidasi. Cuma mungkin karena pergaulan di luar, kita tidak tahu. Dia sendiri di rumah baik-baik saja,” ucapnya.
Pembunuhan berencana
Kenyataannya, Rifki menaruh dendam yang mendalam sehingga tega melukai ibunya secara membabi buta dengan puluhan tusukan pisau di dapur rumahnya. Sang ibu meninggal di tempat dalam kondisi bersimbah darah.
Kemudian, Rifki juga hampir menghabisi nyawa ayahnya di dalam kamar dengan sebuah golok. Beruntung, teriakan Munir saat bergelut dengan anaknya membuat orang di luar rumah segera menghampiri mereka. Kejadian itu pun dilaporkan warga ke Kepolisian Sektor (Polsek) Cimanggis, Depok.
Berdasarkan kronologi kejadian, memang ke arah pada kesengajaan. Yang bersangkutan juga ingin menyasar ayahnya, sampai sempat mengunci ayahnya di kamar berdua dengannya.
Kepala Polsek Cimanggis Komisaris Arief Budiharso, saat dikonfirmasi, mengatakan, mereka kini telah menahan Rifki setelah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan berencana yang melanggar Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Ia terancam hukuman minimal 10 tahun dan maksimal hukuman mati.
”Berdasarkan kronologi kejadian, memang ke arah pada kesengajaan. Yang bersangkutan juga ingin menyasar ayahnya, sampai sempat mengunci ayahnya di kamar berdua dengannya,” katanya.
Salah satu motif pembunuhan berencana itu adalah sakit hati karena dituduh menghilangkan uang usaha. Dalam keterangannya kepada polisi, Rifki mengaku uang yang dimaksud bukan diambil, melainkan memang belum ada pembayaran dari konsumen kepada mereka.
Tidak hanya itu, Rifki juga mengaku memendam sakit hati sejak kecil karena sering dimarahi kedua orangtuanya. ”Saya menaruh kebencian. Setiap harinya menangis, tapi harus pura-pura kuat. Mungkin mereka melampiaskan apa yang terjadi sama mereka ke saya,” katanya di hadapan wartawan dalam konferensi pers, Jumat (11/8/2023), di Polsek Cimanggis.
Bagaimanapun, ia menyesali perbuatannya terhadap kedua orangtuanya. ”Saya sangat menyesal atas apa yang sudah saya lakukan kepada ibu saya. Lalu, kepada ayah saya, saya juga minta maaf, maafkan saya, saya tidak bisa membendung emosi saya. Saya tidak bisa menahan rasa jengkel saya,” tuturnya.
Baca juga: Kakek 72 Tahun Cabuli Anak SD di Ruang Publik di Jakarta Timur
Munir kini memilih mengikhlaskan tragedi ini. Ketiadaan istri karena ulah anak sendiri ia anggap sudah menjadi takdir. Demikian hukuman yang harus dihadapi Rifki karena perbuatannya. Bagaimanapun Munir tidak ingin menuntut hukuman berat untuk anaknya seiring permintaan maaf yang telah diucapkan.
”Enggak ada manusia lahir sempurna, itu enggak ada. Lebih banyak salah daripada benarnya. Bagaimanapun ini sudah terjadi, kehendak Yang Mahakuasa. Saya berharap dia dapat hukuman seringan-ringannya, kelak jadi orang yang mawas diri, lalu bisa jadi orang bermanfaat buat orang banyak,” ucap Munir dalam harap.