Kebakaran di Kapuk Muara Hanguskan 400 Rumah dan 1.109 Warga Terdampak
Sebanyak 400 unit rumah semipermanen ludes terbakar di Jalan Kapuk Muara, menyebabkan 1.109 warga terdampak. Peristiwa itu merupakan yang kelima kali terjadi di sana.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 400 rumah semipermanen di kawasan padat penduduk di RT 001 RW 003 Jalan Kapuk Utara 2, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, ludes terbakar. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut.
Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran Jakarta Utara, Abdul Wahid mengatakan, kebakaran 400 rumah itu menyebabkan sekitar 200 keluarga atau 1.109 warga terdampak.
”Berdasarkan pendataan, ada 1.109 warga terdampak kebakaran. Tidak ada laporan korban jiwa. Tetapi, ambulans stand by,” kata Abdul, Minggu (30/7/2023) malam.
Abdul melanjutkan, dugaan sementara kebakaran itu karena pemanas air listrik dari listrik di samping Masjid Nurul Huda di RT 001 RW 003. Dugaan arus pendek listrik itu menyambar sebuah gudang.
Petugas pemadam kebakaran, kata Abdul, saat ini sekitar pukul 21.00 masih di lokasi untuk proses pendinginan terutama di sekitar gudang yang menyimpan produk kimia yang mudah terbakar itu.
Sampai pukul 18.00-19.00 masih ada sejumlah titik api menyala dan masih menimbulkan asap pekat hitam. Aliran listrik di Jalan Kapuk Muara 2 pun masih padam.
Asap pekat di sekitar lokasi kebakaran membuat jarak pandang sangat terbatas dan menimbulkan perih di mata serta sesak jika terlalu lama menghirupnya. Sebagian warga yang tak terdampak kebakaran menjauhi lokasi.
Petugas pemadam kebakaran masih bergantian berusaha menjinakkan api. Banyak dari petugas mengaku sesak napas dan mata perih meski sudah mengenakan masker.
Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran Jakarta Utara Abdul Wahid mengatakan, kebakaran terjadi sekitar pukul 09.00. Tak lama setelah mendapatkan laporan pada 09.25, pihaknya langsung menerjunkan lima kendaraan pemadam kebakaran.
Namun, kebakaran di daerah itu cukup besar sehingga mereka menambah jumlah personel dan mobil pemadam kebakaran.
”Awalnya lima unit, lalu kami tambah 15 dan tambah lagi 25 dengan 140 personel. Di awal, kami langsung fokus untuk evakuasi dan pemadaman (permukiman) dahulu, daerah ini cukup padat,” ujar Abdul.
Kebakaran cukup besar itu terjadi karena banyak bangunan rumah berbahan kayu atau semipermanen dan angin cukup kencang sehingga api cepat menyebar.
Selain bangunan rumah dari kayu, kebakaran besar juga disebabkan adanya gudang yang menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar. Dari informasi warga, gudang yang ikut terbakar itu menyimpan tiner.
”Warga terevakuasi semua dan api terlokalisir pukul 11.49 sehingga tidak merambat ke rumah warga lainnya, itu prioritas kami. Baru setelah itu kami lokalisir gudang agar tidak merambat ke bangunan lainnya. Asap pekat itu salah satunya dari gudang itu,” tutur Abdul.
Sering terjadi
Kebakaran di sekitar RW 003 pada Minggu pagi itu bukan pertama kali terjadi. Nanda Irwan (22) menuturkan, setidaknya peristiwa kebakaran sudah terjadi lima kali. Kebakaran kali ini merupakan yang terbesar. Kebanyakan rumah di RW 003 berbahan kayu.
Dari sejumlah kebakaran tersebut, tidak hanya ketakutan dan trauma, tetapi juga kerugian material besar bagi Nanda dan keluarganya.
”Kebakaran sebelumnya, rumah dan rumah kontrakannya hangus terbakar. Tiga kali bangun rumah kontrakan, tiga kali pula habis hangus. Setiap bangun kontrakan habis sekitar Rp 250 juta. Heran kenapa, kok, sering terbakar kawasan ini,” katanya.
Meski mengalami kerugian, Nanda bersyukur keluarganya selamat dari peristiwa kebakaran. Nanda dan sejumlah warga menduga kebakaran bermula dari salah salah satu rumah warga yang penghuninya lupa mematikan kompor.
”Tahunya api sudah gede, dia sepertinya telat memberi tahu warga. Katanya lupa matikan kompor dan (api) sudah merambat, (api) sudah lumayan gede. Beberapa warga cepat untuk padamkan api, tapi cepat banget api besar dan nyambar rumah lainnya. Akhirnya (saya) menyelamatkan diri,” tuturnya.
Warga yang lainnya yang menjadi korban yaitu Sofian Cacan (29). Ia duduk terdiam di pos ronda dengan mata memerah, napasnya pun terputus-putus. Ia masih merasa kesakitan karena punggungnya tertimpa balok kayu.
Wajahnya tampak kebingungan karena barang-barang yang berhasil ia selamatkan hilang. ”Ada televisi, surat-surat, dan barang rumah tangga lainnya saya bawa. Barang itu yang bisa diselamatkan. Sementara tabungan enggak berhasil saya bawa. Nah, Saya simpan barang itu di depan gerbang rumah warga. Saya tinggal sebentar untuk cari adik saya. (Saat saya) balik, (barangnya) sudah enggak ada,” tutur Cacan yang sudah tinggal mengontrak di daerah itu sejak Oktober 2022.
Kontrakan 70 pintu tempat Cacan, istri, dan adiknya tinggal itu kini tinggal puing-puing. Ia tak tahu ke depan harus tinggal di mana karena tak lagi menyimpan uang. ”Malam ini tidur di mana juga enggak tahu,” katanya.
Cacan dan korban kebakaran lainnya berharap pemerintah bisa segera menyalurkan bantuan dan memberikan hunian sementara.