Lawan Jeratan Utang Bank Keliling dengan Sampah
Bank sampah tidak hanya bisa menampung sampah untuk diolah dan menghasilkan uang tunai. Di RW 004 Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, bank sampah juga menghindarkan ketergantungan pengusaha warung pada lintah darat.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F28%2F8f1e3130-56ff-4e91-890f-7f8797ae350c_jpg.jpg)
Petugas Bank Sampah Kenanga RW 004, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, menerima sampah yang dikumpulkan anggotanya, Kamis (27/7/2023).
Sampah botol plastik minuman kemasan dalam tiga karung beras ukuran 50 kilogram dan beberapa bundel kardus karton dikeluarkan Indrawati (44) dari dalam warungnya, Kamis (27/7/2023) sore. Warga RT 015 RW 004 itu sebelumnya sudah mengabarkan kepada pengelola Bank Sampah Kenanga agar sampah tersebut segera diangkut.
Petugas Bank Sampah Kenanga datang membawa beberapa kantong wadah sampah daur ulang dan alat timbang untuk menghitung langsung bobot sampah yang telah dipilah Indrawati. ”Baru tiga hari lalu kami ambil sampah di sini. Hari ini sudah harus diambil lagi," kata Tarjono, salah seorang petugas pengangkut sampah bank sampah itu.
Setelah ditimbang, sampah yang diserahkan Indrawati kepada pengelola bank sampah itu mencapai 6 kilogram (kg), terdiri dari 3 kg kardus dan 3 kg botol plastik. Berat sampah itu lalu langsung dikonversi ke dalam rupiah, sesuai harga per kilogram dua jenis barang yang diterima. Indrawati pun mendapat kurang dari Rp 15.000.
Namun, hasil penjualan sampah itu tidak diterima Indrawati dalam bentuk uang tunai. Angka itu dicatatkan di buku tabungan sebagai cicilan pinjaman. Sebulan lalu, ia meminjam uang Rp 500.000 dari bank sampah untuk modal mengembangkan warungnya, dari yang hanya menjual sembako kini menambah etalase minuman dingin.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F28%2Fb665fdf6-f7d1-4444-b421-59de03404dbd_jpg.jpg)
Indrawati (44), anggota Bank Sampah Kenanga, menunjukkan buku tabungan sampah di warungnya di RT 015 RW 004, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (27/7/2023). Ia juga menjadi salah satu pemilik warung yang menerima fasilitas pinjaman usaha dari Bank Sampah Kenanga.
Fasilitas ini ia dapat karena mengikuti program Warung Lestari tahun lalu, setelah tercatat sebagai anggota bank sampah sejak November 2021. Setelah mengajukan pinjaman, ia bisa mencicil dengan uang hasil penjualan sampah anorganik bernilai. Tempo pelunasan tiga bulan atau lebih, tergantung negosiasi dengan bank sampah.
”Pinjam di bank sampah tanpa bunga, bayar cuma pakai sampah. Selama ini sudah dapat tiga kali pinjaman,” ujarnya.
Pinjaman ini sangat membantu usaha dan keuangannya yang kerap dibayangi jasa pinjaman uang yang menjeratnya dengan cicilan berbunga tinggi. Selama tiga tahun membuka usaha warung, ia beberapa kali harus berutang pada pihak yang disebut ”bank keliling” atau ”bank sobek”.
Bank ini menawarkan kemudahan berutang, namun dengan bunga yang tidak masuk akal, bisa sampai seperlima nilai pinjamannya. Agen bank keliling pun menagih cicilan setiap hari. ”Misalnya, kita pinjam Rp 1 juta, jadi bayar Rp 1,2 juta. Kudu dibayar setiap hari. Biasanya (pinjam) buat usaha atau buat beli kebutuhan yang lain,” katanya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F28%2F95310f3a-e62d-4560-aeef-da1f950e66b1_jpg.jpg)
Warung Lestari yang merupakan anggota Bank Sampah Kenanga di RW 004, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (27/7/2023).
Saat ini, Indrawati mengaku masih memiliki tunggakan utang dengan bank keliling. Namun, ia lebih memilih meminjam di Bank Sampah Kenanga daripada terus-terusan terjerat lintah darat.
Di sisi lain, ia sangat senang dengan konsep menghasilkan uang dari mengumpulkan sampah. Sebelum membuka warung di daerah itu, ia juga suka mengumpulkan sampah untuk dijual kepada pelapak sampah.
Kini, sebagai pemilik warung di antara tempat usaha lain, kardus hingga sampah botol juga selalu menumpuk di tempatnya. Bahkan, sejak menjadi anggota bank sampah, ia sering mendapat titipan sampah pilahan dari tempat usaha di sekelilingnya. ”Sampah ini dari yang pada beli minum di warung, terus ada dari bengkel, pedagang mi ayam, tetangga juga suka kasih botol plastik. Ada berapa aja saya taruh di dalam toko atau saya pungutin langsung. Ada berapa aja saya ambil, yang penting bisa jadi duit,” katanya.
Baca juga : Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Jakarta Capai Triliunan Rupiah
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F28%2Ff454d914-00c0-4efc-b4c0-fddb40e6210a_jpg.jpg)
Petugas Bank Sampah Kenanga RW 004, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, mengangkut sampah botol plastik yang telah disisihkan dan dijual pemilik warung, Kamis (27/7/2023).
Selain harus rajin mengumpulkan sampah untuk dapat melunasi utang, Indrawati juga diwajibkan bank sampah untuk mengingatkan pembeli agar mengurangi penggunaan sedotan atau kemasan minuman plastik sekali pakai. Bank sampah pun memodali Indrawati dan warung-warung lain dengan ratusan sedotan ramah lingkungan dari tepung beras setiap bulan.
Indrawati sendiri masih menyediakan sedotan plastik sekali pakai. Ia juga belum mampu mengurangi penggunaan kemasan minuman plastik untuk memaksimalkan pengurangan sampah. Namun, sebagaimana diwajibkan bank sampah, ia harus bisa mengedukasi pembeli agar menggunakan alat makan yang bisa digunakan berulang. ”Kami rayu-rayu pembeli dengan bilang ini sedotan ramah lingkungan. Dia mau pakai atau enggak, yang penting kami jelasin,” pungkasnya.
Bantuan berkelanjutan
Ketua Bank Sampah Kenanga Nurpiah menjelaskan, Warung Lestari menjadi salah satu program andalan yang dihadirkan Bank Sampah Kenanga. Sejak dibuat tahun 2021, ada 16 warung yang bergabung dalam program yang memberi pinjaman usaha dengan cicilan sampah tersebut. Program ini berangkat dari keprihatinan Nurpiah pada warung-warung kecil yang kerap terlilit utang.
”Banyak warung di lingkungan saya terkena peminjaman bank sobek, bank keliling. Program bank sampah mengurangi itu masuk ke tempat saya, selain agar warung mau mulai mengedukasi pembeli agar mengurangi plastik sekali pakai,” ungkapnya.
Anggota Warung Lestari juga bagian dari 666 anggota bank sampah. Setiap anggota diimbau memilah sampah anorganik yang bernilai jual. Ketika sudah menumpuk dalam jumlah cukup, pengurus bank sampah akan menjemput sampah itu ke rumah para anggota untuk kemudian ditimbang dan dicatat hasil penjualannya.
Hasil penjualan sampah itu kemudian dicatat di buku tabungan. Sesuai kesepakatan bersama, hasil tabungan sampah selama setahun akan dikeluarkan dalam bentuk sembako pasca-Idul Fitri.
”Paling banyak waktu itu pernah nasabah kami dapat Rp 1 juta setahun. Kami akan beri reward kepada penabung paling banyak dengan uang kas kami yang berlebih, nilainya bisa ratusan ribu rupiah untuk kami belikan lagi sembako,” katanya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F28%2F56a2cbc7-15c2-4878-9eb9-75dc1f3978d5_jpg.jpg)
Nurpiah, Ketua Bank Sampah Kenanga, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara
Selain Warung Lestari dan tabungan sampah, Bank Sampah Kenanga juga menyediakan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD). Saat ini tercatat ada 30 anak balita yang menjadi murid di sekolah yang dibangun di lahan Bank Sampah Kenanga berada. Uniknya, untuk bisa bersekolah di sana, orangtua murid cukup membayar dengan sampah yang bernilai Rp 50.000 per bulan.
”Ini kelebihan kalau nabung di bank sampah juga. Uang hasil menjual sampah ke kami bisa dipotong untuk biaya sekolah di sini,” lanjut perempuan kelahiran 1972 itu.
Penghargaan
Setiap bulan, Bank Sampah Kenanga menerima rata-rata 40 kg sampah anorganik dari setiap rumah. Juni lalu, mereka bahkan mampu menjual 3.270 kg sampah ke Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan pengepul sampah lainnya. Selain menjual sampah, mereka juga mengolah sebagian sampah organik, seperti dedaunan dan sisa makanan, menjadi pupuk hingga ekoenzim yang bisa dijual kembali ke masyarakat.
Pencapaian itu terjadi berkat inisiatif Nurpiah yang membangkitkan lagi bank sampah di lingkungannya pada 2021, setelah mati suri sekitar empat tahun. Dengan bantuan organisasi seperti Wahana Visi Indonesia dan Divers Clean Action melalui program Phinla dengan dukungan dari Pemerintah Jerman, Bank Sampah Kenanga mampu menunjukkan kemampuan dalam bidang pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular yang tidak hanya menguntungkan lingkungan, tetapi juga masyarakat.
Bank Sampah Kenanga pun mengalahkan sekitar 500 bank sampah lain di Ibu Kota dengan meraih penghargaan Bank Sampah Terbaik Tahun 2022 dalam Apresiasi Masyarakat Peduli Lingkungan 2022 yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Nurpiah menerima penghargaan itu dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 11 Oktober 2022.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F28%2F22297ef8-c449-4f3d-a9e5-41d3186bd06a_jpg.jpg)
Alat-alat untuk mengelola sampah organik di Bank Sampah Kenanga RW 004, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (27/7/2023). Hasil olahan sampah ini dijual kembali ke masyarakat.
Baca juga : Pegiat Ekonomi Sirkular di DKI Mendapat Rp 1 Juta-Rp 3,5 Juta
Jakarta saat ini memang mengupayakan agar pembangunan ekonomi mengedepankan aspek lingkungan berkelanjutan. Hal ini disampaikan Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Afan Adriansyah Idris saat dijumpai Festival Ekonomi Sirkular (FES) 2023, di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Rabu lalu.
”Pertumbuhan ekonomi kita perlu didorong secara cepat. Tapi, ada aspek lingkungan yang harus kita jaga. Kalau kita semua mau berkelanjutan, otomatis lingkungan hidup harus kita jaga kelestariannya,” ujarnya.
Dia pun menambahkan bahwa ekonomi sirkular merupakan solusi dari ekonomi yang mengedepankan keberlanjutan. Ekonomi sirkular adalah upaya mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto pada kesempatan yang sama mengakui, sebagian besar masyarakat masih asing dengan konsep ekonomi sirkular. ”Sampah itu kalau bisa dikelola dengan baik dari rumah. Selain kita akan ada manfaat untuk kesehatan, itu juga akan ada manfaat bagi kesehatan ekonominya,” kata Asep.
Kajian Otoritas Jasa Keuangan menemukan, potensi ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah di Jakarta bisa mencapai triliunan rupiah dan menciptakan 1,3 juta lapangan pekerjaan baru. Potensi ini tentu bisa terwujud jika 7.800 ton sampah yang dibuang warga Jakarta setiap hari bisa dikelola dengan baik oleh masyarakat.