Tarif LRT Jabodebek Rp 5.000 di Satu Km Pertama, Rp 700 di Setiap Km Berikutnya
Sebulan jelang operasi penuh akhirnya tarif LRT Jabodebek ditetapkan. Untuk tarif dasar 1 km pertama ditetapkan Rp 5.000, lalu untuk setiap km berikutnya Rp 700. Selain tarif, konektivitas antarmoda harus diperhatikan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satu bulan menjelang operasional penuh LRT Jabodebek, akhirnya Kementerian Perhubungan telah menetapkan tarif bagi LRT Jabodebek. Untuk 1 kilometer pertama dikenakan Rp 5.000 dan untuk setiap kilometer berikutnya masyarakat dikenakan Rp 700. Tarif dinilai wajar asalkan LRT Jabodebek juga memperhatikan akses first dan last miles, juga kantong parkir yang terjangkau.
Manager Public Relations Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo, Rabu (19/7/2023), mengatakan, keputusan terkait tarif itu tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 67 Tahun 2023 yang mengatur tarif angkutan orang dengan kereta api ringan terintegrasi di wilayah Jabodebek untuk melaksanakan kewajiban pelayanan publik.
Dalam keputusan tersebut disebutkan tarif LRT Jabodebek Rp 5.000 untuk 1 km pertama. Selanjutnya masyarakat dikenai Rp 700 setiap km berikutnya.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana mengungkapkan, tarif itu wajar dengan catatan. Lintas layanan LRT Jabodebek tahap awal ini ada tiga, lintas Cawang-Harjamukti diketahui sejauh 14,89 km, lintas Cawang-Jatimulya 18,49 km, dan lintas Cawang-Dukuh Atas 11,05 km.
Catatannya, lanjut Aditya, pemerintah sebaiknya tidak hanya berpikir soal tarif. Dengan tujan utama pengoperasian LRT Jabodebek akan terjadi peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum, yang harus hati-hati bukan sekadar memberikan tarif LRT yang terjangkau, tetapi juga bagaimana pemerintah menata angkutan umumnya supaya akses dari dan ke stasiun tarifnya terjangkau atau juga menyediakan park and ride dengan tarif flat yang juga terjangkau.
Pemerintah sebaiknya juga fokus ke penataan angkutan first miles dan last miles. Bagi penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi harus tersedia park and ride atau kantong parkir dengan tarif datar yang terjangkau.
”Kalau tarif parkir Rp 50.000, tarif LRT dikenakan Rp 20.000 akan membuat penumpang berpikir-pikir,” kata Aditya.
Kemudian, untuk penumpang dengan angkutan umum, apakah sudah tersedia Trans Patriot atau mikrotrans atau angkot menuju dan dari stasiun. Angkutan first dan last miles juga akan terjangkau, misalnya Rp 10.000 untuk angkutan awal atau first miles, kemudian untuk angkutan pulang atau last miles Rp 10.000.
Tarif juga diharapkan tidak akan naik dalam lima tahun. Tujuannya ialah terjadi peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi ke LRT Jabodebek.
”Catatan-catatan itu supaya terjadi shifting. Kalau tidak, tidak akan ada shifting juga,” ucapnya.
Dalam jangka panjangnya, lanjut Aditya, ia berharap KAI akan ikut dalam tarif terintegrasi Jaklingko. Dengan cara bergabung ke dalam tarif terintegrasi Jaklingko yang sekarang baru MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan Transjakarta, tarif LRT Jabodebek bisa lebih terjangkau untuk mereka yang terpaksa harus multimoda, atau harus berganti-ganti sejumlah moda angkutan umum dalam bermobilitas.
Terkait kemudahan bermobilitas para penumpang menuju dan melanjutkan perjalanan dari stasiun, Kuswardojo menambahkan, LRT Jabodebek berkolaborasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, serta pihak swasta dalam penyiapan konektivitas dengan transportasi lain di seluruh stasiun LRT Jabodebek.
”Seluruh stasiun LRT Jabodebek terkoneksi dengan moda transportasi lainnya, seperti Commuterline, MRT Jakarta, Trans Jakarta, Mikrotrans, Kereta Cepat Jakarta Bandung, Trans Patriot, dan angkutan kota,” tutur Kuswardojo.
Seluruh stasiun LRT Jabodebek yang berjumlah 18 stasiun telah terkoneksi dengan moda transportasi lainnya untuk memudahkan masyarakat dari dan menuju stasiun LRT Jabodebek. Ia merinci, Stasiun Harjamukti terkoneksi dengan Jaklingko.
Stasiun Ciracas terkoneksi dengan Jaklinko, Stasiun Kampung Rambutan terkoneksi dengan Transjakarta BRT, Jaklingko, Minitrans, dan Bus AKAP.
Stasiun TMII terkoneksi dengan Transjakarta BRT dan Jaklingko. Stasiun Dukuh atas terkoneksi dengan Commuterline, MRT Jakarta, Transjakarta BRT, dan KA Bandara.
Kemudian sejumlah stasiun terkoneksi dengan layanan BRT Transjakarta. Stasiun itu, antara lain, Stasiun Setia Budi, Stasiun Rasuna Said, Stasiun Kuningan, Stasiun Pancoran, Stasiun Ciliwung, Stasiun Cawang, dan Stasiun Cikoko.
Stasiun Cikoko juga terkoneksi dengan Commuterline. Stasiun Jati Mulya terkoneksi dengan Transpatriot dan angkutan kota.