Menanti Interkoneksi Sempurna di KBT Dukuh Atas
Dukuh Atas sebagai simpul transit yang dikembangkan sebagai kawasan berbasis transit, konektivitas menjadi kunci. MRT Jakarta tengah merampungkan JPM Dukuh Atas dan Transit Hub untuk menyediakan interkoneksi sempurna.
Konektivitas menjadi kunci dalam pengembangan kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, sebagai simpul transit aneka moda angkutan yang telah melayani Jakarta. Manajemen MRT Jakarta tengah merampungkan pembangunan jembatan penyeberangan multiguna atau JPM Dukuh Atas dan Transit Hub untuk menyediakan interkoneksi sempurna bagi pengguna angkutan umum.
Pada Kamis (6/7/2023), Kompas mendapat undangan mengikuti uji coba LRT Jabodebek bersama sejumlah jurnalis. Untuk menuju Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas yang menjadi lokasi pemberangkatan, kami sudah dihadang tantangan pertama.
Terletak di sisi Waduk Setiabudi Barat dan di seberang Kanal Banjir Barat, lokasi Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas saat ini masih membingungkan. Begitu keluar dari Stasiun MRT Dukuh Atas, disambung berjalan kaki menuju Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, melewati Terowongan Kendal, lalu menaiki tangga sebelum gerbang pembayaran Stasiun KRL Sudirman bisa berjalan lancar.
Begitu kaki menjejak Jalan Sudirman, mulai muncul kebingungan. Maka, bertanya kepada petugas sekuriti stasiun KRL bagaimana cara menuju Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas pun menjadi pilihan.
Ternyata, dari pintu masuk Stasiun KRL Sudirman di Jalan Sudirman masih perlu berjalan kaki menyeberangi Kanal Banjir Barat, menuruni area skateboard Dukuh Atas, dilanjutkan berjalan kaki menuju stasiun melewati Halte Transjakarta Dukuh Atas. Namun, perjalanan itu juga penuh tantangan.
Selain jalur pejalan kaki yang naik turun, juga tidak ada rambu penunjuk arah yang mengarahkan ke mana kita mesti berjalan. Saat berjalan kaki melewati halte juga mesti berhati-hati karena akan bertemu bus-bus Transjakarta yang hendak transit di Halte Dukuh Atas atau kendaraan yang lalu lalang.
Baca juga : Serambi Temu Dukuh Atas, Calon Wajah Baru Dukuh Atas
Sebagai kawasan yang terletak sangat strategis, di kawasan Segitiga Emas Jakarta, ada lima moda angkutan umum yang beroperasi melayani penumpang di Dukuh Atas. Sebutlah layanan MRT Jakarta, Transjakarta, kereta komuter, Kereta Api Bandara, dan yang tengah menjalani operasi terbatas LRT Jabodebek. Bayangkan pada jam sibuk pagi dan sore, penumpang dari lima moda itu tumpah ruah di kawasan Dukuh Atas, lalu berebutan transit mencari akses lanjutan.
Seiring dengan pengoperasian komersial MRT Jakarta pada 2019, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menugaskan MRT Jakarta mengelola sejumlah simpul transit berbasis stasiun MRT Jakarta sebagai kawasan berorientasi transit (KBT) atau transit oriented development (TOD). Salah satunya, TOD Dukuh Atas.
Peremajaan
Direktur Utama PT Integrasi Transportasi Jakarta (ITJ) Yulham Ferdiansyah Roestam, dalam kelas MRT Fellowship Program 2023, Rabu (12/7/2023), menjelaskan, dengan mengembangkan kawasan simpul transit sebagai kawasan berbasis transit, Pemprov DKI ingin meremajakan kembali kawasan di sekitar stasiun transit.
Dengan konsep TOD, orang bisa beraktivitas campuran di kawasan itu. Mereka bisa berkantor, tinggal, berbelanja, hingga berkegiatan di sekitar stasiun.
Sesuai prinsip konsep TOD, pengembangan lahan untuk kegiatan campuran diintegrasikan dengan stasiun transit dan dikoneksikan dengan jalur pejalan kaki. Itu untuk menunjang pergerakan menuju tujuan perjalanan dan mendorong orang menggunakan transportasi umum.
Baca Juga : TOD Diawali di Dukuh Atas
PT MRT Jakarta (Perseroda), yang mendapat penugasan dari Pemprov DKI Jakarta untuk mengelola kawasan berorientasi transit, menugaskan PT ITJ untuk melaksanakan pengelolaan dan pengembangan kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun MRT. PT ITJ merupakan anak perusahaan gabungan antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta).
Pemprov DKI sudah menetapkan lima simpul transit untuk dikembangkan dengan konsep TOD. Kelimanya ialah KBT Dukuh Atas, KBT Senayan-Istora, KBT Blok M-Sisingamangaraja, KBT Fatmawati, dan KBT Lebak Bulus. Setiap kawasan berorientasi transit dilengkapi dengan panduan rancang kota yang diatur melalui peraturan gubernur sebagai panduan detail mengembangkan TOD.
Pembangunan JPM Dukuh Atas sepanjang 215 meter diharapkan menjawab konektivitas itu. Jembatan yang memiliki tiga zona itu terentang dari Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, melewati sisi Waduk Setiabudi, lalu menyeberangi Kanal Banjir Barat dan berakhir di ujung selatan Stasiun KRL Sudirman.
Sesuai salah satu prinsip TOD, yaitu peningkatan konektivitas, PT MRT melalui anak perusahaannya bersama PT KAI, yaitu PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (PT MITJ), membangun sejumlah koneksi yang memudahkan pergerakan orang. Di KBT Dukuh Atas salah satunya adalah JPM Dukuh Atas yang disebut Serambi Temu Dukuh Ataș.
Menilik penataan kawasan Dukuh Atas, khususnya setelah ditata sebagai kawasan stasiun terintegrasi oleh PT MITJ pada 2020, kemudahan pergantian antarmoda angkutan umum sejauh ini baru menyentuh Stasiun MRT Dukuh Atas, Stasiun KRL Sudirman, dan Stasiun KA Bandara BNI City. Ketiganya terhubung Terowongan Kendal, area yang dulunya jalur kendaraan, lalu diubah sebagai plaza transit.
Adapun Transjakarta ada di atas, di Jalan Sudirman. Transjakarta juga pernah melewati Jalan Blora di ujung Terowongan Kendal saat proses pembangunan Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas. Namun, setelah stasiun selesai dan revitalisasi halte selesai, halte Transjakarta tetap terpisah.
Baca Juga : Kawasan Berorientasi Transit Dukuh Atas Diluncurkan PT MRT dan Pemprov DKI
Pembangunan JPM Dukuh Atas sepanjang 215 meter diharapkan menjawab konektivitas itu. Jembatan yang memiliki tiga zona itu terentang dari Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, melewati sisi Waduk Setiabudi, lalu menyeberangi Kanal Banjir Barat, dan berakhir di ujung selatan Stasiun KRL Sudirman.
JPM itu akan memberikan kenyamanan dan keselamatan dalam bertransit. Apalagi dari riset terkait kemampuan dan kemauan orang berjalan kaki sekitar 200 meter.
”Ada riset, orang kita punya kemampuan berjalan kaki sejauh 200 meter. Berjalan kaki 200 meter itu masih masuk akal. Tapi, lebih dari 200 meter sudah malas (berjalan kaki),” ujar Ferdiansyah. Bayangkan jika antarmoda tidak tersambung, orang harus memutar dua kali atau tiga kali lipat lebih jauh dari jarak seharusnya. Akhirnya orang tidak menggunakan angkutan umum.
Apalagi, ketika orang berjalan kaki terus tersandung, area pedestrian rusak, lalu ada jalur yang tak ditutup, serta banyak alasan lain, hal itu membuat orang malas ke stasiun dan malas menggunakan angkutan umum.
Konektivitas
Konektivitas menjadi penting karena dua prinsip pengembangan TOD adalah fungsi campuran dan kepadatan tinggi. Saat ini saja, dengan interkoneksi berupa Terowongan Kendal, lalu lalang orang transit pada jam sibuk pagi hari dan sore hari cukup padat.
”Kita bicara kurang lebih 5.000 orang di durasi pagi hari dan 5.000 orang di durasi sore hari,” ucap Ferdiansyah.
Baca Juga : JPM Dukuh Atas Ditargetkan Selesai 31 Juli, Diresmikan Presiden Jokowi 18 Agustus
Jam sibuk pagi hari itu pukul 06.00-09.00 dan jam sibuk sore hari pukul 17.00-20.00 atau 21.00. ”Jadi, dalam satu hari, pergerakan bersamaan yang terjadi pada jam sibuk itu ada 10.000 orang,” katanya.
Nantinya JPM, yang dimulai perencanaannya sejak 2021 dan dibangun dengan pendanaan kreatif, akan menjadi pilihan penumpang transit di kawasan itu. JPM Dukuh Atas, yang saat ini pembangunannya sudah 88 persen, akan menghubungkan area selatan dan utara, yang terpisah oleh Kanal Banjir Barat.
JPM Dukuh Atas yang memiliki total luas 4.500 meter persegi harus bisa jadi simpul atas lima moda transportasi. Kelimanya adalah MRT Jakarta, KRL, KA Bandara di sisi barat, Transjakarta di sisi selatan, dan LRT Jabodebek yang baru uji coba.
”Bisa dibayangkan, penumpang dari lima titik moda transportasi dimungkinkan crossing satu sama lain dengan aksesibilitas yang dibangun di JPM itu,” ujar Ferdiansyah.
Selain JPM yang ditargetkan selesai Senin (31/7/2023) untuk diresmikan pada 18 Agustus 2023, di KBT Dukuh Atas juga bakal ada area pemadu moda angkutan umum massal. Tepatnya di Jalan Blora dan berdekatan dengan Terowongan Kendal.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menjelaskan, di Jalan Blora dibangun Simpang Temu Dukuh Atas. Bangunan dilengkapi dengan fungsi perkantoran, ritel, dan pasar modern.
Semua upaya itu bertujuan meningkatkan jumlah pengguna angkutan umum di Jakarta.