Setiap Hari, 75 Ton Sampah Elektronik Dibuang di Jakarta
Timbulan sampah elektronik di Jakarta setara dengan 1 persen dari volume sampah umum yang terangkut di wilayah ibu kota tersebut per hari, yaitu mencapai 7.500 ton.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 75 ton sampah elektronik atau e-waste terangkut di Jakarta setiap harinya menurut data pada 2021. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta untuk memanajemen pengelolaan sampah yang tergolong berbahaya dan beracun ini.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yusiono A Supalal, dalam keterangan pers, Kamis (13/7/2023), mengungkapkan, timbulan sampah elektronik di Jakarta setara dengan 1 persen dari volume sampah umum yang terangkut di Jakarta per hari yang mencapai sekitar 7.500 ton.
”Sampah elektronik ini diperkirakan meningkat 20 persen menjadi 90,23 ton per hari pada tahun 2045. Oleh karena itu, sampah elektronik ini harus dikelola dengan baik,” kata Yusiono.
Sejak 2017, Dinas Lingkungan Hidup DKI menyediakan layanan penjemputan langsung sampah elektronik yang ada di masyarakat. Jakarta pun diklaim sebagai merupakan pionir dalam pengelolaan sampah spesifik yang telah memiliki regulasi khusus.
Jakarta menyiapkan tiga mekanisme pengumpulan sampah secara gratis, yaitu penjemputan langsung ke tempat warga dengan minimal jumlah sampah 5 kilogram, drop box atau kotak penampung sampah di 49 titik, dan tempat penampungan sampah sementara di 14 lokasi di wilayah kota.
Kami sudah berpengalaman di bidang ini dan menjamin memiliki perizinan yang lengkap, fasilitas canggih, dan ramah lingkungan. (Irwan)
Untuk meningkatkan manajemen pengangkutan dan pengelolaan sampah elektronik, Dinas Lingkungan Hidup DKI baru-baru ini bekerja sama dengan PT Citra Asia Raya (CAR) untuk memberikan layanan pengelolaan sampah elekronik secara gratis kepada warga Jakarta.
Yusiono menambahkan, PT CAR memiliki perizinan yang lengkap serta berpengalaman mengelola sampah elektronik secara ramah lingkungan. Ruang lingkup di dalam Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama itu meliputi pengumpulan sampah elektronik, pengangkutan sampah elektronik, pemanfaatan sampah elektronik, sosialisasi dan edukasi, serta pemantauan dan evaluasi.
”Kami sudah berpengalaman di bidang ini dan menjamin memiliki perizinan yang lengkap, fasilitas canggih, dan ramah lingkungan,” kata Direktur Utama PT CAR Irwan.
Dikutip dari situs resmi mereka, PT CAR mengelola sampah elektronik dengan memisahkan dulu material berbahaya dan tidak dari sampah yang didapat. Material yang telah dipilah, misalnya plastik, tembaga, atau besi, akan ditimbang. Material yang berbahaya akan dilelehkan dan dihancurkan dengan proses peleburan inovatif. Sementara material sampah yang tidak berbahaya akan dijual kembali.
Kerja sama ini seolah menjawab hasil studi Hari Soesanto dan rekan dari Institut Pertanian Bogor tentang Status Manajemen Sampah Elektronik Rumah Tangga di Jakarta yang dipublikasikan dalam jurnal pada 2022.
Studi mereka menyimpulkan, Jakarta belum sepenuhnya mengimplementasikan teknologi digital dan kerja sama dengan multiaktor untuk mengefektifkan pengelolaan sampah elektronik.
”Rekomendasi ini akan memfasilitasi pencatatan, pemantauan, dan pelacakan limbah elektronik dari rumah tangga hingga pengiriman limbah elektronik ke industri daur ulang. Pengelolaan e-waste perlu didorong untuk diformalkan dalam bentuk pengaturan khusus agar lebih optimal dan mengikat para pihak yang terlibat,” demikian sebagian paparan dari studi itu.
Studi mereka juga menemukan, Jakarta belum memiliki aturan jelas terkait pengategorian sampah elektronik.
Dari sekitar 33 ton sampah elektronik yang terkumpul pada 2021, Jakarta mengategorikannya dalam kelompok televisi sebanyak 13.345 kg (40 persen), baterai sebanyak 170 kg (0,51 persen), lampu sebanyak 1.686 kg (5,06 persen), printer cartridge sebanyak 508 kg (1,52 persen), dan sampah lain-lain sebanyak 17.581 kg (52 persen) tidak terkategori.
Penelitian ini menemukan, dua pertiga sampah elektronik dikumpulkan melalui mekanisme pembuangan di tempat penampungan sampah, lalu sepertiga lewat penjemputan langsung, dan hanya sekitar 0,6 persen melalui drop box.
Sampah elektronik paling banyak dikumpulkan dari Jakarta Selatan (33 persen), Jakarta Utara (22 persen), Jakarta Timur (17 persen), Jakarta Pusat (17 persen), Jakarta Barat (8 persen), dan Kepulauan Seribu (13 persen).