Royke ”Goes to Paris”, Sepeda sebagai Aksi Nyata Bermobilitas
Program Cycling Anywhere to Save the Earth menjadi upaya nyata penyebarluasan penggunaan sepeda sebagai moda transportasi. Penegakkan aturan mengenai aspek keselamatan juga diperlukan agar sepeda dilirik secara luas.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Aksi nyata untuk menarik minat masyarakat untuk menggunakan sepeda perlu terus didorong. Semangat bersepeda ini coba ditularkan lewat program bersepeda dari Jakarta, Indonesia, menuju Paris, Perancis, dalam Cycling Anywhere to Save The Earth. Penegakan aturan mengenai keselamatan juga penting untuk memastikan, sepeda moda transportasi yang aman digunakan di jalanan Indonesia.
Pengagas Cycling Anywhere to Save The Earth Royke Lumowa menjelaskan, aksi nyata dalam pelestarian lingkungan perlu terus didorong, mengingat keadaan bumi yang terus memburuk akibat pemanasan global. Aktivitas bersepeda merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mencegah kerusakan terjadi lebih dalam.
Untuk itu, kampanye penggunaan sepeda sebagai alat transportasi dalam beraktivitas, khususnya di perkotaan, coba didorong lewat program Cycling Anywhere to Save The Earth.
Lewat acara ini, Royke akan bersepeda dari Jakarta menuju Paris, mulai dari 8 Juli 2023 hingga 26 Juli 2024. Sebanyak 47 negara akan ia lewati selama perjalanan. Ia menargetkan dapat mengayuh sepeda sepanjang 100-150 kilometer per harinya.
“Perjalanan ini akan menjadi percontohan bahwa bersepeda itu bisa menjadi aktivitas yang dapat dilakukan sehari-harinya,” ucapnya di Jakarta, Rabu (7/5/2023).
Selain itu, melalui acara ini ia juga mengampanyekan pentingnya keselamatan berkendara di jalan. Untuk mewujudkan itu, Indonesia memerlukan aturan yang tegas mengenai aspek keselamatan seperti standar pengemudi, sarana serta prasarana yang laik, dan kondisi lingkungan sekitar. Penegakan aspek-aspek ini penting agar orang mau melirik sepeda sebagai moda transportasi utamanya.
Mantan Kepala Kepolisian Daerah Maluku ini juga berharap, generasi muda bisa mulai mencintai lingkungan dengan bersepeda. “Usia saya sekarang sudah 61 tahun, tapi masih kuat untuk bersepeda, soal fisik dan lainnya, tidak pernah terlambat untuk mulai bersepeda,” katanya.
Mewujudkan budaya bersepeda di Indonesia dinilai masih memiliki tantangan, khususnya karena isu lingkungan belum menjadi perhatian utama masyarakat luas. Serangkaian aturan mengenai pelestarian lingkungan yang dikeluarkan oleh pemerintah pun tidak dikawal dengan baik di lapangan.
Tidak pernah terlambat untuk memulai bersepeda, saya sudah 60 tahun tapi fisik masih prima untuk bersepeda.
Sebagai contoh, dalam penelitian doktoralnya di Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia mengenai aktivitas tambang ilegal di Gunung Botak, Maluku, Royke menjelaskan, kegiatan pertambangan ilegal tetap terjadi meski sudah ada aturan tegas yang melarangnya.
Untuk itu, selama perjalanan, Royke akan mencoba mengambil beberapa contoh program pelestarian lingkungan di negara-negara yang dilaluinya. Hal tersebut akan menjadi rekomendasi bagi pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan pelestarian lingkungan di masa yang akan datang.
Royke dan tim akan berangkat dari Lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat pada pukul 07.30 WIB, yang rencananya akan dilepas langsung oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
“Saya akan coba sampaikan hal-hal positif yang saya jumpai selama perjalanan, agar bisa dicontoh oleh Indonesia,” tuturnya.
Expedition Manager Cycling Anywhere to Save The Earth Yayak M Saat menjelaskan, tantangan utama dalam perjalanan menempuh ribuan kilometer ini adalah mencari penginapan dan memastikan tim mendapatkan istirahat yang cukup. Sebanyak tiga sepeda bertipe roadbike disiapkan oleh tim untuk berbagai kondisi medan.
Soal akomodasi, ia sudah menetapkan rute perjalanan yang terdapat tempat penginapan di sekitarnya. Opsi berkemah hanya dilakukan bila tidak ada lagi tempat penginapan yang tersedia sepanjang perjalanan.
Dalam analisis perencanannya, ia menyebut terdapat satu ruas jalan di Pakistan sekitar 800 kilometer yang tidak ada pemukiman ataupun pengingapan di sekitarnya. Untuk itu, jadwal bersepeda diatur dengan ketat agar bisa berjalan sesuai rencana.
Pihaknya pun sudah membawa dokumen khusus agar tetap dapat memilih saat Pemilu 2024 digelar pada Februari tahun depan. Bila mengacu pada rencana, Royke dan tim akan mencoblos di kawasan Eropa Timur, seperti di Kosovo ataupun Montenegro.
“Sudah kita persiapkan selama satu tahun ke belakang tim ini. semoga semuanya berjalan lancar,” katanya.