Pemilik Mikrotrans JakLingko Marah Tiga Tahun Tak Bisa Beroperasi
Sebanyak 56 mobil baru yang mereka beli demi terintegrasi dengan program JakLingko terpaksa ”menganggur” sejak 2019. Namun, program integrasi tak jua berjalan. Padahal, tagihan cicilan kredit dari bank terus berjalan.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puluhan pengemudi dan pemilik mikrolet dari Koperasi Mikrolet atau Komilet Jaya meminta Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk segera membuka trayek mikrotrans Jak 89 dan Jak 90. Sebanyak 56 kendaraan baru yang mereka beli agar terintegrasi dengan program JakLingko itu terpaksa menepi sejak 2019.
Ricardo Hutahaean, pemiliki mikrotranslet rute Jak 90, Sunter Permai-Tanjung Priok, menjelaskan, sejak 2019 mereka sudah mau mengikuti program JakLingko dari PT TransJakarta. Puluhan mobil unit Suzuki Carry atau Daihatsu Gran Max baru itu terlihat sangat bersih, kursi yang bersih bisa menampung 9-11 penumpang dengan nyaman, apalagi sudah dilengkapi dengan pendingin udara.
Mikrotrans ini juga dibekali dengan alat pemadam api ringan atau APAR serta palu pemecah kaca sebagai mitigasi kondisi darurat. Ada pula lampu LED berjalan untuk menampilkan rute perjalanan pada sisi kaca depan, samping kiri, dan belakang mobil.
Namun, saat mereka sudah membeli mobil baru untuk ikut program tersebut, PT TransJakarta tak kunjung memasang peralatan standar JakLingko, seperti kamera pengawas dan monitornya, layar TV berukuran 29 inci untuk memantau rute dan promosi, serta layar monitor On Boat Unit. Hal ini membuat mikrotrans Jak 89 dan Jak 90 belum bisa beroperasi sejak 2019.
”Ini kami beli kendaraan baru dari Karoseri Panca Tunggal sesuai dengan spesifikasi mikrotrans, terus alasannya karena Covid-19 lah, sedang pergantian direksi, lah, tetapi kok sampai 2023 ini belum juga dioperasionalkan,” kata Ricardo di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/7/2023).
Mobil mereka juga sudah ditempel stiker Jaklingko Mikrotrans, termasuk nomor bodi mobil. Untuk peremajaan kendaraan dan bergabung dengan program pemerintah ini, mereka sampai meminjam uang ke bank. Oleh sebab itu, jika mobil tidak beroperasi, mereka akan tercekik oleh cicilan.
”Pasang stiker saja sudah Rp 3 juta sendiri, belum cicilannya, ini hampir tiga tahun tidak bisa narik. Mau bayar kredit dari mana kalau tidak narik,” ucap Nahar, salah satu pemilik mikrotrans rute Jak 89, Tanjung Priok-Terminal Kota Intan.
Selain itu, plang tempat berhenti mikrotrans rute Jak 09 sudah terpasang di sejumlah titik di Tanjung Priok sejak 2020 walau tidak pernah ada Jak 90 yang berhenti di situ karena belum beoperasi. Padahal, layanan mikrotrans bisa menjadi angkutan lingkungan yang berperan sebagai pengumpan ke transportasi umum lainnya.
Ricardo menambahkan, pihaknya sudah bertemu dengan pihak PT TransJakarta pada Senin (3/7/2023). Hasilnya, pihak TransJakarta menjanjikan akan segera memasang peralatan standar mikrotrans pada 13 dan 14 Juli 2023. Lalu direncanakan Jak 89 dan Jak 90 bisa mulai beroperasi paling lama pada 24 Juli 2023.
”Kalau sampai tanggal 13 dan 14 itu belum juga dipasang, lalu dioperasionalkan, kami akan melakukan aksi unjuk rasa. Ini program mereka, kami mengikuti, tetapi, kok, alasannya banyak sekali,” kata Ricardo.
Dihubungi terpisah, Kepala Departemen Humas dan CSR Transjakarta Wibowo membenarkan pertemuan tersebut. Menurut dia, untuk mengoperasionalkan mikrotrans Jaklingko perlu persiapan, termasuk rute Jak 89 dan Jak 90. Dia tidak menjelaskan ikhwal persiapan yang terlalu lama tersebut.
”Kami sudah sampaikan perkembangannya ke mitra. Memang dalam operasional perlu persiapan dan pemeriksaan. (waktu operasionalnya nanti) kami akan menginformasikan sebagai sosialisasi ke publik,” kata Wibowo.
Sejauh ini sudah ada 86 rute mikrotrans yang terintegrasi dengan Jaklingko. Pelanggan mikrotrans tidak dikenai biaya alias gratis, tetapi pelanggan tetap harus memindai kartu pembayaran elektronik atau melakukan tap in dan tap out pada alat tap on bus (TOB) yang tersedia di dalam kendaraan.