Kecerdasan Buatan Kurangi 20 Persen Kepadatan Lalu Lintas Jakarta
Pengaturan lampu lalu lintas secara otomatis dengan bantuan kecerdasan buatan atau ”artificial intelligence” membuat kendaraan di satu ruas bisa lewat semuanya dalam waktu tertentu sehingga kepadatan terurai.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepadatan lalu lintas di 20 persimpangan jalanan Jakarta yang sudah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence berkurang mulai dari 15 persen hingga 20 persen. Pemanfaatan teknologi ini akan berlanjut dengan upaya lainnya sehingga kemacetan lalu lintas bisa turun dari 54 persen ke 48 persen.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta memasang teknologi artificial intelligence (AI) di 20 persimpangan jalan dalam kota sejak April 2023. Sistem kerjanya memanfaatkan kamera pemantau yang merekam kondisi lalu lintas dari waktu ke waktu. Tangkapan kamera pemantau itu dianalisis untuk mengatur durasi lampu lalu lintas sesuai kepadatan arus kendaraan. Ruas jalan yang lebih padat akan diprioritaskan dengan durasi lampu hijau yang lebih lama sehingga kepadatan terurai.
”AI mempermudah pemantauan kemacetan, memperlancar 15 sampai 20 persen di setiap titik yang sudah ada sistemnya,” kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono seusai meninjau Network Operation Centre Intelligent Transport System Traffic Light di Jakarta, Selasa (4/7/2023).
Network Operation Centre Intelligent Transport System Traffic Light merupakan ruang kontrol lalu lintas Jakarta. Adanya pemanfaatan AI di 20 persimpangan jalanan dalam kota membuat pengaturan lampu lalu lintas beralih dari manual ke otomatis.
Direncanakan ada penambahan AI di 40 persimpangan jalanan hingga akhir tahun 2023. Persimpangan jalanan itu difokuskan di titik-titik kemacetan menuju dalam kota, seperti kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat; Pancoran, Kuningan, dan Gatot Subroto di Jakarta Selatan; Gunung Sahari di Jakarta Pusat; dan Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.
Secara keseluruhan biaya pengadaan teknologi AI di 20 persimpangan jalanan mencapai Rp 78 miliar. Sementara biaya untuk pengadaan di 40 persimpangan jalanan sebesar Rp 130 miliar.
Teknologi ini bisa juga untuk tilang elektronik dan memprioritaskan layanan Transjakarta. Kami berupaya mengurangi kemacetan dari 54 persen jadi 48 persen.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menambahkan, pengaturan lampu lalu lintas secara otomatis berdasarkan tangkapan kamera pengawas dari waktu ke waktu lebih efisien. Kendaraan di satu ruas bisa lewat semuanya dalam waktu tertentu sehingga kepadatan terurai.
”Teknologi ini bisa juga untuk tilang elektronik dan memprioritaskan layanan Transjakarta. Kami berupaya mengurangi kemacetan dari 54 persen jadi 48 persen,” ucap Syafrin.
Kemacetan di Jakarta sudah hampir sama dengan tahun 2019 di atas 50 persen. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat 54 persen kemacetan terpusat pada jam sibuk, yakni pukul 06.00 hingga pukul 09.00 dan jam pulang kantor atau di atas pukul 15.00. Sebaliknya pada rentang waktu pukul 09.00 sampai pukul 15.00 lalu lintas lengang.
Kepadatan volume lalu lintas di pagi hari antara lain bersumber dari Jalan Tol Cikampek, Tol Jagorawi, dan Tol Merak-Tangerang serta jalan arteri di kawasan Kalimalang, Cakung, Lebak Bulus, Jagakarsa, Lenteng Agung, dan Daan Mogot.
Merujuk laporan Tomtom Traffic Index 2022, kemacetan Jakarta ada pada urutan ke-29 dunia. Tingkat kemacetan tersebut berdasarkan variabel jarak dan durasi tempuh, biaya perjalanan atau bensin, dan emisi karbon dioksida yang dihasilkan di 389 kota dari 56 negara di dunia.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa waktu tempuh untuk perjalanan 10 kilometer di pusat kota Jakarta mencapai 22 menit 40 detik. Waktu ini lebih lambat 2 menit 50 detik ketimbang pada tahun 2021.