Selain perihal menjaga lingkungan, khotbah shalat Idul Adha 1444 Hijriah di Balai Kota Jakarta mengingatkan masyarakat agar menjaga persatuan dan kesatuan, terutama pada tahun politik ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Idul Adha tak hanya momentum ibadah dan berbagi rezeki kepada sesama. Hari raya haji yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban ini juga momentum menjaga lingkungan dengan tidak membuang limbah hewan kurban sembarangan dan menjaga lisan di tengah tahun politik.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar shalat Idul Adha 1444 Hijriah di Balai Kota Jakarta, Kamis (29/6/2023). Shalat berlangsung khidmat dan berlanjut dengan penyerahan seekor sapi limosin kepada Korps Pegawai Republik Indonesia DKI Jakarta. Sapi seberat 1 ton itu lalu diserahkan kepada para mustahik atau orang yang berhak.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono seusai penyerahan tersebut kembali mengingatkan panitia kurban dan masyarakat agar tidak membuang sisa-sisa limbah berupa jeroan dan isi perut hewan kurban sembarangan. Peringatan serupa juga berulang kali disampaikan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta; Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta; dan Perumda Dharma Jaya.
”Jangan membuang limbah sembarangan. Ini menjadi penting karena menyangkut kesehatan bersama,” ujar Heru.
Jeroan dan isi perut hewan dapat merusak ekosistem air yang menyebabkan ikan-ikan mati. Limbah hewan juga menjadi media berkembangnya penyakit seperti hepatitis, tifus, serta penyakit mulut dan kuku (PMK). Oleh karena itu, limbah hewan sebaiknya dikuburkan ataupun dijadikan pakan maggot dari jenis lalat black soldier fly agar tidak mencemari lingkungan dan tidak menjadi sumber penyakit.
Tahun politik
Selain perihal menjaga lingkungan, khotbah shalat Idul Adha juga mengingatkan masyarakat agar menjaga persatuan dan kesatuan, terutama pada tahun politik ini. Indonesia akan melangsungkan pemilihan umum serentak pada 2024. Pemilihan presiden dan wakil presiden akan berbarengan dengan pemilihan legislatif pada 14 Februari 2024, lalu menyusul pemilihan kepala daerah serentak pada 27 November 2024.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat Bidang Fatwa Asrorun Ni’am Sholeh sebagai khatib shalat mengatakan, Idul Adha sebagai simbol ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan. Ketaatan dan ketakwaan itu juga harus diwujudkan dalam kepedulian terhadap sesama dengan membuka diskusi, dialog, dan musyawarah dalam menghadapi urusan terkait dengan kemaslahatan banyak orang.
”Pelajaran lain yang dapat dipetik dari Idul Adha ialah melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Bukan sebaliknya, putus asa, mengeluh, dan menghindar dari masalah,” kata Asrorun.
Tugas dan tanggung jawab itu merujuk pada Nabi Ibrahim yang diuji oleh Tuhan untuk menyembelih putranya, Ismail. Ibrahim berada di antara pilihan melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan anaknya yang telah lama dinanti kelahirannya. Atas keyakinan Ibrahim untuk melaksanakan perintah Tuhan itu, Ismail tidak jadi disembelih, tetapi atas kuasa Tuhan, digantikan dengan seekor domba.
Asrorun dalam khotbahnya juga mengingatkan untuk membangun peradaban dimulai dari keluarga inti atau kecil. Kemudian menjaga keseimbangan antara urusan pribadi dan profesionalitas agar tak timbul konflik kepentingan.
”Jaga diri di tengah situasi tahun politik. Wujudkan resolusi damai dalam keragaman dan pluralisme. Semangat ibadah memancar, jaga lisan, hindari ujaran kebencian, dan hoaks,” kata Asrorun.