Persiapan menjelang pengoperasian kereta cepat berlanjut. Keandalan sistem kereta dengan laju hingga 350 kilometer per jam ini perlu dipastikan.
Oleh
AGNES RITA SULISTYAWATY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di Indonesia mencapai langkah maju dengan tercapainya kecepatan 350 kilometer per jam saat uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung, Kamis (22/6/2023). Pengujian sistem kereta cepat oleh pihak kontraktor dan Kementerian Perhubungan masih akan berlanjut hingga beberapa bulan mendatang.
Uji coba kecepatan maksimal ini dilakukan dengan kereta inspeksi dari Stasiun Halim di Jakarta Timur hingga Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan kembali lagi ke Halim. Rute Halim-Tegalluar sejauh 142,3 kilometer ini ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit, tanpa berhenti di dua stasiun antara, yakni Stasiun Karawang dan Stasiun Padalarang.
Seusai uji coba, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, semua sistem kereta cepat sudah berjalan baik. Ia juga menaruh harapan bahwa target penyelesaian kereta cepat ini bisa tercapai. Saat beroperasi komersial nantinya, direncanakan ada 68 kali perjalanan kereta cepat dalam sehari.
Saat uji coba, kecepatan maksimal juga belum bisa diterapkan merata karena masih ada penyelesaian pekerjaan di sejumlah lokasi, seperti pembangunan pagar pembatas rel. Secara total, pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mencapai 92 persen per Juni 2023.
Spesifikasi kereta inspeksi ini sama dengan kereta penumpang, kecuali kelengkapan alat-alat pemantau di kereta inspeksi. Dengan begitu, kecepatan maksimal kereta cepat ini juga bisa diterapkan pada kereta pengangkut penumpang kelak.
Kemajuan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini juga diapresiasi Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang yang juga ikut melakukan uji coba. Ia berharap kerja sama Indonesia-China dalam perkeretaapian ini bisa berlanjut.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, kecepatan maksimal ini akan menjadi acuan bagi PT KCIC untuk menentukan kecepatan kereta saat beroperasi komersial kelak.
Kereta inspeksi yang digunakan saat uji coba ini dilengkapi dengan alat pemantau jalur rel, sistem listrik aliran atas, persinyalan, dan sistem kereta cepat secara keseluruhan. Pemantauan dari kereta inspeksi ini juga terkirim ke ruang kontrol di area Depo Tegalluar. Apabila ditemukan kerusakan, perbaikan bisa segera dilakukan.
Sistem kereta cepat ini juga sudah mengantisipasi pergerakan tanah di sepanjang jalur, termasuk apabila terjadi gempa. Perjalanan kereta akan terhenti manakala terjadi peristiwa alam yang membahayakan keselamatan perjalanan kereta.
Perjalanan kereta inspeksi kemarin merupakan bagian dari pengujian seluruh sistem kereta cepat oleh pihak kontraktor dari China untuk menjamin keandalan dan keselamatan perjalanan. Secara bersamaan, Kementerian Perhubungan juga mulai melakukan pengetesan sistem kereta cepat.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan pengetesan teknis dan formal oleh Kemenhub akan dilakukan secara efektif agar selesai secara cepat. Apalagi, pengetesan juga terbantu dengan data pantauan dari kereta inspeksi.
Ia menyebut, kereta cepat ini ditargetkan beroperasi mengangkut penumpang secara terbatas pada 18 Agustus hingga Oktober 2023. Selama periode itu, penumpang yang diundang bisa merasakan kereta cepat secara gratis.
Terkait tarif, Menhub mengatakan, pihaknya masih menggodok tarif yang akan diberlakukan saat kereta cepat ini beroperasi secara komersial. Saat ditanya kemungkinan tarif Rp 250.000-Rp 350.000, Menhub menyebut bahwa kemungkinan tarif berkisar angka tersebut.
Sinyal perpanjangan rute
Di Stasiun Tegalluar, Luhut memberikan sinyal kemungkinan rute kereta cepat ini diperpanjang hingga Surabaya, Jawa Timur.
”Presiden menginstruksikan, melihat peluang meneruskan kereta api ini sampai ke Surabaya. Dengan pengalaman kita, transfer teknologi, hilirisasi, banyak material yang bisa diproduksi di dalam negeri sehingga dengan demikian bisa menciptakan lapangan kerja, memperkuat UMKM, dan sebagainya,” kata Luhut.
Proses alih teknologi juga terus berlanjut, termasuk dengan adanya gelombang pertama pengiriman sekitar 400 pekerja PT KCIC ke China guna mempelajari sistem pengoperasian dan perawatan kereta.
Dwiyana menambahkan, perpanjangan rute kereta cepat sangat dimungkinkan karena saat ini sudah tersedia pabrik pembuatan infrastruktur kereta cepat. Dengan pengalaman pembangunan kereta cepat jalur Jakarta-Bandung serta alih teknologi secara bertahap, pembangunan jalur lanjutan seharusnya bisa berjalan lebih baik dan efisien.
”Salah satunya terkait pengadaan lahan yang harus disiapkan sejak awal, termasuk soal regulasinya. Ini penting karena menjadi daya tarik bagi investor sehingga bisa menekan kebutuhan APBN,” ujarnya.
Ia menambahkan, sistem kereta cepat yang diterapkan di Indonesia ini merupakan adopsi dari sistem kereta cepat di China yang sudah terbentang sejauh lebih dari 40.000 kilometer. Penerapan sistem dan teknologi dari China ini juga masih menggunakan konsultan.