Infeksi Semakin Parah, Pria Obesitas Fajri Meninggal
Fajri (26), pria obesitas dengan berat 300 kilogram asal Tangerang, meninggal di Jakarta, Kamis (22/5/2023). Metabolisme tubuh yang menurun, ditambah terpaan depresi, membuat Fajri menderita obesitas ekstrem.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
Belasan petugas dari Basarnas dan Rumah Duka Abadi menaikkan jenazah Fajri menggunakan forklift menuju lokasi pekuburan di TPU Menteng Pulo, Kamis (22/6/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Pria obesitas berbobot 300 kilogram asal Tangerang, Banten, Muhammad Fajri (26), meninggal pada Kamis (22/6/2023) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta Pusat pada pukul 01.25 waktu Indonesia barat. Kondisi yang terus menurun selama perawatan dan diperparah infeksi kaki yang merusak organ tubuh lain membuat tim dokter tidak lagi mampu menyelamatkan Fajri.
Tidak hanya penyakit fisik, permasalahan kejiwaan berupa depresi menjadi pendorong munculnya obesitas yang dialami Fajri.
Dokter spesialis anestesi Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM) Sidharta Kusuma Manggala menerangkan, sejak dirawat selama 14 hari, kondisi Fajri memang sudah tidak baik. Salah satunya ialah adanya penurunan kemampuan bernapas dan pembuluh darah dalam bekerja (kardiorespirasi). Infeksi di kaki kanan dan parunya yang kian parah membuat kondisi Fajri terus menurun.
Beberapa jam sebelum dinyatakan meninggal, Fajri mulai merasa sesak dan sulit bernapas. Berbagai tindakan medis dilakukan untuk memulihkan keadaan tersebut, tetapi pemburukan terus terjadi. Infeksi parah di kakinya pun memengaruhi fungsi organ lain. Fungsi pembuluh darah dan ginjal Fajri semakin buruk atau disebut sebagai keadaan syok septik.
Ia menyebut, keadaan ini hanya terjadi pada kondisi pasien tertentu, salah satunya obesitas. Dengan berat tubuh yang tidak normal, daya tahan tubuh akan menurun sehingga sangat mudah terjadi infeksi.
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
Petugas pemakaman menimbun tanah di kuburan Fajri di TPU Menteng Pulo, Kamis (22/6/2023).
”Akibat infeksi menyebabkan kegagalan organ lainnya atau multi organ disfunction syndrome. Pada akhirnya, kami tidak bisa mempertahankan kondisi beliau lagi,” ucapnya di Jakarta, Kamis (22/6/2023).
Setelah dinyatakan meninggal, Fajri pun dibawa untuk dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan. Berdasarkan pantauan di TPU Menteng Pulo pada pukul 13.55, belasan petugas dari Badan SAR Nasional (Basarnas) bersiap membantu pemindahan jenazah dari ambulans menuju liang pemakaman, dengan jarak kurang lebih 400 meter.
Berkaca pada kondisi Fajri, tim pun harus menggunakan forklift untuk mengangkat jenazah. Jalan di tengah pekuburan yang sempit membuat petugas ekstra hati-hati. Petugas membutuhkan waktu sekitar setengah jam hingga Fajri tiba di liang lahat.
Setibanya di depan liang lahat sekitar pukul 14.30, petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat sudah memasang alat hauling system, yang digunakan untuk mengerek jenazah Fajri ke atas lalu diturunkan ke bawah secara perlahan. Puluhan petugas membantu proses itu hingga akhirnya pemakaman berjalan lancar. Pemakaman pun selesai sekitar pukul 17.00.
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
Petugas dari Basarnas dan Sudin Damkar Jakarta Pusat menggunakan hauling system untuk menguburkan jenazah Fajri di TPU Menteng Pulo, Kamis (22/6/2023).
Obesitas yang dialami oleh Fajri dapat dicegah apabila mendapatkan penanganan lebih awal, mengingat RSCM sudah beberapa kali berhasil menangani kasus yang hampir serupa. Apalagi, penanganan obesitas ini ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Namun, kondisi depresi Fajri membuat dirinya hanya berada di rumah selama hampir delapan bulan.
Pelaksana Tugas Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti menjelaskan, Fajri sempat mengalami depresi yang cukup lama. Kemungkinan, hal ini terjadi karena, setelah kecelakaan, Fajri tidak berinteraksi lagi dengan lingkungan sekitarnya dan hanya tinggal di rumah.
Kasus ini bisa dicegah lebih awal. Penanganan dan konsultasi mengenai obesitas ditanggung BPJS Kesehatan.
Di rumah, ia hanya berinteraksi dengan ibunya. Ditambah lagi, Fajri sudah memiliki berat badan yang cukup besar saat itu. Lies menyebut, kondisi yang harus dialami Fajri terjadi di usia yang relatif muda sehingga membuat Fajri malu dan menutup diri dari dunia luar. Ia pun tidak bisa mencurahkan isi hatinya ataupun bercengkrama dengan teman sebayanya. Depresi ini membuat Fajri mengalihkan perasaan depresinya ke makanan, yang membuat berat badannya terus bertambah.
”Fajri hanya tinggal berdua dengan ibunya. Sejak kecelakaan, tidak pernah keluar rumah, akhirnya bisa jadi depresi. Larinya ke makanan, tetapi tidak pernah bergerak. Ini berpengaruh ke metabolisme tubuhnya,” katanya.
Psikolog klinis, Ezra Putranto, menerangkan, keadaan depresi, seperti yang dialami Fajri, cenderung membuat penderitanya akan mengisolasi diri dari kehidupan sosial. Terisolasi dari dunia luar tersebut membuat seseorang akan terus berpikir negatif tentang dirinya (overthinking) sehingga sulit berpikir jernih, apalagi untuk meminta bantuan.
Di tahap ini, mereka yang depresi pun mencoba mencari solusi atas permasalahannya (coping mechanism) ke hal-hal buruk, salah satunya mengonsumsi makan berlebihan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut, seperti membangun suasana yang suportif bagi mereka yang terkena depresi dan mencari bantuan profesional.
Bagi pemerintah, sosialisasi mengenai konsultasi kejiwaan perlu digencarkan. Ezra menilai, berkonsultasi mengenai masalah kejiwaan masih menjadi sesuatu yang tabu, apalagi bagi mereka yang berasal dari kalangan tidak mampu. Padahal, biaya pengobatan dan konsultasinya sudah ditanggung pemerintah lewat BPJS Kesehatan.
”Kondisi mental mempengaruhi kondisi fisik dan bisa sebaliknya, hal-hal buruk yang dialami kerap disangkakan sebagai akhir dari semuanya. Kehilangan motivasi ini sangat berbahaya. Kita bisa mulai dengan menjadi teman dan keluarga yang suportif. Apabila kondisi semakin parah, perlu mencari pertolongan profesional,” tuturnya.