Penyebab kawasan Hek kerap banjir tidak hanya karena posisi turap Kali Baru yang rendah, tetapi juga karena kebiasaan warga membuang sampah sembarangan dan okupansi rumah di bantaran Kali Baru.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana mulai menormalisasi atau meninggikan turap di bantaran Kali Baru, Kramat Jati, Jakarta Timur, Juli 2023. Pembangunan turap ini diharapkan membuat kawasan sekitar Kali Baru tidak lagi banjir.
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Timur Wawan Kurniawan mengatakan, saat ini Dinas SDA DKI Jakarta sedang proses lelang. Jika sudah ada pemenang lelang, pembangunan turap pada dua sisi Kali Baru akan segera dilaksanakan pada Juli 2023.
”Nanti akan ada pengerjaan turap sepanjang 800 meter kiri dan kanan di jembatan Jalan Ja Abah sampai jembatan Jalan Inpres. (Kawasan) Hek yang berada di tengah Kali Baru, di Hek itu akan dikerjakan dinas tahun ini,” kata Wawan, saat dihubungi, Selasa (20/6/2023),
Menurut Wawan, dalam proses normalisasi bantaran Kali Baru yang berada di kawasan Hek, perlu kerja sama dan kolaborasi dari berbagai instansi, seperti dari Dinas Bina Marga dan dinas terkait lain.
Penyebab kawasan Hek kerap banjir tidak hanya karena posisi turap bantaran Kali Baru yang rendah atau tinggi turap hanya beberapa sentimeter dari badan jalan, tetapi juga karena faktor sampah yang sering menyangkut di jembatan utilitas. Posisi turap bantaran Kali Baru semakin rendah di sekitar pintu keluar Pasar Kramat Jati.
”Kawasan itu rendah sekali, sekitar 10-20 sentimeter jaraknya sehingga jika ada sampah pasti berpengaruh airnya melimpah,” kata Wawan.
Keberadaan jembatan utilitas yang melintang di Kali Baru itu posisinya banyak di bawah turap sehingga banyak sampah tertahan di situ. Kondisi semakin parah jika debit air tinggi karena kiriman dari hulu Bogor dan Depok atau hujan lokal yang menyebabkan air melimpah ke jalan. Kejadian banjir itu sempat terjadi pada Senin (19/6/2023).
”Ini jadi masalah, UPK badan air sering membersihkan sampah itu. Selalu standby. Di situ sudah ada jaring sampah. Petugas selalu monitor. Ini penanganannya juga dari warga dengan tindak membuang sampah di kali. Jika sudah terbangun, kepedulian menjaga lingkungan juga harus dijaga bersama,” ujarnya.
Terkait jembatan utilitas, sampah, hingga pembanguan turap, ucap Wawan, pihaknya akan segera menggelar rapat membahas secara keseluruhan penanganan Kali Baru. ”Kami tentu berkoordinasi lintas dinas. Kami duduk bersama, besok kami membahas teknisnya untuk perbaikan dan pembenahan secara menyeluruh sarana dan prasarananya,” ujar Wawan.
Relokasi
Selain masalah teknis pembangunan turap, penanganan lain yang harus segera dilakukan pemerintah yaitu merelokasi warga yang berada di sekitar bantaran Kali Baru. Bangunan warga itu dianggap semakin mempersempit Kali Baru.
Wali Kota Jakarta Timur M Anwar mengatakan, kawasan sekitar Kali Baru kerap banjir dan masuk dalam agenda penanganan. Ini menjadi langkah yang harus segera diambil jika warga tak ingin selalu terdampak banjir.
Salah satu penanganan itu yaitu relokasi warga. Meski begitu, mengikuti kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk merelokasi bangunan warga yang berada di jalur hijau.
”Kalau saya menginginkan relokasi,” kata Anwar.
Relokasi itu bukan saja untuk penanganan banjir, kata Anwar, melainkan juga rawan dan membahayakan penghuni. Seperti di kawasan sekitar Simpang Dukuh sering terjadi longsor karena bangunan turap sudah semakin tua. Bangunan rumah warga itu beberapa berada di atas turap.
Dalam pemberitaan Kompas.id (19/6/2023), intensitas hujan tinggi juga mengakibatkan tinggi permukaan sungai di Jakarta naik, bahkan meluap di sejumlah titik kawasan.
Seperti pada Senin (19/6/2023), sungai di sepanjang Jalan Raya Bogor, di sekitar Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, meluap hingga ke jalan raya sejak sekitar pukul 09.00. Akibatnya, lalu lintas kendaraan terganggu sampai tengah hari.
Mohamad Yohan, Kepala Pusat Data Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPB) DKI Jakarta, menyampaikan, sungai itu meluap karena mendapat limpahan air dari daerah Bogor dan Depok, Jawa Barat. Daerah itu, menurut laporan Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG), hujan sejak tengah malam hingga pagi hari.
”Sungai di daerah Jakarta Timur mendapat air kiriman dari kawasan di atasnya. Bogor, baik kabupaten dan kota, juga Depok hujan sejak malam hari,” katanya saat melalui wawancara telepon.
Volume dan debit air tinggi yang mengalir ke sungai di Jakarta Timur itu membuat ketinggian air di Pintu Air Kali Baru, Cililitan, Jakarta Timur, sampai melebihi tinggi normal, yaitu 60-80 sentimeter.
Permukaan air sungai tersebut juga terpantau masih tinggi seusai hujan beberapa jam hingga Senin sore di Jakarta, ditambah potensi kilat dan petir. BPBD menerima informasi, hujan yang turun sampai pukul 15.00 membuat satu RT di Jakarta Timur tergenang.
”Dari info BMKG, sampai pukul 5 sore ini, Jakarta masih akan hujan dengan intensitas sedang dan tinggi,” kata Yohan.
Untuk memitigasi potensi bencana air akibat hujan dan kenaikan air sungai, BPBD tetap menyiapkan pasukan Tim Reaksi Cepat di 267 kelurahan di Jakarta. Mereka bertugas untuk bergerak sesuai prediksi dan pantauan bencana, yang dipantau salah satunya dari data BMKG.
”Mereka di sana mencatat, dalam artian potensi-potensi kerawanan yang terjadi. Jadi, kalau perlu ada pengungsian atau bantuan itulah yang kita lakukan segera, berdasarkan data yang kami dapat,” ujarnya.
BPBD DKI juga memiliki posko satuan tugas di setiap Kantor Wali Kota. Selain BPBD DKI, kesiapan bencana juga dilakukan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan hingga satuan polisi pamong praja hingga lembaga swadaya masyarakat.