Lahir di Ibu Kota, Patroli Perintis Presisi Diduplikasi di Seluruh Indonesia
Program Patroli Perintis Presisi disebut memiliki peta jalan yang jelas dengan indikator dan tujuan terukur.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
Program Patroli Perintis Presisi yang dibentuk di Jakarta akhir 2021 sebagai bagian dari layanan publik memberi rasa aman pada masyarakat kini diduplikasi di seluruh Indonesia. Program ini pertama kali didedikasikan untuk wilayah Ibu Kota dan sekitarnya saja. Kini, program tersebut didorong untuk digunakan di wilayah lain di Indonesia.
Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabarhakam) Polri Komisaris Jenderal Mohammad Fadil Imran memimpin apel peluncuran Patroli Perintis Presisi Direktorat Samapta Polda Seluruh Indonesia, di Polda Metro Jaya, Rabu (14/6/2023). Seperti kembali saat masih menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya ke-40, Fadil begitu semangat menyampaikan strategi pencegahan kejahatan jalanan.
”Pencegahan kejahatan aktif yang sering saya sampaikan dengan istilah preventive strike bukan hanya sekadar mengimbau, melainkan juga melakukan tindakan pemulihan yang dapat meminimalkan faktor-faktor kriminalitas yang ada di tengah masyarakat,” kata pemimpin divisi Polri yang bertugas membina satuan-satuan polisi berseragam itu.
Dalam apel itu, hadir pejabat dari lingkungan Polri, seperti Kepala Korps Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polri, Kepala Korps Binmas Polri, Wakapolda, Pejabat Utama Polda Metro Jaya, dan Direktur Samapta Polda seluruh Indonesia.
Fadil yang resmi berkantor di Markas Besar Polri sejak April 2023 mengatakan, polisi tetap perlu mengatasi bentuk-bentuk gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang dapat mengarah pada kejahatan, seperti balap liar, geng motor, hingga tawuran. Potensi gangguan ini perlu dicegah polisi dengan tidak hanya melakukan patroli biasa-biasa saja.
”Harus ada konsep yang komprehensif untuk memberikan solusi yang tepat dan mencegah secara penuh serta meminimalisasi gangguan kamtibmas tersebut,” tuturnya.
Konsep ini, menurut dia, ada di Program Patroli Perintis Presisi yang dirintis di lingkup Polda Metro Jaya. Program ini, menurut dia, memiliki peta jalan yang jelas dengan indikator dan tujuan terukur agar tidak menciptakan ketidakjelasan yang bisa menurunkan integritas dan citra polisi.
”Kita laksanakan patroli dengan satu nama, yaitu Patroli Perintis Presisi. Tidak ada lagi Tim Badik, Tim Viper, Tim Raimas Backbone, Tim Jaguar, Tim Kobra, atau Sabhara dengan pola reserse. Kita tim patroli seyogianya menjalankan fungsi pencegahan, bukan penindakan. Saya ulangi, kita patroli merupakan fungsi pencegahan, bukan penindakan,” katanya.
Titik awal
Melihat ke belakang, Fadil pertama kali menciptakan program Patroli Perintis Presisi pada Oktober 2021. Program ini dibentuk di tengah kontroversi tim patroli malam di wilayah kota madya yang banyak mendapat sorotan di layar kaca dan media sosial.
Kontroversi ini, antara lain, muncul dari tim patroli malam berjuluk Raimas Backbone yang beroperasi di Jakarta Timur. Dengan dipimpin Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) Monang Parlindungan Ambarita sejak 2017, aksi tim tersebut kerap disiarkan dalam sebuah program televisi (Kompas.id, 11/6/2023).
Aksi patroli mereka kemudian menjadi populer. Mereka yang terjun ke lapangan lengkap dengan seragam beratribut dan kendaraan khusus, memiliki gayanya sendiri saat berkomunikasi dengan masyarakat. Ambarita sebagai bintang Raimas Backbone memiliki cara tersendiri dalam mendekati warga yang dicurigai mabuk, berkerumun untuk tawuran, yang hendak balap liar, hingga begal di jalanan.
Kepopuleran itu dilanjutkan melalui akun media sosial. Youtube Raimas Backbone sampai Oktober 2021 memiliki 1,39 juta pelanggan, dan Instagram nama sama memiliki lebih dari 200.000 pengikut. Bahkan, di Instagram ada beberapa akun penggemar tim patroli ini yang diikuti puluhan ribu pengikut.
Berbagai tayangan aksi mereka di platform digital pun mendapat respons positif dari penonton. Secara umum, para penonton mendukung tim patroli, seperti saat memberi imbauan kepada orang-orang yang berpotensi mengganggu kamtibmas di jalan atau mengejar dan menindak mereka yang melawan polisi.
Namun, pendekatan yang mereka lakukan kadang dianggap berlebihan oleh penonton. Dalam tayangan video yang dipublikasikan pada 21 September 2021, misalnya, Ambarita dan timnya menyergap dua remaja terduga gangster yang kemudian terbukti membawa senjata. Ia juga mengecek ponsel mereka untuk memastikan mereka tidak sedang janjian untuk tawuran.
Kejadian itu berbuah dimutasikannya Ambarita ke Polda Metro Jaya. Tidak lama berselang, Fadil selaku Kapolda Metro Jaya mengumumkan mereka akan membentuk Tim Patroli Perintis Presisi.
Tim itu melibatkan kolaborasi Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya dan tim patroli malam di lima Polres. Tim itu kemudian diberi pelatihan terstandar untuk menyamakan keahlian dan pengetahuan para anggota. Materi latihan seperti cara berkomunikasi polisi yang bijaksana, hingga pemahaman mengenai hak asasi manusia.
Tim itu juga dibentuk agar memiliki penampilan dan perlengkapan yang sama dari segi kerapian rambut, atribut seragam, sampai peralatan dan persenjataan seperti kamera helm, tongkat besi, sampai alat pengetes alkohol atau obat-obatan terlarang. Tim gabungan itu juga diperkuat tambahan kendaraan patroli, baik mobil maupun sepeda motor, untuk bertugas sejak pukul 22.00 hingga pukul 05.00.
Ini kalau dilakukan masif dan teratur, implikasinya besar.
Sejak eksis satu setengah tahun lalu, Tim Patroli Perintis Presisi kerap disebut berhasil mencegah berbagai gangguan kamtibmas. Namun, Kompas belum bisa mewawancarai pejabat terkait di Polda Metro Jaya untuk mendapatkan data dan informasi mengenai evaluasi Tim Patroli Perintis Presisi di Jakarta dan sekitarnya sejauh ini.
Butuh pengawasan
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso berpendapat, patroli oleh polisi menjadi upaya efektif untuk mengontrol gangguan kamtibmas di mana pun wilayahnya. Patroli ini dasarnya menerapkan metode bergerak dinamis, menghampiri, dan berkomunikasi dengan masyarakat.
Adanya standardisasi dari penyelenggaraan patroli akan berdampak besar keamanan wilayah dan kepercayaan masyarakat. "Ini kalau dilakukan masif dan teratur, implikasinya besar. Bisa jadi faktor pencegah, kedua masyarakat bisa berkomunikasi dan menyampaikan informasi ke kepolisian, dan menghindari tindakan represif atau penindakan hukum," ujarnya saat dihubungi lewat telepon.
Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, mengakui, sosok Fadil yang membuat program ini inovatif dan kreatif dalam meningkatkan kinerja kepolisian di mana pun ia bertugas. Kualitas dari program yang ia buat membuatnya cepat mendapatkan promosi. Seperti program Tim Patroli Perintis Presisi yang ikut mengantarkannya ke Markas Besar Polri.
”Tapi, jangan lupa, Fadil sukanya membuat dan melaksanakan, belum di tahap bisa mengevaluasi atas apa yang dibuat. Jadi, perlu ada upaya untuk menilai dan mengevaluasi untuk tahu program dia baik atau buruk. Kalau ada upaya evaluasi tentunya bagus," kata Adrianus, saat dihubungi terpisah.
Dalam hal ini, Fadil pun dikatakan hanya bisa mendorong dan menawarkan. ”Kecuali ini endorsement dari Pak Kapolri," ujar Adrianus.