Keterisian Hotel di Jakarta Belum Pulih seperti Sebelum Pandemi
Jakarta perlu lebih banyak mengadakan acara yang mengundang tamu atau massa untuk meningkatkan keterisian hotel. Hotel pun bersiasat untuk tidak hanya memberikan pengalaman menginap kepada tamunya.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang Januari-April 2023, rata-rata keterisian hotel di Jakarta belum menyamai masa sebelum pandemi pada 2019. Mulai ramainya kegiatan pertemuan dan hiburan yang mengundang massa belum juga mendongkrak kunjungan tamu untuk menginap.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta telah mendata keterisian di seluruh hotel berbintang sejak Januari-April 2023. ”Tingkat penghunian hotel atau TPK hotel di Jakarta pada April 2023 sebesar 42,52 persen atau turun 10,85 persen poin dibandingkan Maret 2023 atau secara month-to-month,” kata Statistisi Ahli Madya BPS DKI Feri Prasetyo Nugroho, dalam rilis daring, Senin (5/6/2023).
Dilihat dari data caturwulan I-2023, rata-rata tingkat keterisian atau okupansi hotel bulanan paling rendah terjadi pada April dan tertinggi pada Maret sebesar 53,3 persen. Jika dibandingkan data periode sama pada 2019, tingkat okupansi terendah sebesar 58,9 persen di bulan April dan tertinggi mencapai 69,8 persen di Januari.
Secara historis, keterisian hotel di Jakarta secara bulanan terakhir kali mencapai 60 persen lebih pada Desember 2019.
Hal ini juga diakui Maulana Yusran, selalu Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Tren ini terjadi karena kegiatan pemerintahan dan bisnis belum pulih.
”Okupansi hotel belum membaik karena kontribusinya kebanyakan masih dari kegiatan korporasi dan pemerintah. Di 2023, pemerintah masih banyak efisiensi. Jadi, rata-rata okupansi sampai bulan ini di angka 50 persenan,” katanya saat dihubungi pada pekan lalu.
Untuk mempercepat pemulihan, selain mengandalkan acara pertemuan oleh swasta dan pemerintah, ia menilai Jakarta perlu lebih banyak menyelenggarakan acara yang bisa mengundang banyak kerumunan massa dan tamu yang membutuhkan tempat menginap.
”Misalnya, nanti ada konser Coldplay, lalu perhelatan olahraga internasional, atau berbagai kegiatan industri kreatif bisa men-trigger pertumbuhan di sektor wisata baik, termasuk okupansi hotel dan tamu restoran,” ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sandiaga Salahudin Uno, saat ditemui beberapa waktu lalu, mendukung agar Jakarta terus bisa menyelenggarakan acara besar. Acara besar yang dimaksud misalnya konser band Inggris Coldplay yang belum diselenggarakan, tetapi sudah membuat pemesanan hotel di sekitar lokasi penyelenggaraan naik.
Acara internasional lain, seperti BNI Java Jazz Festival 2023, yang diselenggarakan akhir pekan lalu di Kemayoran, Jakarta Pusat, juga dari pantauannya membuat hotel di sekitar lokasi acara penuh. ”Apalagi, acara ini juga menargetkan wisatawan mancanegara 10-15 persen dari target 110.000 pengunjung untuk tiga hari penyelenggaraan event yang sangat fenomenal ini,” tuturnya.
Tidak hanya menguntungkan bagi perhotelan, acara besar baik nasional maupun internasional yang diadakan di daerah, termasuk Jakarta, juga akan otomatis menciptakan lapangan kerja baru dan perputaran ekonomi ke bidang lainnya, termasuk usaha kecil dan menengah.
”Jadi, kita harus genjot semakin banyak event. Dan, untuk pemerintah sendiri, kita sudah merealokasi dana yang tadinya untuk Covid-19 kembali normal di 2024-2025. Saya mendorong lebih banyak lagi, sekitar 10 persen event nasional yang dilakukan pemerintah, bisa mendongkrak kontribusi di sektor parekraf pada ekonomi kita, termasuk tingkat keterisian hotel,” ujarnya.
Kita tawarkan more experiences. Diharapkan, member kami bukan cuma menginap di hotel, melainkan dapat pengalaman dinner, entertainment, sampai flight experience yang bekerja sama dengan maskapai penerbangan melalui program loyalitas pelanggan.
Ragam pengalaman
Perusahaan perhotelan juga mulai melihat adanya kebutuhan lain dari para tamu yang bisa disiapkan mereka untuk mengungkit angka keterisian. Upaya ini antara lain dilakukan jaringan hotel internasional Accor, yang mulai merambah ke bisnis pengalaman lebih dari yang hotel biasa tawarkan.
Adi Satria, Senior Vice President Operations and Government Relations Accor Indonesia and Malaysia, menjelaskan, jaringan hotel mereka yang telah mendunia tidak hanya berfokus pada penyediaan layanan penginapan, yang termasuk kuliner atau hiburan di dalam hotel.
”Kita tawarkan more experiences. Diharapkan, member kami bukan cuma menginap di hotel, melainkan dapat pengalaman dinner, entertainment, sampai flight experience yang bekerja sama dengan maskapai penerbangan melalui program loyalitas pelanggan,” kata Adi.
Untuk itu, mereka perlu melakukan kerja sama eksternal dengan beragam pihak, seperti perusahan penerbangan, pemerintah, hingga penyelenggara acara. Baru-baru ini, misalnya, Accor menjadi sponsor acara BNI Java Jazz Festival di Jakarta. Ini menjadi kerja sama pertama, baik untuk perusahaan hotel itu maupun penyelenggara festival.
”Kerja sama ini buat kita tujuannya nomor satu ada dampak finansial lewat penawaran program staycation dan antar-jemput ke lokasi acara. Di lokasi acara, kami juga menyediakan booth untuk menambah brand exposure ke member baru,” ujarnya.
Sejauh ini, tingkat keterisian hotel mereka di Jakarta dinilai sudah membaik daripada dua tahun pandemi. ”Okupansi hotel kami di Jakarta tentunya sudah improve karena banyak event, kegiatan hiburan musik, seperti Java Jazz, Formula-e, rakornas pemerintah, sampai persiapan Pemilu 2024,” katanya.
Mereka pun antusias menyambut bangkitnya aktivitas ekonomi, bisnis, dan lainnya di Ibu Kota.