Jurus Hadapi Kemacetan di Jam Sibuk dengan Layanan 35 Menit Transjakarta
Transjakarta meluncurkan lagi layanan 35 menit. Kali ini layanan cepat itu hadir di tiga rute. Jaminan layanan yang tepat waktu, cepat, nyaman, aman dihadirkan untuk mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
HELENA FRANSISCA NABABAN
Mulai Rabu (17/5/2023) PT Transportasi Jakarta meluncurkan layanan 35 menit di tiga rute, Ragunan-Kuningan Timur, Grogol-Semanggi, dan Pluit-Kota. Salah satu kunci layanan dengan waktu tempuh pendek itu di tengah kemacetan Jakarta yang kian parah saat ini adalah koridor yang steril. Transjakarta mengupayakan sterilisasi koridor dengan menempatkan petugas penjaga koridor.
Pada Rabu (17/5/2023), tepat pukul 07.00, bus Transjakarta meluncur dari halte Ragunan menuju halte Kuningan Timur. Bus melaju tanpa hambatan. Sementara di lajur jalan di samping koridor Transjakarta, kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor tersendat.
Di sejumlah simpang yang terdapat di sepanjang jalan dari Ragunan ke Kuningan Timur melalui Mampang Raya, petugas koridor sigap membukakan portal agar bus bisa lewat kemudian menutupnya kembali. Petugas koridor berjaga bersama petugas kepolisian. Mendekati 07.30 bus sudah tiba di halte Kuningan Timur.
”Baru saja kita menyaksikan bahwa target 35 menit Transjakarta dari Ragunan ke Kuningan Timur berhasil tercapai, bahkan tadi kita capai dengan waktu 28,5 menit. Kita tiba 6,5 menit lebih awal dari target kita,” kata Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Daud Joseph.
Capaian waktu tempuh itu menjadi upaya Transjakarta memberikan jaminan kepada masyarakat DKI Jakarta bahwa layanan yang diberikan bukan hanya aman, nyaman, dan terjangkau. Transjakarta juga memberikan layanan yang teratur secara waktu serta cepat tanpa hambatan.
Rabu (17/5/2023) kemarin menjadi hari peluncuran program layanan 35 menit dari halte Ragunan menuju halte Kuningan Timur, dari Grogol ke Semanggi serta dari Pluit ke Kota. Layanan 35 menit itu berlangsung pada jam sibuk pukul 06.00-09.00.
Waktu tempuh pendek itu menjadi tawaran yang diharapkan memikat warga DKI Jakarta untuk mau kembali naik angkutan umum dan tidak menggunakan kendaraan pribadi. Transjakarta menempatkan petugas penjaga portal dari Transjakarta, serta polisi di setiap persimpangan. Mereka memastikan koridor khusus bus Transjakarta steril dari kendaraan lain, terutama kendaraan pribadi. Koridor yang steril membuat bus melaju lancar tanpa banyak hambatan.
Di saat pandemi Covid-19 mulai terkendali dan aktivitas masyarakat mulai pulih, berdasarkan situs TomTom traffic, Jakarta masih menjadi kota dengan kemacetan yang mesti menjadi perhatian. Pada indeks kemacetan dari 390 kota di 56 negara, pada 2022 Jakarta ada di posisi ke-29. Lalu dari kategori Benua Asia, Jakarta ada di posisi ke-9, tepat di bawah Tokyo.
Kemacetan membuat koridor-koridor Transjakarta yang seharusnya steril atau tidak digunakan kendaraan lain selain bus Transjakarta, menjadi koridor campur. Itu membuat layanan Transjakarta terganggu. Pengguna mesti menunggu cukup lama di halte dan membuat masyarakat pengguna akhirnya memilih ojek daring atau kendaraan pribadi untuk menuju lokasi aktivitas.
HELENA FRANSISCA NABABAN
Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transportasi Jakarta Daud Joseph
Regina (30), warga Jati Padang, Jakarta Selatan, rutin menggunakan layanan bus Transjakarta dari halte Jati Padang menuju kantornya di Kuningan Barat. Setiap pagi ia menghabiskan waktu lebih dari setengah jam di perjalanan dengan bus.
”Kalau dari Ragunan ke Kuningan Timur, bisa 40-50 menit,” katanya.
Ia berharap layanan 35 menit Transjakarta benar-benar terwujud. Ia mengaku mengetahui informasi layanan ini dari media sosial Transjakarta,
”Cukup cepat kalau benar 35 menit dari Ragunan ke Kuningan Timur. Apalagi jam pagi itu biasanya padat pengguna kendaraan bermotor,” katanya.
Ditunggu masyarakat
Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta Ismail mendukung layanan tersebut. Menurut Ismail, langkah seperti ini sangat ditunggu masyarakat.
”Dengan layanan 35 menit ini, kami menilai Transjakarta sudah mampu menunjukkan satu komitmen layanan terbaik kepada masyarakat Jakarta,” jelasnya.
Dengan Transjakarta berani memberi jaminan layanan 35 menit, menurut dia, pasti ada beberapa aspek yang sudah dikaji sebab ada konsekuensi. Pertama, aspek sterilisasi koridor. Selama ini, pekerjaan rumah besar Transjakarta adalah membuat koridor Transjakarta (busway) steril. Di banyak titik di koridor masih dilalui kendaraan pribadi akibat kesadaran pengguna kendaraan pribadi yang rendah.
”Transjakarta pasti sudah memperhitungkan untuk melakukan sterilisasi koridor, karena itu salah satu PR terbesarnya mereka,” katanya.
Untuk itu, menurut Ismail, apabila Transjakarta hendak merekrut tenaga pengawas koridor atau bekerja sama dengan pihak lain, seperti kepolisian, hal itu sah dilakukan. Langkah itu merupakan konsekuensi dari Transjakarta harus menjaga koridor steril.
Di saat pandemi Covid-19 mulai terkendali dan aktivitas masyarakat mulai pulih, berdasarkan situs TomTom traffic, Jakarta masih menjadi kota dengan kemacetan yang mesti menjadi perhatian. Pada indeks kemacetan dari 390 kota di 56 negara, pada 2022 Jakarta ada di posisi 29. Lalu dari kategori Benua Asia, Jakarta ada di posisi ke-9, tepat di bawah Tokyo.
Aspek lain yang sudah dikaji Transjakarta, menurut Ismail, adalah memastikan jumlah armada yang layak dan laik untuk digunakan dałam layanan 35 menit itu. Transjakarta harus menyediakan armada dalam jumlah cukup untuk bisa menjaga headway atau jarak antarbus dalam layanan.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Bus Transjakarta melintasi kendaraan yang terjebak kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (13/12/2021).
Selanjutnya, menurut Ismail, Tranjakarta juga mesti memperhatikan titik-titik atau trase-trase yang masih ada blank spot. Hal itu lebih kepada aspek layanan yang berkeselamatan.
Dengan layanan 35 menit, yang sebelumnya juga pernah pada tahun 2016, Komisi B DPRD DKI Jakarta akan ikut mengevaluasi secara berkala. Ismail juga menyarankan Transjakarta untuk membuat kanal tersendiri guna menampung masukan, saran, kritik dari masyarakat pengguna sehingga evaluasi itu langsung dari pengguna.