Integrasi Trans Pakuan dan Transjakarta Ditargetkan Pertengahan 2023
Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama mengintegrasikan layanan Trans Pakuan dan Transjakarta. Integrasi ini diharapkan memudahkan mobilitas warga dan mengurangi kemacetan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama mengintegrasikan layanan Trans Pakuan dan Transjakarta. Integrasi ini diharapkan memudahkan mobilitas warga dan mengurangi kemacetan.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Perusahaan Umum Daerah Transportasi Pakuan dan PT Transportasi Jakarta telah menandatangani nota kesepakatan kerja sama peningkatan kapasitas integrasi layanan dan penyelenggaraan angkutan umum massal. Menurut rencana, integrasi transportasi ini mulai beroperasi pada pertengahan tahun.
Integrasi layanan transportasi massal ini akan menjangkau rute perjalanan menuju Cibubur yang juga terintegrasi dengan stasiun LRT atau lintas raya terpadu.
Adapun rute layanannya Terminal Baranangsiang-Cibubur (Halte Transjakarta Cibubur Junction) dan Terminal Bubulak-Cibubur. Sesampai di Cibubur, penumpang bisa melanjutkan perjalanan menggunakan bus Transjakarta atau LRT yang direncanakan akan beroperasi secara komersial pada Juli 2023.
Melalui kerja sama itu, kata Bima, tidak hanya meningkatkan integrasi transportasi, tetapi juga peningkatan kapasitas manajemen Perumda Transportasi Pakuan. Manajemen berkesempatan belajar dan menerapkan standar pelayanan transportasi yang sudah dilakukan oleh PT Transportasi Jakarta.
”Ini bagian dari strategi utama Kota Bogor untuk mengurai persoalan kemacetan, integrasi transportasi antarkota, dan peningkatan pelayanan transportasi umum,” ujar Bima, Jumat (12/5/2023).
Setelah penandatanganan nota kesepakatan, kedua manajemen akan kembali bertemu untuk membahas tarif, koridor, hingga rute perjalanan.
Pemkot Bogor, lanjut Bima, selalu mengajukan proposal ke Pemprov DKI Jakarta terkait isu transportasi. Ia mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta yang kini memberikan respons positif untuk bersama-sama menguatkan integrasi transportasi.
Salah satu proposal itu, antara lain, permintaan bantuan pengadaan bus dan Terminal Bubulak menjadi transit oriented development (TOD) atau pembangunan berorientasi transit. Bus Transjakarta juga bisa masuk dan keluar melayani penumpang sehingga diharapkan akan berdampak pada berkurangnya kendaraan dari Jakarta dan Bogor.
”Kebijakan sangat penting yakni integrasi. Penduduk Kota Bogor ada 1 juta dan Kabupaten Bogor ada 5 juta. Jadi tidak bisa ditampik terdapat faktor mobilitas orang yang padat di sekitar Jabodetabek. Setiap hari saja ada 800.000 orang Bogor ke Jakarta dan di akhir pekan ada 400.000 orang Jakarta datang ke Kota Bogor,” kata Bima.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menambahkan, sinergi antara Pemkot Bogor dan Pemprov DKI Jakarta melalui integrasi transportasi diharapkan mendorong warga beralih ke transportasi publik dan meningkatkan mobilitas warga.
Tidak hanya bagi warga Jakarta yang ingin berkunjung atau berwisata ke Kota Bogor, melalui integrasi, warga Kota Bogor yang bekerja atau beraktivitas di Jakarta juga bakal terbantu. Ke depan, koridor layanan Trans Pakuan akan segera diintegrasikan dengan sistem transportasi Jakarta.
”Tidak hanya mengurangi kemacetan di Bogor, tetapi juga di Jakarta,” ujar Syafrin.
Kerja sama ini terjalin berawal dari kunjungan Wali Kota Bogor Bima Arya ke Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (4/5/2023). Dalam pertemuan dengan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, dibahas masalah kemacetan dan transportasi publik. Dari pertemuan itu, Heru meminta segera mengurus perizinan ke Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Ekspansi BisKita Trans Pakuan
Kebijakan lainnya untuk mengurai kemacetan, antara lain, redistribusi fungsi, yaitu mengatur wilayah pelayanan agar tidak terkonsentrasi di pusat kota. Salah satunya dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan atau Balai Kota Bogor ke kawasan Katulampa.
Selain itu, kebijakan pembangunan infrastruktur atau akses jalan dengan membangun jalan Regional Ring Road (R3), jalan Ring Road (R2), jalan Bogor Inner Ring Road (BIRR), jalan Bogor Outer Ring Road (BORR), hingga pelebaran Jembatan Otto Iskandardinata yang saat ini sedang dikerjakan.
”Kebijakan selanjutnya konversi atau memindahkan kebiasaan warga dari memakai kendaraan pribadi ke transportasi publik yang nyaman. Dilakukan dengan cara konversi angkot ke bus dan hadirnya Biskita Transpakuan,” kata Bima.
Menurut Bima, BisKita Trans Pakuan saat ini tidak sekadar menghadirkan layanan standar bertransportasi yang nyaman untuk warga di Kota Bogor. BisKita Trans Pakuan harus pula dirasakan jangkauannya hingga Jakarta sebagai upaya mengurangi kemacetan.