Sistem Dua Arah Berlaku di Seputar Kebun Raya Bogor
Berdasarkan kajian dan saran warga, Pemerintah Kota Bogor menerapkan sistem dua arah di seputar Kebun Raya Bogor. Dalam sehari pelaksanaannya, sistem rekayasa ini dinilai efektif mengurangi kemacetan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, menerapkan rekayasa lalu lintas dua arah di seputar Kebun Raya Bogor. Penyesuaian ini dampak dari pembangunan Jembatan Otto Iskandardinata. Rekayasa dinilai efektif mengurai kemacetan.
Rekayasa lalu lintas melalui sistem dua arah mulai berlaku menggantikan sistem rekayasa sebelumnya yang dinilai kurang efektif dan menyebabkan kemacetan di sejumlah titik. Pemberlakuan rekayasa lalu lintas ini akan berlangsung selama pembangunan Jembatan Otto Iskandardinata selesai pada Desember 2023.
Dari pantauan Kompas, Rabu (10/5/2023) sore, di simpang Jalan Kapten Muslihat, lampu lalu lintas sudah diaktifkan. Sejumlah petugas gabungan, seperti Dinas Perhubungan Kota Bogor, Polresta Bogor, Satpol PP, kepolisian, dan TNI, berjaga untuk memperlancar lalu lintas kendaraan dari dua arah jalan seputar Kebun Raya Bogor dan dari arah Jalan Kapten Muslihat.
Begitu pula di simpang mal Bogor Trade Mall (BTM)-Raden Saleh Sjarif Bustaman-seputar Kebun Raya Bogor, lalu di sekitar Suryakencana, dan di Tugu Kujang, petugas gabungan berusaha memperlancar arus lalu lintas kendaraan.
Adapun di badan ruas jalan sekitar Suryakencana arah BTM yang kerap terparkir mobil dan angkutan kota (angkot), kendaraan tidak diizinkan berhenti terlalu lama atau parkir. Jika dibanding satu minggu awal sejak penutupan Jembatan Otto Iskandardinata, kini arus lalu lintas dengan penerapan sistem dua arah di sekitar Kebun Raya Bogor tampak lebih lancar. Titik kemacetan juga berkurang.
Pada skenario rekayasa lalu lintas pada awal minggu penutupan Jembatan Otista, terjadi kepadatan dan kemacetan di sejumlah titik, di antaranya di seputar kawasan Ekalokasari, Jambu Dua, dan titik di pusat kota.
Hal ini juga disampaikan oleh pengendara mobil, Jarot Yandi (34), warga Empang, Bogor Selatan. Ia menilai rekayasa kali ini jauh lebih baik.
”Seminggu kemarin keluar dan masuk sekitar Kebun Raya Bogor, Jambu Dua, Ekalokasari, macetnya ampun. Tapi ini lumayan enggak macet parah. Hanya mungkin di beberapa putaran perlu ditambah petugas biar lebih lancar,” kata Jarot, Rabu.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, pembukaan sistem satu arah Kebun Raya Bogor melalui rekayasa lalu lintas dua arah cukup terkendali dan kemacetan seperti di Jalan Jalak Harupat, Jalan Ir H Juanda, dan sekitar BTM pada Rabu pagi cepat terurai. Sementara pada Rabu sore arus kendaraan lebih terurai dan lancar.
”Kami optimistis ke depan akan semakin baik karena akan ada penyesuaian dan terus ada evaluasi. Skenario ini mengurai kemacetan di banyak titik. Tidak ada lagi kepadatan di Ekalokasari dan Jambu Dua. Di pusat kota padat, tapi mengalir,” ujar Bima seusai memantau arus lalu lintas di sekitar Jembatan Otista, Rabu malam.
Selain terus mengevaluasi, menurut dia, petugas gabungan akan terus bersiaga dan mengawasi arus lalu lintas. Pada Kamis (11/5/2023) petugas gabungan akan ditempatkan di beberapa titik putaran di jalur dua arah. Di titik putaran itu kerap terjadi kepadatan.
Total ada sebanyak 400 petugas yang terdiri dari 150 anggota kepolisian, 150 petugas Dishub Kota Bogor, 50 petugas Satpol PP, dan 50 anggota TNI. Petugas itu secara bergantian akan berjaga dalam tiga pembagian waktu.
”Di titik krusial harus menjadi atensi untuk penempatan petugas sehingga tidak boleh ada kekosongan. Sterilisasi di setiap titik yang potensi terjadi parkir liar ataupun menjadi tempat pemberhentian angkot yang terlalu lama,” ujar Bima.
Penerapan rekayasa lalu lintas sistem dua arah, lanjut Bima, selain dari kajian lapangan, merupakan aspirasi dan masukan dari warga yang seminggu terakhir terdampak kemacetan.
Rekayasa ini juga diharapkan membuat geliat ekonomi di sekitar Jalan Otista dan Suryakencana yang sempat terdampak satu minggu terakhir kembali hidup.
”Jadi, intinya pertimbangan kami untuk menyingkat waktu tempuh, untuk mengurangi dampak ekonomi dan menggerakkan kembali roda ekonomi, dan lain-lain,” katanya.