Penutupan Jembatan Otista menyebabkan sejumlah kepadatan kendaraan. Dari hasil evaluasi, beberapa rambu lalu lintas akan disesuaikan karena menit tunggu terlalu lama, penambahan petugas, dan penertiban parkir kendaraan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Jembatan Otto Iskandardita (Otista), Kota Bogor, Jawa Barat, resmi ditutup untuk keperluan dimulainya pengerjaan pembangunan jembatan. Dari hasil evaluasi, ada sejumlah titik kepadatan sehingga akan ada penyesuaian waktu tunggu rambu lampu lalu lintas dan penertiban parkir di badan jalan.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, penutupan Jembatan Otista berlangsung hingga Desember 2023 mendatang. Sejumlah penyesuaian pun harus dilakukan seperti rekayasa lalu lintas kendaraan. Penyusuaian lainnya ialah terkait jam masuk sekolah dari awal pukul 07.00 menjadi pukul 08.00.
”Penyesuaian jam masuk sekolah mulai hari ini tanggal 2-9 Mei. Lalu penyesuaian lalu lintas. Aktivasi traffic light (rambu lampu lalu lintas) di simpang Tugu Kujang sehingga kendaraan dari arah Terminal Baranangsiang lurus menuju arah Simpang RS Siloam menuju Plaza Jambu Dua yang kini menjadi dua arah,” ujar Bima, Selasa (2/5/2023).
Selama satu pekan, lanjut Bima, ada 150 petugas Dinas Perhubungan Kota Nogor dan 100 petugas Saptol PP Kota Bogor yang akan bertugas bergantian selama 24 jam. Warga diimbau untuk mengikuti arahan petugas lapangan demi kelancaran arus lalu lintas.
Para petugas ini juga akan memperhatikan kondisi lapangan sebagai bahan evaluasi. Pemkot Bogor juga terbuka untuk menerima evaluasi, masukan, dan saran dari warga.
Penutupan Jalan Otista ini tidak hanya berlaku bagi pengguna kendaraan, tapi juga bagi masyarakat yang berolahraga di seputaran sistem satu arah (SSA) Kebun Raya Bogor (KRB). Pedestrian SSA ikut terdampak penutupan Jembatan Otista.
Begitu pula akses pintu masuk ke KRB. Pemkot Bogor sudah berkoordinasi dengan pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan KRB agar ada penyesuaian akses masuk ke pintu lainya.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Eko Prabowo mengatakan, penutupan Jalan Otista juga berdampak pada transportasi umum.
Sebanyak 14 trayek angkutan umum dan 2 trayek BisKita Trans-Pakuan mengalami perubahan rute. Adapun rute yang berubah adalah trayek 01 AP, trayek 03 AP, trayek 05 AP, trayek 07 AP, trayek 08 AP, trayek 09 AP, trayek 13 AP, trayek 23 AP, trayek 24 AP, trayek 25 AP, trayek 26 AP, trayek 30 AP, trayek 02 AK, trayek 03 AK. Lalu perubahan BisKita rute TPK-1 dan TPK-2.
Dari hasil pantauan, lanjut Bima, situasi dan kondisi arus lalu lintas ada sejumlah titik kepadatan kendaraan seperti di Jalan Pajajaran, Simpang Jalan Harupat, Simpang Jalan Lodaya, hingga Sukasari dan Suryakencana.
”Di Ekalokasari karena arus mobilitas warga dari daerah Jalan Pajajaran, Bogor Timur, bergerak ke pusat kota dan stasiun melewati Sukasari. Kedua di simpang Lodaya, Jalak Harupat terjadi kepadatan di situ,” kata Bima Arya.
Dari hasil evaluasi sementara akan dilakukan penyesuaian beberapa rambu lalu lintas yang dirasa menit tunggunya terlalu lama. Petugas lapangan juga akan ditambah untuk segera mengurai kepadatan.
Keberadaan parkir liar atau parkir di badan jalan akan segera disterilisasi sehingga arus lalu lintas tidak terhambat.
Bima melanjutkan, rencana revitalisasi Jembatan Otista sudah melalui proses panjang, mulai dari hasil kajian dan pembahasan. Pembangunan jembatan baru ini diharapkan mampu mengurai kemacetan yang selama ini selalu menjadi keluhan warga.