Keluarga Kasat Narkoba Polres Metro Jaktim Serahkan Penyelidikan Kematian ke Kepolisian
Sebelumnya, seseorang yang mengaku paman korban menduga kematian Buddy janggal, di antaranya terkait adanya keterlibatan mafia narkoba.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelidikan kematian Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Buddy Alfrits Towoliu karena tertabrak kereta didukung pihak keluarga. Sebelumnya, seseorang yang mengaku paman korban menduga ada kejanggalan dari kematian Buddy.
”Kami menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada kepolisian,” kata sepupu Buddy, Vondell Towoliu, yang berbicara dalam konferensi pers kematian kerabatnya di Polres Metro Jakarta Timur, Senin (1/5/2023).
Buddy mengalami kecelakaan pada Sabtu (29/4/2023) pukul 09.31. Ia meninggal setelah tertabrak kereta Tegal Bahari jurusan Pasar Senen-Tegal yang bertolak ke arah timur dari Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur.
Buddy diduga menyeberangi rel kereta melalui tembok pembatas rel yang terbuka. Dari penyelidikan sementara lewat beberapa barang bukti dan pemeriksaan forensik, Buddy mencapai lokasi kejadian dengan berjalan kaki seorang diri. Ini tertancap dalam beberapa rekaman kamera CCTV saat meninggalkan Markas Polda Metro Jakarta Timur dan melewati Stasiun Jatinegara.
Keterangan itu disampaikan Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Leonardus Harapantua Simamarta yang menjelaskan penyelidikan sementara dalam konferensi pers hari ini.
Buddy diketahui baru dua minggu menjadi Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Timur. Namun, ia belum efektif bertugas karena harus menjalani perawatan pengangkatan batu empedu di rumah sakit. Ia pun baru kembali ke kantornya pada hari kecelakaan terjadi dan sempat ditemani sepupunya, berdasarkan arahan istrinya.
Seusai kejadian, polisi sempat menyebut Buddy diduga bunuh diri. Pernyataan itu ditentang paman Buddy, Cyprus A Tatali, yang ditemui awak media di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, seusai kejadian. Menurut dia, tidak ada indikasi Buddy bunuh diri karena selama hidupnya, ia dikenal tidak mempunyai gangguan kejiwaan.
”Keluarganya sejahtera dan bahagia. Istrinya bekerja dan anak pertamanya tengah menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian, dari sisi itu, kan, tidak mungkin kalau masalah ekonomi,” ujar Cyprus.
Ia mengatakan, keluarga menduga bahwa jabatan barunya sebagai kepala satuan narkoba berkaitan dengan kasus yang disidik. Hal ini menguatkan dugaan bahwa peran baru Buddy dianggap berisiko karena berhadapan dengan para mafia.
Cyprus menambahkan, jabatan baru dengan kematian mendadak merupakan sesuatu yang tak logis. Ia menduga, Buddy dibunuh, lantas dibuang ke tengah rel kereta api (KA). Hal itu juga jadi salah satu cara menghilangkan jejak, selain membakar.
Ini, menurut dia, juga dikuatkan dengan adanya panggilan telepon dari seseorang yang tidak jelas, beberapa menit sebelum kejadian kecelakaan.
Koordinasi
Vondell mengatakan, Cyprus hanyalah teman dekat Buddy. Ia dinilai belum berkoordinasi dengan keluarga sehingga memberikan keterangan yang simpang siur. Untuk itu, keluarga menimbang akan mencabut keterangannya.
”Bapak Cyprus itu teman dekat dari korban. Terkait dengan kesaksiannya itu, mungkin karena saat itu terburu-buru dengan berbagai simpang siur berita sehingga belum terkoordinasi sehingga mungkin akan kita cabut keterangannya,” ujar Vondell.
Kepolisian memastikan akan menyelidiki kasus dengan metode investigasi berbasis sain, melibatkan berbagai profesi, seperti disiplin kedokteran, digital, dan psikologi forensik. Sejauh ini, polisi baru selesai menyelidiki jenazah Buddy lewat pemeriksaan kedokteran forensik.
Sejauh ini, Pusat Laboratorium Forensik Polri menyatakan, pemeriksaan sampel jenazah korban, seperti urine, darah, potongan hati, rambut, dan swab kuku Buddy tidak mengandung pestisida, arsenik, sianida, alkohol, dan narkoba.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Dimas Prasetyo menambahkan, barang bukti obat yang ditemukan di ruangan Buddy juga terkait pengobatan setelah operasi batu empedu. ”Itu bukan obat terlarang,” imbuhnya.
Ia juga menepis informasi dari Cyprus bahwa Buddy menerima telepon dari seseorang tidak dikenal beberapa menit sebelum kecelakaan. Dimas mengatakan, untuk sementara, ini diyakinkan dari pemeriksaan digital forensik dan keterangan istri korban.
”Kami menepis berita beredar. Tidak ada telepon dari orang yang tidak dikenal, karena itu dari rekan kerja anak buah beliau dan istrinya. Bagaimanapun kami masih menunggu hasil pemeriksaan, selain hasil assessment sementara ini,” ungkapnya.