Selama libur Lebaran, banyaknya perkantoran dan tempat makan yang tutup memicu sepinya kawasan tertentu. Di sisi lain, keramaian tersedot ke pusat perbelanjaan dan hiburan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY, STEFANUS ATO, Mis Fransiska Dewi
·4 menit baca
Beberapa hari terakhir selama libur Lebaran, Jakarta menampakkan dua sisi wajah berbeda. Ada sudut-sudut kota yang luar biasa lengang. Di sisi lain, ada kemacetan dan keramaian di lokasi tertentu.
Anto (30), warga Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Minggu (23/4/2023) siang belum juga sarapan. Warteg langganan sudah tutup sejak 19 April 2023. ”Sudah sekitar tiga hari terakhir nyari makan susah. Warung sekitar tutup semua,” kata lelaki asal Kuningan, Jawa Barat, itu.
Lelaki yang berjualan bensin eceran di tepi Jalan Tanjung Duren Raya itu pun bersiasat mengisi perut. Dia kerap menahan lapar hingga mentari terbenam atau menunggu satu-satunya warung pecel lele di sekitar Jalan Tanjung Duren Raya menggelar dagangan saat malam tiba.
Kondisi wilayah Tanjung Duren pada hari-hari biasa atau sebelum mudik Lebaran 2023 sejatinya ramai oleh aktivitas pedagang kuliner. Di sepanjang jalan pun dipadati beragam rumah toko yang menjual beragam kuliner.
Namun, aktivitas pedagang di tempat itu yang biasa ramai berangsur sepi sejak 19 April 2023. Puncaknya, saat Idul Fitri 1444 Hijriah atau Sabtu (22/4/2023), kawasan itu hampir tak bernyawa.
Gerobak-gerobak pedagang kaki lima yang sering digunakan untuk menjual bakso, mi, nasi goreng, hingga pecel ditinggal di tepi jalan, tepatnya di gang-gang perumahan warga.
Situasi lengang juga terlihat di tempat lain seperti Rawa Belong di Jakarta Barat serta Gelora dan Tanah Abang di Jakarta Pusat. Tak banyak toko yang buka di pusat grosir, blok pasar, dan trotoar.
Padahal, satu pekan sebelumnya, Pasar Tanah Abang dipadati warga yang berduyun-duyun membeli berbagai kebutuhan Lebaran. Lalu lintas pun lengang. Berkebalikan dengan hari biasa yang dipadati kendaraan dan klakson bersahut-sahutan.
Mamat (43), warga Kebon Kacang, Jakarta Pusat, berteduh dari teriknya matahari di Blok G Pasar Tanah Abang. Matanya melihat ke sana-sini mencari pedagang kopi keliling. Kopi itu bakal menjadi temannya menanti pengguna jasa ojek pangkalan. ”Biasanya ramai (penjual). Sekarang pada pulang, jadi sepi begini,” ujarnya.
Terbatasnya pilihan mencari makan menjadi berkah tersendiri bagi sejumlah ojek daring yang masih mencari nafkah di momentum Lebaran 2023. Salah satunya Usman (40) yang biasa mangkal di Tanjung Duren. Pada hari biasa pesanan makanan yang masuk ke aplikasi rata-rata 10 orang. Selama dua hari Lebaran dia kewalahan melayani pesanan pelanggan.
”Hari ini 20 pesanan. Rata-rata yang pesan anak-anak kos,” kata lelaki asal Medan, Sumatera Utara, itu, Minggu (23/4/2023).
Berlabuh di mal
Sejumlah mal masih menjadi pilihan warga saat libur Lebaran 2023. Mal menjadi tujuan kalangan menengah ke atas karena keyakinan konsumen cenderung positif di tahun ini. Kunjungan ke mal secara rata-rata nasional pun diperkirakan naik di atas 40 persen hingga 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Pada hari pertama Lebaran 2023, Sabtu (22/4/2023) pukul 16.00, sejumlah warga memadati salah satu mal di Jakarta Selatan. Warga Condet, Jakarta Timur, Teguh (40), membawa tentengan tas belanja di tangan kanan dan kirinya.
”Tahun ini kebetulan tidak mudik. Enggak niat belanja, tapi beli juga akhirnya karena di mal ini tersedia semuanya,” ujar pria berkacamata itu.
Warga Tanah Kusir, Reni Mandasari (25), menambahkan, makan di mal masih menjadi pilihan favoritnya karena beberapa makanan kesukaannya tersedia dalam satu tempat. Menurut dia, semakin hari gerai makanan dan minuman di mal semakin berbenah sehingga nyaman untuk dikunjungi.
Tim komunikasi korporat Grand Indonesia (GI), Annisa Hazarini, mengatakan, pada hari pertama Lebaran 2023 pengunjung mal terpantau masih ramai. Hal ini karena destinasi warga Ibu Kota yang tidak mudik sebagian besar berkunjung ke mal.
Pada minggu kedua Ramadhan, peningkatan rata-rata kunjungan harian di mal di Jakarta Pusat itu 10 persen dibandingkan dengan awal bulan suci tersebut. Pihak GI mencatat rata-rata kunjungan hari biasa sebesar 50.000 orang, sedangkan akhir pekan sebanyak 62.000 orang. Kondisi yang sama akan terjadi saat libur Lebaran atau selama cuti bersama selama Idul Fitri.
Sekarang konsep mal yang diminati menggabungkan pusat ritel, kuliner, dan rekreasi keluarga.
Pemutar ekonomi
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira berpendapat, saat momentum Lebaran hingga H+4, mal akan semakin penuh dikunjungi oleh konsumen, terutama di kawasan Jabodetabek. Mal menjadi target konsumen kalangan menengah ke atas. Sebagian warga percaya diri menggunakan tunjangan hari raya (THR) dan simpanan bank untuk jalan-jalan ke mal.
”Perkiraan kunjungan ke mal rata-rata nasional naik di atas 40-50 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Masyarakat Indonesia itu konsumtif. Jadi, begitu menerima THR, yang pertama kali dilakukan tentu belanja atau shopping,” kata Bhima.
Ia menambahkan, sebagian mal sudah kembali ke prapandemi, tapi tidak merata karena sebagian mal dengan konsep lama berfokus pada pusat ritel sehingga masih butuh waktu lebih lama untuk pulih. ”Sekarang konsep mal yang diminati menggabungkan pusat ritel, kuliner, dan rekreasi keluarga,” ucap Bhima.
Terkait dengan tutupnya sebagian tempat makan karena pemilik mudik juga imbas perkantoran libur selama Lebaran sehingga sebagian Jakarta lengang, Bhima menegaskan, hal itu menunjukkan betapa besar dampak ekonomi para pedagang kecil. Pedagang kecil ini termasuk dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Produk domestik bruto (PDB) Jakarta Rp 3.186 triliun dan sekitar 60 persennya disumbang oleh UMKM.