Setelah uji coba, kemudian juga mendapat reaksi penolakan dari masyarakat, Dishub DKI Jakarta kembali membuka simpang Santa yang ditutup. Komisi B meminta kajian matang dan tunda dulu penutupan 32 simpang lainnya.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Perhubungan DKI Jakarta memutuskan membuka kembali simpang Santa yang ditutup. Pembukaan kembali simpang Santa membuat tidak ada lagi rekayasa lalu lintas di wilayah itu, sementara rute bus Transjakarta dikembalikan lagi seperti semula.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo, Selasa (18/4/2023), menjelaskan, pembukaan kembali simpang Santa dilakukan pada Senin (17/4/2023) malam. Pembatas dari beton yang semula dipasang di simpang Santa sudah dibongkar. Saat ini sudah tidak ada lagi rekayasa lalu lintas di kawasan itu.
”Untuk simpang Santa sejak tadi malam sudah kami kembalikan ke pengaturan semula sehingga pejalan kaki yang akan menyeberang mengikuti pengaturan waktu traffic light,” kata Syafrin.
Syafrin menerangkan, pembukaan kembali simpang Santa itu dilakukan setelah hasil evaluasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan penutupan simpang itu justru membuat kawasan tersebut semakin macet.
Seperti diketahui, uji coba penerapan rekayasa lalu lintas di simpang Santa dilakukan pada 7-12 April 2023. Dalam uji coba rekayasa lalu lintas itu, Dishub DKI Jakarta menutup simpang Jalan Wijaya I-Jalan Wolter Monginsidi-Jalan Suryo (traffic light Santa). Penutupan simpang membuat lalu lintas dari arah selatan atau dari Jalan Wijaya I/Antasari menuju ke arah timur atau Tendean dialihkan.
Arus lalu lintas diatur untuk belok kiri ke Jalan Wolter Monginsidi kemudian belok kanan di simpang Jalan Gunawarman-Jalan Senopati-Jalan Suryo dan seterusnya. Atau, pengguna jalan dapat melalui Jalan Prof Dr Sutono-Jalan Gunawarman-Jalan Senopati-Jalan Suryo dan seterusnya.
Rute bus Transjakarta non-BRT 9H juga berubah. Bus dibelokkan masuk Jalan Wolter Monginsidi.
Dengan pembukaan pembatas dari beton itu, mulai Senin malam sudah tidak ada rekayasa lalu lintas di kawasan itu. Bus Transjakarta juga kembali ke rute semula, langsung masuk ke Jalan Tendean.
Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta Ismail menyayangkan kebijakan itu. Ia menilai perlu dilakukan kajian yang matang sebelum melakukan perubahan.
Membaca komentar masyarakat pengguna jalan serta fakta di lapangan, Ismail menilai, kebijakan yang dilakukan dinas perhubungan terlalu terburu-buru. ”Harusnya merujuk dulu pada kajian sebelumnya yang membuat kondisi eksistingnya itu, jangan kemudian langsung diubah,” ujar Ismail.
Ismail menegaskan, secara umum, ia mencermati, ada beberapa hal yang sepertinya terlalu dipaksakan untuk diubah dengan alasan yang tidak jelas.
”Saya pikir ini tidak boleh, apalagi perubahan itu menggunakan anggaran baru lagi. Ini harus dipertanggungjawabkan karena satu sisi ini sebuah contoh pemborosan, yang pembuatan sebelumnya sudah memakai anggaran dan hasilnya sudah dinikmati masyarakat. Ketika dilakukan sesuatu perubahan baru tanpa kajian yang matang dan menggunakan anggaran pula dan hasilnya semakin parah, itu pemborosan dari segi anggaran,” kata Ismail.
Berangkat dari penutupan simpang Santa, Ismail meminta supaya Dishub DKI untuk menunda dulu penutupan simpang yang lain. ”Jangan menimbulkan masalah baru lagi, karena itu, tunda, bahas dulu baru nanti kemudian kita sepakati seperti apa,” jelasnya.