Pasca-Lebaran, Diprediksi Ada 30.000-40.000 Pendatang Baru di Jakarta
Disdukcapil DKI Jakarta memprediksi terdapat kenaikan pendatang baru hingga 40.000 orang setelah Lebaran 2023. Disdukcapil akan gencarkan strategi administrasi kependudukan untuk mengendalikan pendatang baru.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta menyiapkan strategi pendataan bagi warga pendatang pascamudik Lebaran 2023. Langkah itu disebut untuk mengantisipasi kenaikan jumlah pendatang baru ke Jakarta pasca-Lebaran 2023 yang diprediksi bertambah antara 30.000 dan 40.000 orang.
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta Budi Awaluddin, Sabtu (15/4/2023), menjelaskan, strategi pendataan itu mewajibkan setiap warga pendatang untuk langsung melapor kepada RT/RW setempat. ”Kami juga mengimbau agar pendatang mempunyai kepastian jaminan tempat tinggal, tempat kerja, serta keahlian dan keterampilan,” katanya.
Strategi ini terkait dengan imbauan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Ia meminta pemudik tidak membawa kolega atau sanak saudara yang tidak memiliki keterampilan atau keahlian khusus ke Jakarta. Namun, Heru Budi tidak melarang mereka yang datang ke Jakarta dengan keahlian, keterampilan, ataupun memang sudah memiliki pekerjaan di Jakarta.
Budi Awaluddin menambahkan, mudik Lebaran berimplikasi pada potensi bertambahnya jumlah pendatang yang berlipat dari jumlah pergerakan warga yang keluar Jakarta. Tercatat, terjadi tren peningkatan jumlah pendatang di Jakarta setiap tahunnya.
Dalam tiga tahun terakhir saja, peningkatan pendatang ke Jakarta terlihat. Pada 2020, sejumlah 113.814 orang datang ke Jakarta.
Angka itu meningkat pada 2021 dengan pendatang sejumlah 139.740 orang. Lalu, pada 2022 pendatang ke Jakarta terpantau sebanyak 151.752 orang. Berdasarkan data penduduk dalam Data Konsolidasi Bersih (DKB) semester II tahun 2022, jumlah warga Jakarta sebanyak 11.317.271.
”Dari tren para pendatang tiga tahun terakhir ini, latar belakang pendidikannya beragam,” kata Budi.
Apalagi, ke depannya Jakarta akan menjadi Kota Global. Untuk itu, penataan perkotaan di berbagai lini sektor, termasuk sektor kependudukan, perlu ditingkatkan dan semakin tertib guna mengantisipasi dampak yang mungkin muncul.
Untuk yang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA) ke bawah jumlahnya meningkat, yaitu sebesar 78,04 persen tahun 2020, 78,25 persen pada 2021, dan meningkat menjadi 78,49 persen pada 2022. Adapun yang berpenghasilan rendah cenderung fluktuatif, yakni sebesar 40,93 persen pada 2020, kemudian meningkat menjadi 47,61 persen pada 2021, dan menurun menjadi 45,64 persen 2022.
Untuk pasca-Lebaran 2023, menurut Budi, diprediksi jumlah pendatang baru akan bertambah sebanyak 20-30 persen atau 36.000-40.000 pendatang. Hal tersebut perlu diantisipasi lantaran berpotensi meningkatkan kemiskinan, stunting, pengangguran, dan masalah kriminalitas.
Pemprov DKI Jakarta, disebutkan Budi, akan lebih menertibkan administrasi kependudukan bagi pendatang baru setelah Lebaran 2023. Langkah itu memudahkan Disdukcapil DKI memetakan potensi permasalahan dan dapat segera mengatasinya.
”Apalagi, ke depannya, Jakarta akan menjadi kota global. Untuk itu, penataan perkotaan di berbagai lini sektor, termasuk sektor kependudukan, perlu ditingkatkan dan semakin tertib guna mengantisipasi dampak yang mungkin muncul,” tutur Budi.