Para Pendulang Cuan di Momen Ramadhan
Demi meraup untung maksimal saat momen Ramadhan, tidak sedikit para pedagang menambah durasi berjualan hingga jumlah pegawai. Mereka berharap cuan lebih di tengah situasi yang lebih terbuka saat ini.
Momen Ramadhan dan Idul Fitri menjadi ajang bagi para pedagang meraup untung maksimal. Tidak sedikit dari mereka menambah durasi berjualan hingga jumlah pegawai. Mereka berharap penjualan yang melenting setelah situasi jauh lebih terbuka saat ini.
”Siapa cepat dia dapat, Rp 35.000 saja,” teriak Doni (32) berulang. Suaranya nyaring terdengar di sekitaran Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (8/4/2023).
Siang itu, Doni tak henti mempromosikan barang dagangannya, yaitu sandal yang dipatok dengan harga Rp 35.000 untuk berbagai jenis dan ukuran. Tangan kiri Doni sigap merapikan sandal yang telah dipilih oleh pembeli, sedangkan tangan kanannya merapikan sandal bagian lainnya.
Lapak kaki lima berukuran 5 meter x 2 meter dengan penutup terpal itu di setiap sisinya dipenuhi deretan sandal yang tersusun rapi. Beberapa bagian tengah lapak juga tak luput dari sandal yang digantung dengan berbagai variasi. Keringat bercucuran memenuhi wajah Doni ketika pembeli setiap menit mulai ramai berdatangan memenuhi lapaknya itu.
Setidaknya ada 8 hingga 10 pembeli setiap lima menit memenuhi barisan depan lapak yang mulai disiapkan pada pukul 04.00-18.00 tersebut. Selama Ramadhan, lapaknya itu buka lebih lama dari biasanya. Doni tidak sendiri, ia ditemani dua pegawai lainnya untuk melayani pembeli yang datang. Mulai dari menanyakan ukuran, warna, hingga model sandal yang diimpor dari Taiwan dan dipasok dari Bogor, Jawa Barat, itu.
Doni dan kedua pegawainya tak henti bersahutan saling mempromosikan dagangannya setiap dua menit sekali. ”Rp 100.000 dapat tiga. Cuman hari ini aja, diobral, diobral…,” sahut pegawai lainnya.
Doni bercerita, pendapatannya telah naik mulai dua minggu jelang Lebaran. Kenaikan berkisar hingga 60 persen dari sebelumnya.
Meski demikian, pedagang yang telah berjualan sejak 2015 ini mengungkapkan, walaupun ramai, penjualannya saat ini tidak sama dengan dua minggu jelang Lebaran tahun lalu. Tahun lalu pendapatannya meningkat hingga 100 persen.
Baca juga: Ramai-ramai Berburu Promo Ramadhan
Peningkatan pendapatan juga dirasakan Uum (52) pemilik Dell’s Collection di Blok B, Tanah Abang. Pendapatan hariannya meningkat hingga 85 persen saat Ramadhan. Di luar Ramadhan, pendapatannya paling banyak hanya Rp 40 juta dalam sehari.
Toko yang memiliki empat cabang di Blok A dan B itu menjual aneka blus, kaftan dengan berbagai corak, baju koko, dan batik modern. Batik modern menjadi andalan Dell’s Collection yang dipajang dengan berbagai varian warna-warna pastel. Untuk satu set batik modern dibanderol dengan harga sekitar Rp 350.000.
Uum memproduksi sendiri berbagai jenis pakaiannya itu. Ia memiliki konfeksi yang terletak di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ketika permintaan tinggi saat Ramadhan, tak tanggung-tanggung ia menambah jumlah penjahit tambahan untuk memenuhi stok penjualan menjelang Lebaran. Uum mengatakan, peminat pakaiannya tidak hanya datang dari berbagai kota di Indonesia, tetapi juga Malaysia.
”Tahun lalu kami enggak berani nyetok banyak, sekarang nyetok banyak tapi belum habis. Padahal sebentar lagi Lebaran,” kata Uum yang berjualan di Tanah Abang sejak 1991 itu.
Lain di toko, lain pula penjualan daring. Toko kue yang berlokasi di area Malang, Jawa Timur, milik Safiria Himawati (55) salah satunya. Ibu tiga anak ini sudah memulai usaha kue kering lebaran ”Kukie Kukie” sejak 2008. Di dalam dapur berukuran 4 meter x 7 meter dengan lantai berwarna papan catur itu ia berkreasi menghasilkan berbagai macam jenis kue, mulai dari nastar, chocochips, janhagel, hingga semprit keju.
”Selain menerima pesanan dengan stoples yang kami sediakan, biasanya pelanggan ada yang pesan dengan membawa stoples sendiri atau membeli secara kiloan,” kata Ria. Harga kue lebaran ini bervariasi mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 160.000 per stoples.
Menyiapkan sekitar 500 stoples pesanan kue pada Lebaran kali ini, Ria dibantu satu pegawai dan ketiga putrinya. Setiap hari, dapur akan mulai sibuk sejak pukul 07.00 hingga 17.00. Satu oven dengan kapasitas empat loyang besar digunakan untuk memanggang beberapa jenis kue setiap harinya.
Ia sudah mulai mencicil pesanan kue sejak dua minggu sebelum puasa. Biasanya ia akan menutup pesanan pada lima hari sebelum Lebaran, tetapi pada kenyataannya masih ada yang memesan hingga dua hari sebelum Lebaran. Alhasil, Ria dan anak-anaknya harus mengebut pesanan hingga sehari sebelum Lebaran.
”Sebelum pandemi, kami bisa menjual sekitar 800 stoples kue. Namun, turun separuhnya menjadi sekitar 400 stoples pada periode pandemi Covid-19 kemarin. Tahun ini naik lagi sekitar 100 stoples dari tahun lalu ditambah pesanan parsel,” kata Ria.
Selain dikirim ke area Malang dan Jawa Timur, kue lebaran olahan dapur Ria juga dikirim ke daerah lain, seperti Yogyakarta dan Jakarta. Peminatnya beragam, mulai dari pelanggan lama, sanak saudara, hingga pelanggan baru yang menemukan produk ini di Instagram.
Ria menjaga ketat kualitas produk kue dengan menghitung takaran bahannya secara presisi, termasuk pada saat proses pengemasan. Proses tersebut menjadi krusial untuk menjaga daya tahan serta kerenyahan kue, khususnya yang harus dikirim via ekspedisi.
Daya beli
Berdasarkan catatan asosiasi pusat perbelanjaan luring dan salah satu lokapasar, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan, daya beli masyarakat memang tidak begitu tinggi hingga pekan lalu. Hal ini terjadi karena belum semua masyarakat mendapatkan tunjangan hari raya (THR).
”Periode pemberian THR memang 7-14 hari menjelang Lebaran. Nanti kami evaluasi lagi daya beli masyarakat setelah mendapat THR dan pada akhir April ini,” kata David.
Selain itu, pengaruh inflasi yang masih berada pada kisaran 5 persen sejak akhir tahun lalu hingga saat ini turut memengaruhi daya beli masyarakat. Apalagi, terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak pada September 2022 lalu. Imbasnya, pada periode mudik kali ini, sebagian pendapatan masyarakat juga akan tergerus biaya transportasi yang mahal.
Baca juga: Rezeki Tidak Akan Tertukar di Bulan Ramadhan
Bagi para pedagang seperti Doni, Uum, dan lainnya, mereka hanya berharap momen Ramadhan dan Idul Fitri memberi ”berkah” yang lebih. Mereka ingin bangkit lebih tinggi, mendapat cuan yang lebih banyak, setelah terempas badai pandemi Covid-19 tiga tahun terakhir.