Banyak orang yang masih bertahan menunggu pengobatan tradisional dilakukan oleh Ida Dayak di Cilodong, Depok. Sepekan terakhir, sosok Ida Dayak populer di media sosial yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
Daning (44) mendatangi petugas yang berjaga di depan pintu masuk Kompleks Lapangan Tembak dan Olahraga Markas Komando Divisi I Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa (4/4/2023). Raut wajahnya tampak gusar. Ia bertanya mengapa pengobatan Ida Dayak ditiadakan. Ia pun penuh harap bahwa pengobatan tersebut tetap diadakan kembali.
Warga asal Sukabumi, Jabar, ini mengaku datang ke Cilodong untuk mencari kesembuhan bagi anaknya yang mengalami patah tulang lengan sebelah kanan sejak dua tahun lalu.
”Anak saya ini sudah sering dibawa ke tukang urut dan pengobatan lainnya tetapi belum sembuh juga. Pernah dibawa ke dokter tetapi anaknya takut dioperasi dan biayanya mahal,” kata petani cabai ini.
Ia mengetahui pengobatan Ida Dayak dari media sosial. Kemampuan Ida Dayak dapat menyembuhkan berbagai keluhan atau penyakit, seperti stroke, bahkan bisa meluruskan tulang yang bengkok, keseleo, dan salah urat.
”Saya lihat di Tiktok, Ibu Ida Dayak dapat membuat pasiennya yang tadinya tuli dan bisu bisa kembali mendengar serta berbicara,” tuturnya.
Selain Daning, ada Johari (42) dan adiknya, Muradi (38). Keduanya datang dari Rangkasbitung, Lebak, Banten, Selasa pagi, karena ingin mengobati Muradi yang mengalami kesulitan bicara dan mendengar sejak usia 2 tahun.
”Saya ke sini sebagai bentuk usaha lagi untuk menyembuhkan adik saya ini, yang kata orang kampung terkena penyakit sawan atau demam dan kejang. Jadi, sampai dia sudah dewasa pun masih belum sembuh,” kata Johari.
Johari mengaku belum tahu kalau lokasi pengobatan Ida Dayak telah ditutup sejak Senin (3/4/2023). Hal serupa dikatakan Hendi (42), warga Sukabumi, Jabar, dan Nuryati (32), asal Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Puluhan calon pasien Ida Dayak masih memadati kawasan Cilodong, Depok, yang menjadi tempat praktik pengobatan. Semula pengobatan tersebut akan dilaksanakan pada 3-4 April 2023 di Kompleks Lapangan Tembak dan Olahraga Markas Komando Divisi 1 Kostrad Cilodong. Namun, sejak Senin praktik pengobatan itu telah dibatalkan karena jumlah calon pasien membeludak hingga mencapai lebih 1.000 orang.
”Pengobatan Ibu Ida Dayak pada hari Selasa, 4 April 2023, ditiadakan,” tulis informasi yang diletakkan di depan pintu masuk Markas Komando Divisi I Kostrad, Cilodong, itu.
Iding Nursalim ( 41) datang beserta istrinya yang mengaku mengalami penyakit saraf kejepit di tulang ekor selama 11 tahun terakhir. Ia berharap dapat mencari kesembuhan bagi istrinya dengan mendatangi pengobatan Ida Dayak. Karyawan swasta di Cileungsi, Bogor, Jabar, ini sudah berada di Cilodong sejak pagi.
”Saya terpaksa mengambil cuti satu hari ini untuk mengantarkan istri saya ke sini. Namun, pengobatannya justru ditiadakan. Sebelumnya, istri saya periksa ke dokter dan disarankan operasi tetapi kesembuhannya hanya 50 persen sehingga saya tidak mau mengambil risiko,” ujar Iding, warga Cinere, Depok.
Dari video yang beredar luas di media sosial, Ida Dayak melakukan penyembuhan dengan ritual menari dan mengurut pasiennya. Ia mengoleskan minyak yang diberi nama Ida Dayak Minyak Bintang. Saat melakukan pengobatan, Ida selalu mengenakan pakaian adat dan aksesori khas suku Dayak.
”Sesuai agama saya, saya Islam, saya Muslim, saya mulai pengobatan ini dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim,” ujar Ida Dayak dalam sebuah tayangan video.
Fenomena pengobatan alternatif seperti yang dilakukan Ida Dayak pernah terjadi pada 2009. Sosok tabib cilik yang dikenal masyarakat luas dengan nama M Ponari. Ia berasal dar dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Masyarakat kita cenderung mencari kesembuhan secara instan tanpa mau melewati proses demi proses. Ketika ada informasi sosok seseorang bisa menyembuhkan, maka akan ramai didatangi. (Asep Sunarya)
Dalam arsip Kompas, 3 Februari 2009, sejumlah pasien pengobatan tradisional menunggu giliran untuk berobat pada tabib cilik, M Ponari. Bahkan, hanya dalam tiga pekan saja, ribuan orang dari sejumlah daerah, bahkan negara tetangga, datang ke tempat tersebut dengan berharap Ponari mampu menyembuhkan penyakit mereka dari sebuah batu ajaib.
Selain itu, pada 2022 turut muncul pengobatan alternatif yang mengguncangkan masyarakat Indonesia, yakni Ningsih Tinampi dari Pasuruan, Jatim. Ningsih melakukan gerakan-gerakan yang seakan sedang mengeluarkan penyakit dari dalam tubuh sang pasien, seperti menepuk hingga menunjuk-nunjuk.
Sosiolog di Universitas Negeri Jakarta, Asep Suryana, menilai, fenomena masyarakat yang mencari kesembuhan dengan pengobatan alternatif itu tak terlepas dari mental menerabas yang dimiliki masyarakat. Mental menerabas, menurut Koentjaraningrat, secara definisi ialah nafsu untuk mencapai tujuan secepat-cepatnya tanpa banyak berusaha secara bertahap dari awal hingga akhir.
”Masyarakat kita cenderung mencari kesembuhan secara instan tanpa mau melewati proses demi proses. Ketika ada informasi sosok seseorang bisa menyembuhkan, maka akan ramai didatangi,” katanya.
Menurut Asep, kedatangan ribuan orang itu juga bisa dilihat sebagai fenomena keingintahuan banyak orang semata. Unsur sugesti itu membuat manusia yang menerima pengobatan itu merasa mendapatkan manfaatnya.
Selain itu, fenomena masyarakat yang percaya dengan pengobatan Ida Dayak tak hanya disebabkan unsur sugesti, tetapi layanan kesehatan medis yang belum maksimal. Hal itu tak lepas dari minimnya akses layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi kalangan masyarakat.
”Pemerintah mesti memastikan layanan kesehatan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Mereka datang ke pengobatan tradisional itu karena menganggap layanan kesehatan kita masih sulit dijangkau dan mahal. Meski ada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), sebagian masyarakat masih kesulitan mengaksesnya,” ujar Asep.