ART Infal Mulai Berdatangan, Momen Kembali Mengais Rezeki
Dengan melandainya kasus Covid-19 dan dicabutnya pembatasan sosial, pekerja rumah tangga infal berharap banyak pekerja rumah tangga permanen yang mudik. Itu menjadi kesempatan bagi mereka untuk kembali mengais rezeki.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
REBIYYAH SALASAH
Para pekerja rumah tangga infal menunggu permintaan dari pengguna jasa di kantor Yayasan Bu Gito, di Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (1/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Dalam sepekan terakhir, asisten rumah tangga pengganti selama Idul Fitri atau populer disebut ART infal mulai berdatangan ke Jakarta. Dengan melandainya kasus Covid-19 dan dicabutnya pembatasan sosial, mereka berharap banyak ART permanen yang mudik. Itu menjadi kesempatan bagi mereka untuk kembali mengais rezeki.
Para ART infal ini berdatangan ke tempat penyalur ART di Jakarta. Di Yayasan Cendana Raya atau Yayasan Bu Gito di Cilandak, Jakarta Selatan, misalnya, ada 30 ART infal tiba dalam seminggu terakhir. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Jawa Barat, seperti Bandung, Pandeglang, dan Garut. Ada pula yang berasal dari Pemalang, Jawa Tengah. Sementara itu, di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Permata Cipta di Gandaria Utara, Jakarta Selatan, telah tiba 10 ART infal dari Lampung.
Anin (43), salah satu ART infal yang datang ke Yayasan Bu Gito, telah tiba sejak Rabu (29/3/2023). Bersama enam temannya, Anin berangkat dari Ciwidey, Bandung, Jabar. Sehari-hari, mereka bekerja di kebun masing-masing yang ditanami labu siam. Momentum menjelang Idul Fitri dimanfaatkan untuk mengais rezeki sebagai ART infal demi menambah pendapatan.
Bagi ketujuh orang tersebut, ini menjadi pertama kalinya mereka ke Jakarta lagi setelah tiga tahun terhalang pandemi Covid-19. Selama tiga tahun itu, mereka tidak berangkat ke Jakarta lantaran tidak banyak permintaan untuk menggunakan jasa ART infal.
REBIYYAH SALASAH
Para pekerja rumah tangga infal menunggu permintaan dari pengguna jasa di kantor Yayasan Bu Gito, di Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (1/4/2023).
Seiring melandainya kasus Covid-19 dan tiada lagi pembatasan sosial, Anin berharap banyak ART permanen yang mudik. Kepulangan para ART permanen itu akan menjadi kesempatan bagi ART infal untuk kembali mencari rezeki dengan menggantikan mereka.
Harapan itu masuk akal jika melihat hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan. Survei itu menunjukkan, dari sampel 69.511 responden, 45,8 persen penduduk Indonesia akan mudik tahun ini. Artinya, ada kenaikan 31,6 persen dari tahun lalu. BKT pun memprediksi angka potensi pemudik tahun ini mencapai 123,8 juta jiwa.
”Semoga ada rezekinya di tahun ini,” ujar Anin yang telah menjadi ART infal sejak 20 tahun lalu, Sabtu (1/4/2023).
Pemilik Yayasan Bu Gito, Ruminah, melontarkan hal serupa. Ia berharap tahun ini merupakan pengujung kelesuan akibat pandemi. Sebab, dalam tiga tahun terakhir, yayasannya hanya menyalurkan 50-75 ART infal. Padahal, sebelum pandemi, yayasan itu bisa menyalurkan hingga 500 ART infal.
”Waktu pandemi, sebenarnya yang mau kerja banyak, tetapi saya tunda dulu. Saya minta mereka menunggu situasinya aman dulu. Sekarang mungkin sudah kondusif, saya juga dengar banyak mbak yang mau mudik,” ucap Ruminah yang menyebut mbak untuk merujuk kepada ART permanen.
Kelesuan saat pandemi juga dialami LPK Permata Cipta. Menurut Luki, anggota staf administrasi lembaga tersebut, mereka hanya menyalurkan 20 ART infal saat pandemi. Jumlah tersebut, kata Luki, 50-60 orang lebih sedikit ketimbang sebelum pagebluk.
Lembaga-lembaga penyalur ini pun memperkirakan, puncak para ART infal ialah dua minggu menjelang Lebaran. Sebab, pada momen tersebut, biasanya banyak PRT permanen yang mudik sehingga banyak majikan yang butuh ART pengganti.
Berbeda dengan Yayasan Bu Gito dan LPK Permata Cipta, beberapa penyalur lain baru akan mendatangkan ART infal saat mendekati Idul Fitri. Di PT Dani Mandiri, Jagakarsa, Jakarta Selatan, misalnya, baru akan mendatangkan ART infal mulai 10 April 2023. Begitu pula dengan Yayasan Siska Bina Lestari, di Kemayoran, Jakarta Pusat. Kedua lembaga tidak ingin para ART infal itu menunggu terlalu lama di Jakarta, sedangkan permintaannya belum ada.
Lembaga-lembaga penyalur hanya menerima ART infal yang berusia 18-45 tahun. Pengalaman bekerja sebagai ART sebelumnya juga menjadi pertimbangan lembaga penyalur dalam merekrut ART infal.
Untuk honor, para ART infal ini akan mendapatkan Rp 200.000-Rp 300.000 per hari langsung dari pengguna jasa. Apabila pengguna jasa memilih paket bulanan, para ART infal ini akan mendapatkan honor Rp 4 juta-Rp 5,5 juta. Nominal honor itu akan bergantung pada beban kerja yang ditanggung oleh para ART infal tersebut.