Ruang Publik Inklusif itu Bernama Masjid Sunda Kelapa
Orang yang mengunjungi Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, tidak selalu untuk beribadah. Ada yang singgah untuk berburu kuliner dan menikmati ruang terbuka di tengah kota.

Aktivitas warga di kawasan Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/3/2023).
Sudah jadi ketentuan umum, ketika bulan Ramadhan tiba, masjid-masjid menggelar buka puasa bersama. Menunya beragam, mulai dari nasi kotak, kolak, hingga gorengan. Kegiatan ini didanai oleh sumbangan dari para donatur.
Lihat saja Masjid Agung Sunda Kelapa atau MASK, Jakarta, yang didatangi ratusan orang saat berbuka puasa. Rabu (29/3/2023) sore, menjelang waktu berbuka puasa, ratusan orang telah duduk rapi di dalam masjid itu. Pria di sebelah kanan dan perempuan di sisi kiri.
Panitia Ramadhan telah menyediakan sekitar 1.000 nasi kotak setiap hari. Ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Ramadhan yang diperuntukkan bagi para jemaah Masjid Agung Sunda Kelapa.
Namun, orang yang mengunjungi Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu tidak selalu untuk beribadah. Ada yang datang hanya sebatas singgah untuk berburu kuliner beragam yang dijajakan di lapak-lapak di sekitar masjid.

Jemaah melakukan ibadah pada bulan Ramadhan di Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/3/2023).
”MASK, bagi sebagian masyarakat, telah menjadi tujuan wisata religi yang menarik dan khas. Di luar lingkungan inti masjid ini bertebaran tempat menarik yang bisa dinikmati siapa saja. Selain kegiatan ibadah, di sini ada perdagangan, sosial, dan pendidikan Islam,” ucap Ahmad Huraera Nurhani, salah seorang pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa yang sekaligus Ketua Panitia Ramadhan 1444 H.
Menurut Ahmad, selama bulan puasa, terdapat kegiatan Bazar Ramadhan yang diikuti lebih dari 40 pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah). Mereka dapat menjajakan aneka makanan dan minuman untuk berbuka puasa dan pedagang pakaian muslim. Untuk rangkaian ibadah, di masjid ini terdapat kultum seusai shalat Dzuhur dan shalat Tarawih yang disampaikan para dai nasional.
Baca Juga: Suluk, Jalan Sunyi Menyucikan Jiwa
Beberapa pengunjung datang bersama keluarga mereka. Selain ingin shalat berjamaah di masjid ini, ada pula yang berkunjung untuk berbuka puasa dan berwisata kuliner. Sepanjang bulan puasa, para pedagang ramai berjualan saat sore hari.
Sebab, tepat di samping gerbang utama, banyak pedagang yang menjual berbagai menu kuliner khas Nusantara yang disajikan dengan gerobak-gerobak dorong. Ada tongseng kambing, sate padang, soto padang, soto ayam, sate ayam madura, batagor khas bandung, soto mi bogor, es kelapa muda, dan menu minuman lain. Ada juga berbagai menu takjil, seperti kolak dan gorengan, serta makanan lainnya.
Sebelum ataupun saat Ramadhan selalu banyak penjual makanannya. Di sini juga masjidnya adem dan ceramahnya juga bagus.

Para pedagang melayani pembeli di pelataran Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/3/2023).
”Sebelum ataupun saat Ramadhan selalu banyak penjual makanannya. Di sini juga masjidnya adem dan ceramahnya juga bagus,” kata Herman (56), jemaah MASK asal Manggarai, Jakarta Pusat.
Ruang publik
Arsitektur Masjid Agung Sunda Kelapa ini tampak kokoh, terbuka, dan elegan. Bentuk bangunan, baik itu pintu, gerbang, maupun jendela, memunculkan nuansa terbuka dan luas. Apalagi, ruangan inti masjid itu tidak memiliki tiang penyangga layaknya masjid pada umumnya.
Di gerbang utama, pengunjung langsung disuguhi gapura indah berukir kaligrafi Arab berwarna emas kombinasi putih, ”Masjid Agung Sunda Kelapa”. Kawasan masjid ini memiliki luas area sekitar 9.000 meter persegi.
Saat masuk ke dalam, lantai terbuka berkeramik abu-abu menghampar yang dilengkapi tempat duduk. Ada perasaan sejuk ketika kaki berpijak pada lantai.
Tidak seperti masjid-masjid pada umumnya, MASK tidak memiliki kubah. Atapnya terbuat dari beton datar dan di kedua sisi ujung terdapat lengkungan yang menyerupai kapal.

Para jemaah mulai mendatangi Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/3/2023), untuk berbuka puasa bersama.
Menurut Ahmad, arsitek yang membuat Masjid Agung Sunda Kelapa, bahwa bangunannya mengacu pada Pelabuhan Sunda Kelapa yang dikenal sebagai perlintasan perahu para pelancong atau nelayan. Oleh karena itu, kawasan masjid ini layaknya seperti dermaga dan sebuah kapal.
Bagian utama atau tempat shalat berada di bagian tengah lantai dua. Di lantai satu, terdapat ruang serbaguna yang disewakan untuk acara pernikahan atau acara resmi lainnya. Selain itu, terdapat pula beberapa ruang di bagian sayap kanan masjid, seperti ruang kantor.
Pada bagian barat masjid terdapat taman dan pohon-pohon tusam atau pinus yang rindang membuat semilir angin terasa sepoi-sepoi di pelataran itu. Jemaah masjid menyebut taman itu sebagai DPR atau di bawah pohon rindang. Taman itu pun dilengkapi lapangan olahraga.

Suasana taman di Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/3/2023).
Rossa Ira Wijaya (19) mengaku sering berdiskusi dan melaksanakan kegiatan sosial di pelataran bersama teman-teman lainnya yang tergabung dalam pengurus Adik Asuh Remaja Islam Sunda Kelapa (Riska). Riska adalah Studi Dasar Terpadu Nilai Islam yang dilaksanakan setiap hari Minggu.
Selain kegiatan kerohanian, mereka juga mengadakan kegiatan kesenian, kewirausahaan, dan kreativitas lainnya. ”Para pengajar yang dihadirkan juga kompeten. Jadi, setiap anggota insya Allah akan mendapat ilmu dari ahlinya,” katanya.
Baca Juga: Ada Rindu di Bulan Ramadhan
Ahmad menambahkan, untuk kegiatan sosial, MASK turut menyediakan pelayanan periksa kesehatan gratis untuk masyarakat umum. Pelayanan ini berada di halaman utama masjid yang diadakan tiga kali dalam sepekan. Seorang dokter umum dan dua perawat siap melayani masyarakat, mulai dari cek tensi, pemeriksaan dan pemberian obat. Semua itu tanpa diminta biaya.
MASK bisa dibilang merepresentasikan Islam yang demokratis, progresif, moderat, toleran, dan inklusif. Masjid pun bukan sekadar untuk beribadahm, melainkan juga bisa menjadi ruang publik bagi semua masyarakat. Karena itu, MASK dikenal sebagai tempat yang apresiatif terhadap keberagaman budaya dan agama.

Suasana pintu gerbang Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/3/2023).