Para pedagang di Masjid Istiqlal selama bulan Ramadhan tetap ikhlas dan bersyukur meskipun jam kerja mereka harus berkurang. Dengan demikian, rezeki yang mereka dapatkan justru berlebih.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·5 menit baca
NASRUN KATINGKA
Suasana transaksi antara pedagang perlengkapan shalat dan calon pembeli yang merupakan jemaah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Fenomena sedikit berbeda terjadi saat Jumat siang di kawasan gerbang masuk Masjid Istiqlal. Biasanya, para pelaku usaha, seperti pedagang kuliner, perlengkapan shalat, serta penjual berbagai aksesori, akan bersamaan memadati kawasan tersebut. Namun, saat momen Ramadhan ini, jam operasional sejumlah penjual harus bergeser menyesuaikan target pembeli.
Penjaja kuliner yang biasanya berjualan sejak siang kini bergeser hanya saat sore hari saja. Adapun pedagang perlengkapan muslim tetap fokus berjualan pada jam shalat Jumat.
Meskipun terkesan ada pemotongan jam kerja, dua pelaku usaha beda dagangan ini tetap merasa bersyukur. Dengan rasa syukur itu, justru mereka mendapat rezeki yang lebih berlimpah.
Masjid Istiqlal selalu menjadi salah satu kawasan wisata religi favorit di Ibu Kota. Masjid yang diarsiteki Frederich Silaban ini selalu menarik minat pengunjung, baik untuk sekadar beribadah maupun hanya berwisata. Apalagi, saat momen Ramadhan, masyarakat dari dalam dan luar Jakarta selalu datang berbondong-bondong untuk menikmati dan menunggu waktu berbuka puasa. Hal itu pun menjadi peluang sejumlah pelaku usaha untuk menjajakan dagangan.
Jumat (24/3/2023) menjadi Ramadhan hari kedua. Ini juga sekaligus menjadi momen shalat Jumat perdana pada bulan Ramadhan 1444 Hijriah. Sejak pukul 10.00, para pedagang perlengkapan shalat telah bersiap dengan memajang barang jualannya. Begitu pun dengan pedagang lainnya, seperti penjual parfum, tas, dan aksesori, seperti kacamata dan jam tangan.
NASRUN KATINGKA
Jemaah berjalan keluar seusai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Para pedagang yang mayoritas merupakan penjual mingguan di Masjid Istiqlal ini telah bersiap menunggu calon pembeli dari setiap sudut pintu masuk masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Semakin siang, sinar matahari semakin terik bersinar di atas langit Jakarta. Beberapa jam menjelang tengah hari saat tiba waktu shalat Jumat, jemaah dan pengunjung masjid mulai tumpah-ruah memasuki kawasan masjid. Kebanyakan pengunjung hanya sekadar melewati penjual dan langsung menuju masjid.
”Jemaah cukup jarang membeli saat baru masuk, hanya melihat saja. Biasanya mereka baru belanja seusai shalat,” kata Zahari (51), pedagang parfum yang telah berjualan di kawasan Masjid Istiqlal sejak tahun 2013.
Seusai melaksanakan shalat, Zahiri dan pedagang lainnya tampak sabar menanti jemaah berjalan menuju gerbang keluar. Ketika suara keramaian tanda jemaah semakin mendekat, para pedagang ini langsung bersiap di depan gerbang keluar. Dengan senyum lebar di wajah, para pedagang mulai menyambut di depan gerbang masuk sambil menawarkan jualan mereka.
Suasana transaksi antara pedagang perlengkapan shalat dan calon pembeli yang merupakan jemaah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Transaksi pun mulai terjadi saat jemaah mulai menunjuk, menyentuh, dan mengambil barang dagangan. Layaknya sedang berada di pasar tradisional, transaksi cukup alot tidak terelakkan. Tak jarang sejumlah pembeli yang merupakan jemaah laki-laki menggunakan trik ”emak-emak”. Dengan meninggalkan barang incarannya seusai memberikan penawaran, mereka berharap penjual bisa luluh dengan harga yang diinginkan.
Namun, tawar-menawar yang terjadi siang itu ternyata hasilnya masih jauh dari harapan para pedagang. Bukan cuma harga yang ditawarkan pembeli, melainkan juga animo para pengunjung.
”Mungkin karena masih awal puasa, pengunjung hari ini masih belum banyak,” kata Indah (52), penjual perlengkapan shalat yang berjualan di gerbang masuk yang berseberangan dengan Halte Juanda.
Kesempatan
Di masa bulan puasa ini, sejatinya menjadi kesempatan pedagang nonkuliner lain untuk berjualan di sekitar Masjid Istiqlal. Tari (41), misalnya, pedagang asal Jakarta Timur ini memanfaatkan sejumlah ruang kosong yang ditinggalkan para pedagang kuliner.
”Saya biasanya hanya berjualan di dekat rumah. Apalagi, waktu pandemi (Covid-19), hanya berjualan di rumah. Sekarang sudah mulai longgar lagi, berharap bisa dapat banyak pelanggan di sini,” ujar Tari.
Suasana transaksi antara pedagang perlengkapan shalat dan calon pembeli yang merupakan jemaah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Alhamdulillah untuk rezeki hari ini, nanti sore saya mau coba berjualan di dekat rumah saja. Saatnya bertukar dengan penjual makanan.
Namun, situasi awal Ramadhan, pengunjung yang datang kepadanya tidak seusai harapan. Hingga lewat satu jam seusai shalat Jumat berakhir, Tari baru mendapatkan tiga pelanggan.
”Bersyukur saja. Ini juga masih awal Ramadhan dan akhir bulan. Mungkin 1-2 minggu ke depan pasti bakal lebih ramai lagi,” ucapnya, seraya bersiap-siap merapikan dagangannya untuk kembali ke rumahnya di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur.
Kendati punya kesempatan berdagang dengan durasi waktu lebih lama, Tari dan pedagang lainnya tidak mau serakah. Mereka memilih berpindah ke tempat lain sehingga pedagang lainnya saat sore hari bisa mendapatkan tempat.
”Alhamdulillah untuk rezeki hari ini, nanti sore saya mau coba berjualan di dekat rumah saja. Saatnya bertukar dengan penjual makanan,” kata Tari.
Sejumlah pengunjung sedang menantikan waktu berbuka puasa di dekat pedagang kuliner di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Berganti kuliner
Seusai waktu shalat Ashar sekitar pukul 15.30, kawasan pintu masuk yang sejak awal dipadati penjaja aksesori dan perlengkapan shalat kini berganti dengan pedagang kuliner. Ada pedagang makanan, seperti sop ayam, ketupat sayur, sate, mi ayam, dan nasi goreng. Tak ketinggalan para penjual minuman menu buka, seperti es kelapa, es buah, dan aneka jus buah segar.
Amirul (39), pedagang ketupat sayur, tampak cukup sigap menyiapkan lapak jualannya. Hari kedua Ramadhan ini menjadi hari pertama ia berjualan setelah pada hari pertama Ramadhan ia fokus merayakannya bersama keluarga di rumah.
Dua jam menjelang waktu berbuka puasa, pengunjung mulai banyak memadati kawasan Masjid Istiqlal. Bukan saja jemaah masjid yang hendak bersiap melaksanakan shalat Maghrib, melainkan juga banyak pengunjung umum.
”Biasanya kita, kan, jualan setelah shalat Jumat, sekarang digeser di sore hari. Alhamdulillah, pembelinya tetap banyak oleh orang yang berbuka puasa,” ucapnya.
Sejumlah pengunjung menantikan waktu berbuka puasa di dekat pedagang kuliner di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Sore itu, pengunjung di Masjid Istiqlal semakin ramai. Tidak hanya sekadar datang untuk menunggu waktu berbuka puasa, pengunjung juga memilih bersantap buka puasa di kawasan tersebut.
Memasuki waktu berbuka, tumpah ruah pengunjung langsung memadati kawasan trotoar yang dipenuhi banyak penjual kuliner. Begitu pun dengan pengendara yang kebetulan lewat saat waktu Magrib, mereka memilih mampir untuk sekadar membatalkan puasa.
Rasa syukur memang tidak bisa disembunyikan para pedagang. Hadir (44), misalnya, penjual es kelapa di kawasan Istiqlal dan Monas sejak 1996. Jika pada hari biasa, dia harus berjualan sejak siang, yakni pukul 12.00-21.00, kini hanya dalam waktu 3-4 jam saja dagangannya habis terjual.
”Ini menjadi bukti kalau rezeki itu sudah ada yang atur. Tidak akan tertukar,” ujarnya.