Kontribusi UMKM yang Saling Menguntungkan bagi Ritel Lokal
Penyediaan ruang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di sejumlah ritel modern lokal telah membantu kegiatan ekonomi para pengusaha sekitar.
Penyediaan ruang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di sejumlah ritel modern lokal telah membantu kegiatan ekonomi para pengusaha sekitar. Kehadiran mereka tidak akan berbenturan dengan produk yang dijual oleh perusahaan ritel itu. Bahkan, mereka memberikan kenyamanan dan berbagai pilihan belanja untuk konsumen.
Ilhamsyah (31) dan sang istri, Indah Dwi Setiarini (28), masih mengingat usaha kue basah yang dirintis oleh ibunya berada dalam kebangkrutan ketika pandemi Covid-19 melanda awal 2020. Bahkan, untuk bertahan hidup, keluarganya terpaksa harus menjual barang rumah tangga dan mobil.
Saat pagebluk, Ilham masih bekerja sebagai kurir ekspedisi di Jakarta Selatan. Melihat kondisi hasil dagangan sang ibu yang kian merosot itu, dia memutuskan berhenti bekerja, lalu melanjutkan usaha sang ibu beserta istri. Kini, kondisi penjualan kue basah itu perlahan membaik dengan seiring ramainya konsumen Harmony Swalayan.
Sejak 1997, toko kue basah yang dikenal pelanggan dengan Kue Mama Indah itu telah berjualan di halaman Harmony Swalayan, Tangerang Selatan. Kue Mama Indah salah satu produk UMKM dari pengusaha lokal yang turut mengikuti perubahan dan perkembangan Harmony Swalayan dari tahun ke tahun.
”Sejak awal berdiri, pihak manajemen sudah mengajak pelaku usaha sekitar agar berjualan di sini, bahkan pandemi pun kita diminta tetap berjualan. Namun, semua aktivitas masyarakat dibatasi, alhasil penjualan kami pun ikut merugi,” ujarya saat ditemui di Harmony Swalayan, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (23/3/2023).
Baca juga: Ritel Modern Harus Bantu Pasarkan Produk UMKM Lokal
Setiap pukul 04.00, ibunya dan istri mulai memproduksi aneka kue seperti risol, tahu isi, dan bolu warna-warni. Sementara Ilham akan membeli beberapa kue basah di Pasar Pagi Blok M Square.
Kue buatan sendiri itu Ilham memperkirakan ada 11-15 jenis dengan jumlah 30-50 kue per jenis yang dijual setiap harinya. Setiap kue dihargai berkisar Rp 3.000-Rp 5.000 per buah.
”Rata-rata bisa membawa pendapatan kotor Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per hari. Itu pun jika semua kue habis terjual. Kadang ada juga tidak lakunya,” ungkap Ilham.
Menurut Ilham, pedagang UMKM di Harmony Swalayan silih berganti. Saat ini sekitar 20 para pedagang UMKM yang mengisi lapak food court Harmony Swalayan.
Apalagi, pada bulan Ramadhan tahun ini, Ilham berharap dapat terjadi kenaikan pendapatan karena situasi pandemi yang melandai. Tidak adanya pembatasan aktivitas masyarakat itu diperkirakan dapat menghidupkan kembali usaha kelompok kecil itu.
Ilham mengatakan, ramainya konsumen toko swalayan lokal turut berdampak positif terhadap pertumbuhan usahanya. Hampir 90 persen pembelinya adalah konsumen ritel tersebut. Di samping itu, ia juga menjajakan jualannya di salah satu aplikasi daring.
”Pandemi lalu membuat kami terpaksa menjual secara daring juga. Harapannya bukan mendapat untung, lebih untuk memperkenalkan secara luas Kue Mama Indah,” kata Ilham.
Menurut dia, konsumennya bukan hanya dari penduduk wilayah Pondok Aren, Tangerang Selatan, melainkan juga dari wilayah Jakarta seperti di wilayah Cilandak dan Pesanggrahan. Para mahasiswa hingga karyawan perkantoran turut memesan kue miliknya.
”Keberadaan ritel lokal yang menyediakan lapak bagi pedagang UMKM juga memberi kenyamanan pada konsumen karena setelah lelah berbelanja akan mencari tempat makan di sekitarnya,” ujarnya.
Kisah yang sama juga diungkapkan Ristiani (46), pemilik warung ayam bakar yang berjualan di Pojok Jajanan di Tip Top, Ciputat, Tangerang Selatan. Keberadaan lapak bagi pelaku UMKM di Tip Top turut membantu ekonomi keluarganya.
Lapak yang ia tempati itu berukuran 2 meter × 2 meter dengan dilengkapi air dan tempat mencuci. Ada sekitar lima pedagang yang menempati Pojok Jajanan yang tak jauh dengan parkiran motor. Sementara itu, pedagang UMKM lainnya juga berada dekat pintu keluar Tip Top.
Sebelum 2014, Ristiani masih berjualan toko kelontong di depan rumahnya di kawasan Pamulang Timur, Tangerang Selatan. Namun, usaha tersebut tidak bertahan lama. Sementara sang suami hanya bekerja sebagai sebagai buruh.
Tak berselang lama ia mendapat informasi bahwa pihak manajemen Tip Top sedang membuka pendaftaran bagi pelaku usaha makanan untuk mengisi lapak di Pojok Jajanan. Ia pun mendaftar dengan berjualan aneka makanan seperti ayam bakar, ikan bakar, dan aneka makanan lainnya. Untuk biaya sewa, dia cukup membayar Rp 1,8 juta per bulan.
”Kalau untuk pendapatan kotornya bisa sekitar Rp 2,5 juta per hari,” ucapnya.
Sejumlah ritel lokal di Tangerang Selatan seperti Harmony Swalayan, Hari-Hari Swalayan, dan Tip Top memang menyediakan tempat khusus bagi pelaku UMKM. Kebanyakan mereka berjualan berupa warung makanan dan minuman serta berbagai kue basah dan kering.
Sebelumnya, Wakil Kepala HRD Harmony Swalayan Sifa Fauziah menuturkan, pihaknya menyediakan tempat berjualan makanan sebagai salah satu strategi dalam menggaet konsumen. Pihaknya tidak khawatir perihal perkembangan bisnis ritel di Indonesia.
”Kami selalu menyambut pelaku UMKM yang hendak berjualan di sini, dengan catatan barang dagangannya tidak boleh sama dan harus berbeda,” katanya.
Baca juga: Memulihkan UMKM Indonesia
Adapun Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira pada Senin (20/3/2023) mengatakan, konsumen ritel yang berasal dari sejumlah wilayah itu dapat meningkatkan penjualan bagi pelaku UMKM sekitar. Kehadiran tempat berjualan makanan di sejumlah ritel-ritel lokal itu pun turut mengembangkan perekonomian sekitar.
”Prospek sektor ritel di Indonesia masih terbuka dan menjanjikan. Kolaborasi dengan pelaku UMKM salah satu cara dalam menggaet konsumen. Karena konsumen pasti mencari kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh pebisnis ritel,” ujarnya.