Rangkaian Kereta Berkurang, Penumpang Keluhkan Layanan KRL
Penumpang mengeluhkan jadwal layanan KRL yang banyak batal di siang hari hingga jumlah kereta dalam rangkaian yang berkurang. KAI Commuter menyebut saat ini tengah dilakukan optimalisasi rekayasa sarana dan perjalanan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Penumpang kereta komuter yang sebagian besar adalah pekerja menunggu kereta tujuan Stasiun Tanah Abang dari Stasiun Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (16/11/2022) pagi. Menggunakan angkutan massal seperti kereta komuter menjadi pilihan bagi para pekerja pelaju untuk menghemat biaya dan tenaga.
JAKARTA, KOMPAS — Para pengguna kereta komuter dalam beberapa hari terakhir kembali mengeluhkan layanan kereta komuter, terutama dengan jumlah kereta dalam rangkaian atau stamformasi yang berkurang. KAI Commuter menjelaskan, hal itu terkait adanya upaya rekayasa sarana oleh KAI Commuter.
Manager External Relations and Corporate Image Care KAI Commuter Leza Arlan, Selasa (21/3/2023), menjelaskan, terkait keluhan rangkaian kereta, hal itu terjadi karena saat ini KAI Commuter tengah melakukan optimalisasi rekayasa sarana dan jumlah perjalanan. Tujuannya untuk mengurai kepadatan guna mengantisipasi kenaikan jumlah pengguna.
Upaya rekayasa sarana ini salah satu faktornya, disebutkan Leza, adalah dengan adanya puluhan rangkaian kereta (train set) yang segera habis masa pakainya. Pada 2023 ada 10 rangkaian kereta yang akan habis masa pakainya, kemudian pada 2024 ada 16 rangkaian kereta yang akan habis masa pakainya.
Langkah rekayasa sarana yang dimaksud adalah mengatur jumlah kereta dalam rangkaian kereta atau stamformasi (SF) kereta sehingga ada kereta dengan SF 8, SF 10, dan SF 12.
”Jadi ada optimalisasi perjalanan dan sarananya sambil menunggu kereta yang baru yang kami pesan dari PT INKA,” jelas Leza.
Rekayasa sarana dan perjalanan, menurut Leza, dilakukan di semua waktu operasional. ”Jadi, di jam-jam sibuk perjalanan di Manggarai itu sebelumnya ada 31 feeder, sekarang jadi 39. Lalu ada tambahan dua perjalanan PP di jalur Bekasi-Cikarang. Di jalur Nambo juga ada penambahan kereta,” kata Leza.
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Penumpang kereta komuter yang sebagian besar adalah pekerja menunggu kereta tujuan Stasiun Tanah Abang dari Stasiun Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (16/11/2022) pagi. Menggunakan angkutan massal seperti kereta komuter menjadi pilihan yang masuk akal bagi para pekerja yang tinggal jauh di pinggiran Jakarta.
Leza juga menyebutkan, rangkaian kereta yang selama ini melayani Tanah Abang-Serpong ada yang dioptimalkan untuk melayani relasi Tanah Abang-Tigaraksa. Namun, ia memastikan saat ini 98 rangkaian kereta masih beroperasi untuk memenuhi 1.099 perjalanan setiap hari.
Fakta yang mengemuka di media sosial, pengguna mengeluh karena layanan KRL di siang hari banyak yang batal. Disebutkan pembatalan karena kurang rangkaian. Kemudian, rangkaian yang dioperasikan di lintas ramai penumpang, seperti lintas Bogor-Jakarta Kota, adalah SF8.
Pengamat transportasi Djoko Setijawarno mengatakan, rekayasa sarana dengan mengoperasikan SF8 jelas tidak akan optimal mengangkut penumpang. ”Makin banyak yang tidak terangkut,” ucapnya.
Deddy Herlambang, Direktur Eksekutif INSTRAN, menyebutkan, terlepas dari adanya rangkaian kereta yang segera habis masa pakainya, untuk perjalanan KRL memang saat ini jumlah rangkaian sarana juga masih terbatas. Di lintas Bogor masih ada beberapa rangkaian yang masih SF8, sementara idealnya dilayani dengan SF12. Lalu, di lintas Serpong/Rangkasbitung masih digunakan SF10, padahal idealnya SF12.
Di lintas Serpong-Tanah Abang, perjalanan KA tidak dapat bertambah lagi karena penggunaan sistem persinyalan berbeda dengan yang digunakan di lintas Bekasi dan Bogor.
Dengan berbagai kekurangan itu serta kendala masih harus menunggu kereta produksi INKA selesai pada 2025, menurut Deddy, sejumlah kereta bisa dilakukan retrofit atau diperbarui lagi. Namun, masa pakainya tidak bisa lama, paling 1-2 tahun saja.