Harapan Para Pencari Rezeki di Pekuburan Jelang Ramadhan
Pekuburan saat menjelang Ramadhan merupakan ladang rezeki bagi penjual bunga tabur, pembaca doa, dan pembersih makam. Tahun ini, para pekerja musiman ini berharap jumlah peziarah kian melimpah seiring tak ada pembatasan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
REBIYYAH SALASAH
Husen Maksum (kiri) dan saudara kembarnya, Hasan Mahmud, memimpin doa untuk arwah keluarga peziarah di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2023).
Para pembaca doa, pembersih makam, dan penjual bunga tabur menangkap peluang ekonomi dari kehadiran peziarah kubur di Jakarta menjelang Ramadhan setiap tahunnya. Namun, tiga tahun pandemi Covid-19 telah meninggalkan kelesuan bagi mereka. Tahun ini, dengan pembatasan sosial tak lagi menghantui, mereka berupaya kembali mengais rezeki sambil berharap jumlah peziarah kian melimpah.
”Doa, Bu Haji?” kata Husen Maksum (43) menawarkan jasa memimpin pembacaan doa kepada dua peziarah yang baru tiba di kompleks Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2023) pagi. Setelah peziarah mengiyakan, Maksum ikut berjalan menuju makam.
Selama sekitar 45 menit di depan makam dan keluarga yang berziarah, Maksum yang ditemani kembarannya, Hasan Mahmud (43), terdengar lancar merapalkan doa dan beberapa surat di Al Quran. Peziarah mengikuti bacaan Maksum dan Mahmud sambil sesekali mengucap amin. Selepas pembacaan doa, peziarah memberi Maksum Rp 100.000. Sebanyak Rp 60.000 masuk ke kantong Maksum sebagai pembaca doa utama, sisanya dibagikan ke Mahmud.
Mahmud dan Maksum, yang berasal dari Rangkasbitung, Banten, ialah dua dari sekitar 20 pembaca doa di TPU Karet Bivak. Selain dari Rangkasbitung, para pembaca doa ini berasal dari Cirebon dan Karawang, Jawa Barat. Sebagian merupakan pembaca doa tetap di TPU tersebut, sisanya hanya datang menjelang Ramadhan atau saat Idul Fitri. Mahmud dan Maksum masuk ke dalam kelompok kedua. Mereka mencoba menangkap peluang setiap tahunnya sejak 2004 dari kehadiran peziarah yang datang ke pekuburan untuk menyambut Ramadhan.
Baihaqy (53), pembaca doa di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (16/3/2023).
Para pembaca doa ini mudah ditemui di TPU di Jakarta, terutama TPU besar, seperti Karet Bivak dan Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Penampilan mereka khas, yaitu berpakaian batik atau baju koko, bersarung, dan berpeci. Beberapa melilitkan sorban di lehernya. Mereka juga kerap menenteng payung.
Soal tarif jasa memimpin doa, mereka tak mematok harga. Semua diserahkan kepada peziarah. Dari pekerjaan itu, para pembaca doa bisa membawa pulang uang dengan nominal bervariasi. Maksum, misalnya, pernah mengantongi Rp 700.000 dalam sehari, pernah juga Rp 30.000 atau hanya cukup untuk ongkos pulang. Ia juga pernah pulang dengan tangan kosong, terutama saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021.
Para pembaca doa di TPU Karet Bivak dan TPU Tanah Kusir sependapat, pendapatan mereka jauh berkurang dalam tiga tahun terakhir. Pandemi Covid-19 mulai 2020 turut memukul perekonomian mereka. Penyebabnya, kunjungan peziarah dibatasi. Ketika pembatasan melonggar pada 2022, tidak banyak peziarah yang menggunakan jasa mereka.
Apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi, penurunan pendapatannya drastis. Seperti Maksum, Baihaqy (53), pembaca doa di TPU Tanah Kusir, juga pernah mendapatkan Rp 700.000 per hari. Namun, nominal serupa sulit didapatkan lagi sejak pagebluk melanda.
”Waktu awal Covid-19 lesu banget, sehari paling cuma satu atau dua yang minta dibantuin doa. Peziarah juga mungkin sama-sama lesu ekonominya. Padahal, dulu saya bisa sampai 10 kali ngedoa sampai tenggorokan kering,” ucap pembaca doa asal Cikampek, Jawa Barat, ini.
Penurunan pendapatan juga dirasakan Iqbal Tawakal (32) yang selalu datang setiap menjelang Ramadhan ke TPU Tanah Kusir untuk membersihkan makam. Dengan berbekal sapu lidi, pemotong rumput, dan lap, Iqbal tak kalah sigap dengan para pembaca doa. Setiap kali ada peziarah yang datang, ia yang bekerja secara berkelompok dengan tiga orang lainnya ini mengikuti hingga ke makam yang dituju dan membersihkan makam tersebut.
Sebelum pandemi, kata Iqbal, ia bisa mengantongi Rp 700.000 hingga Rp 1 juta dari membersihkan makam mulai pukul 07.00 hingga 18.00. Kini, pendapatan terbanyak hanya menyentuh angka Rp 250.000 per hari. Dalam sepekan terakhir, rata-rata Iqbal membawa pulang Rp 150.000. Jumlah itu belum dikurangi ongkos pulang menuju Ciputat, Tangerang Selatan, serta biaya untuk makan dan membeli rokok Rp 70.000.
Seperti pembaca doa dan pembersih makam, penjual bunga tabur juga merasakan penurunan pendapatan. Marlia (24), misalnya, biasa mendapatkan Rp 700.000 dari hasil menjual bunga pacar air, daun pandan, dan air bunga mawar di trotoar dekat pintu masuk TPU Karet Bivak. Sejak pandemi, Marlia kesulitan mencari pembeli. Rata-rata dalam sehari ia hanya mendapatkan Rp 200.000. Pada Rabu siang, Marlia baru mendapatkan Rp 35.000.
Kini, harapan para pencari rezeki musiman tersebut bertumpu pada sepekan menjelang Ramadhan tahun ini yang tak lagi dihiasi pembatasan sosial. Jika peziarah banyak, peluang untuk membawa pulang uang pun terbuka lebar.
”Semoga minggu ini mulai ramai lagi, kalau bisa kayak dulu sebelum pandemi. Kalau ramai, kan, lumayan ada bekal buat puasa nanti. Entah buat modal jualan atau lainnya,” kata Marlia.
REBIYYAH SALASAH
Iqbal Tawakal (32), pembersih makam di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (16/3/2023).
Kehadiran para pencari rezeki musiman, khususnya penjual bunga dan pembaca doa, ini sebenarnya turut membantu para peziarah. Seorang peziarah di TPU Karet Bivak, Wati (62), menyampaikan, ia selalu menggunakan jasa pembaca doa setiap berkunjung ke makam ayah dan kakaknya menjelang Ramadhan.
Menurut Wati, ziarah dan berdoa terasa afdal dan lebih khusyuk jika dipimpin pembaca doa. Terlebih, kata Wati, para pembaca doa ini lancar dalam merapalkan doa dan membaca surat-surat Al Quran. Warga Cengkareng, Jakarta Barat, ini pun tak keberatan memberi uang hingga Rp 50.000 kepada pembaca doa.
”Banyak yang jual bunga juga membuat kami terbantu. Soalnya, kami enggak perlu repot-repot menyiapkannya dari rumah atau mampir ke pasar untuk beli lebih dulu,” ucap Wati yang datang bersama satu anaknya.
Jumlah peziarah
Di TPU Karet Bivak, lonjakan peziarah sebenarnya sudah tampak sejak Sabtu (11/3/2022). Terdapat 1.101 peziarah yang datang ke TPU seluas 16 hektar itu. Keesokan harinya, ada 2.026 pengunjung yang datang menyekar. Padahal, biasanya peziarah yang datang hanya berjumlah 300 orang.
Yani, petugas administrasi TPU Karet Bivak, mengatakan, lonjakan peziarah tiga kali lipat dibandingkan jumlah pengunjung dalam tiga tahun terakhir. Ia memprediksikan, jumlah peziarah dalam sepekan ke depan akan kembali menginjak angka 2.000 orang, sama seperti sebelum pandemi.
Suasana area depan Taman Pemakaman Umum Karet Bivak di Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2023).
Sementara itu, di TPU Tanah Kusir, belum ada kenaikan signifikan dari jumlah peziarah. Menurut pengawas TPU Tanah Kusir, Sobari, indikatornya ialah belum ada antrean hingga 2 kilometer dari kendaraan yang hendak masuk ke area TPU seperti pada tahun-tahun sebelum pandemi. Walakin, Sobari meyakini akan ada lonjakan mulai Jumat mendatang.
”Jumlah peziarah sepertinya akan meningkat luar biasa mengingat selama tiga tahun, kan, mereka dipaksa ngendon di rumah,” ucap Sobari.
Ramadhan tinggal sepekan. Para pencari rezeki ini berharap keadaan membaik. Setidaknya agar mereka mencukupi bekal untuk keluarga pada bulan suci nanti. Akankah harapan itu terwujud?