Mulai Juli nanti, LRT Jabodebek ini ditargetkan menjadi pilihan terbaik bagi warga untuk menghindari kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Dari Cibubur ke Dukuh Atas hanya 37 menit saja.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
Pembangunan kereta ringan atau light rail transit masih terus dikebut agar dapat beroperasi pada Juli 2023 mendatang. Pembangunan infrastruktur yang hampir selesai kini sudah terasa tidak lagi menimbulkan kemacetan lalu lintas jalan. LRT yang melintasi wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi ini bersiap menjadi alternatif terbaik menghindari kemacetan dan memperpendek waktu bermobilitas warga.
Aktivitas pembangunan sarana dan prasarana light rail transit (LRT) masih berjalan. Di Stasiun LRT Harjamukti atau Stasiun LRT Cibubur di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pengerjaan pembangunan terlihat di bagian dalam lingkungan stasiun. Tangga-tangga scaffolding masih terlihat digunakan para pekerja konstruksi.
Adapun di luar bangunan stasiun sudah tidak terlihat aktivitas pertukangan. Trotoar dan jalan kendaraan sepanjang sekitar 400 meter, dari stasiun yang berbatasan dengan Jalan Tol Jagorawi ke ujung percabangan dengan Jalan Taman Bunga, sudah tertata rapi. Pada Selasa (14/3/2023) sekitar pukul 07.40, beberapa warga sekitar bahkan menggunakan jalan tersebut untuk lari pagi.
Akses jalan menuju Stasiun LRT Harjamukti menyediakan dua jalur berlawanan untuk kendaraan. Jalan itu hanya dipakai untuk menaikkan dan menurunkan pelanggan LRT. Kendaraan yang mengantar atau hendak menjemput penumpang kereta itu tidak dapat parkir di sana karena lahan parkir tidak disediakan.
Warga yang hendak ke stasiun tersebut bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum yang melewati Jalan Alternatif Cibubur dari arah timur atau Jalan Jambore dari arah barat. Warga juga bisa menggunakan Bus Transjakarta 7C rute Cibubur-BKN yang haltenya terletak di seberang Mal Cibubur Junction.
Selasa pagi, akses jalan menuju Stasiun LRT Cibubur ini terpantau lancar. Kepadatan atau kemacetan jalan tidak terlihat meskipun banyak pekerja transit untuk menggunakan bus Transjakarta.
Kemacetan juga tidak terlihat jalan sekitar Stasiun LRT TMII yang berada di Jalan Taman Mini I, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Bangunan fisik stasiun itu sudah terlihat nyaris sempurna. Bagian taman dan trotoar jalan di sisi depan stasiun masih dikerjakan sehingga ditutup dengan pagar tidak permanen.
Di Stasiun LRT Cawang yang akan terintegrasi dengan Halte Transjakarta BNN di Jalan Letjen MT Haryono arah Jalan Dewi Sartika, pekerja konstruksi dan beberapa kendaraan alat berat berkumpul di trotoar jalan. Mereka, antara lain, mengerjakan beberapa bagian pintu masuk stasiun.
Akibat dari pekerjaan yang belum selesai ini, sebagian kecil badan jalan masih dipasangi separator oranye. Separator itu memberi ruang bagi pejalan kaki yang terganggu pekerjaan para tukang. Di daerah ini, kemacetan tetap tidak terhindarkan pada waktu jam sibuk saat masyarakat pergi bekerja.
Sekarang untuk arus lalu lintas sudah enggak ada masalah karena proyek LRT secara keseluruhan sudah 90 persen selesai.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Edy Surasa menjelaskan, kemacetan di kawasan sekitar Stasiun LRT Cawang terjadi hanya karena volume kendaraan yang tinggi dari pertemuan arus lalu lintas dari arah Halim dan Universitas Kristen Indonesia (UKI) dengan arus kendaraan dari pintu keluar Tol Cikampek dan Bandara Halim.
Kemacetan, kata Edy yang dihubungi pada Rabu (15/3/2023), juga timbul dari faktor jalan tak rata akibat penambalan yang menyebabkan kecepatan kendaraan melambat.
Bagaimanapun, pembangunan Stasiun LRT yang belum selesai di beberapa titik di Jakarta Timur, menurut dia, tidak lagi menambah faktor kemacetan di daerah yang lalu lintasnya selalu padat di waktu-waktu tertentu. ”Sekarang untuk arus lalu lintas sudah enggak ada masalah karena proyek LRT secara keseluruhan sudah 90 persen selesai,” katanya.
Manager Public Relations LRT Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) Kuswardojo menjelaskan, saat ini pembangunan infrastruktur fisik LRT tepatnya sudah mencapai 90,52 persen. Sisanya tinggal pengerjaan akhir di stasiun-stasiun sampai penyelesaian dua rangkaian kereta atau trainset oleh PT Industri Kereta Api (INKA) yang akan melengkapi total 29 trainset lainnya.
”Jadi, memang masih ada beberapa hal kecil yang harus diselesaikan, tetapi ini tidak akan mengganggu waktu mulai operasional Juli ini,” katanya.
LRT Jabodebek memiliki 18 stasiun, yaitu Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jati Mulya.
Rute kereta ringan sepanjang 44,43 kilometer ini tersebar di lokasi-lokasi strategis, mulai dari perumahan, perbelanjaan, hingga kawasan bisnis.
Integrasi angkutan umum
Bersamaan dengan penyelesaian pembanguna, LRT Jabodebek juga akan melengkapi stasiun mereka dengan konektivitas moda angkutan lainnya. Pengerjaan ini membutuhkan dukungan dari pemerintah di daerah operasi LRT dan operator angkutan umum.
”Pemerintah daerah mendukung kegiatan operasi LRT, bahkan ada yang mengubah rute angkutannya untuk akses masuk ke stasiun, atau juga ada yang buat trayek baru. Jadi, semua akan terkoneksi transportasi lain. Termasuk Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), yang kita nantikan waktu operasionalnya, karena akan terkoneksi dengan stasiun LRT di Halim,” tutur Kuswardojo.
Terhubungnya stasiun LRT dengan jaringan transportasi umum lainnya, menurut dia, membuat lahan parkir untuk kendaraan pribadi penumpang ditiadakan. Hal ini memang tidak menjamin masyarakat sekitar stasiun LRT membuka lahan parkir sebagai bisnis. Namun, kehadiran LRT tetap bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
”Yang bisa jadi solusi masyarakat itu sendiri, bagaimana mereka beralih ke moda transportasi yang disediakan pemerintah. Kalau mereka datang ke stasiun naik mobil, ya, akan macet juga,” ujarnya.
Urai kemacetan
Kuswardojo melanjutkan, beroperasinya LRT diharapkan menjadi kebutuhan masyarakat yang betul-betul membutuhkan angkutan umum, bukan yang akan menambah kemacetan dengan terus menggunakan kendaraan pribadi. Ia pun yakin, jalanan yang dilalui LRT nantinya tidak akan semacet sebelum alternatif angkutan ini ada.
”LRT itu bukan didesain untuk jadi solusi kemacetan, tapi pilihan terbaik untuk mengurai kemacetan,” katanya.
LRT ditargetkan mengangkut 137.000 pengguna setiap hari. Penumpang itu akan diangkut oleh maksimal 27 trainset yang masing-masing akan beroperasi beberapa kali perjalanan dalam sehari. Satu trainset yang terdiri dari enam kereta dapat mengangkut 1.308 penumpang.
Selain dari kapasitas angkut yang cukup banyak, angkutan berbasis rel ini juga menawarkan waktu tempuh perjalanan yang jauh lebih cepat dibandingkan melalui jalur darat.
”Contoh, dari Harjamukti sampai Dukuh Atas, kalau kita lewat jalur darat bisa dua jam, tetapi dengan LRT hanya 37 menit sampai. Saya yakin ini akan jadi pertimbangan masyarakat untuk memilih LRT,” katanya.