Sejak 20 tahun lalu, upaya penataan PKL di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, dilakukan berulang kali, tetapi gagal karena mereka terus kembali ke jalan. Kini, PKL berangsur mau bertahan berjualan di dalam gedung pasar.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dimulai dengan pedagang kaki lima yang lebih tertata, kesemrawutan di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, yang sudah terjadi setidaknya sejak dua dekade lalu perlahan terurai. Baik pedagang maupun warga sekitar berharap ketertiban tetap terjaga dan pembenahan pasar terus berlanjut.
Pada Selasa (14/3/2023) atau tiga minggu setelah penertiban tampak tak ada pedagang kaki lima (PKL) yang kembali berjualan di eks Terminal Polycarbonate di utara gedung Pasar Ciputat. Lapak-lapak PKL di area itu telah dibongkar dan dihancurkan. Para PKL dipindahkan ke dalam gedung.
PKL yang mengokupansi badan dan bahu jalan sebenarnya tetap ada. Mereka bertebaran di Terowongan Pasar Ciputat, Jalan Haji Usman dari terowongan sampai pintu keluar Plaza Ciputat, dan Jalan Aria Putra hingga Jalan Dewi Sartika. Namun, mereka hanya diperbolehkan berjualan pada pukul 18.00-06.00. Sekitar pukul 06.30 hingga 07.00, mereka sudah membubarkan diri.
Maimunah (43), pedagang ikan yang sebelumnya berjualan di eks Terminal Polycarbonate, memilih tidak kembali menjadi PKL. Para pedagang ikan lainnya, kata Maimunah, juga kompak untuk bertahan berjualan di dalam gedung. Mereka ikut instruksi pengelola pasar asalkan pedagang lain juga melakukan hal serupa.
”Sekarang tinggal gimana nyari pembelinya,” kata Maimumah, yang sudah berjualan di Pasar Ciputat selama 23 tahun.
Menurut Maimunah, kebanyakan pembeli tidak tahu ke mana para PKL pindah sehingga berdampak pada pemasukan pedagang. Untuk itu, penataan pasar harus terus berlanjut, salah satunya dengan menyediakan papan informasi guna memudahkan pembeli.
Ida Julia (40), pedagang lain, lebih ingin pengelola pasar dan pihak-pihak terkait memastikan PKL tidak kembali ke jalan. Apabila PKL kembali ke jalan, Ida meyakini pembeli tak ada yang mau masuk ke dalam gedung.
”Petugas, mau itu satpol PP (satuan polisi pamong praja), polisi, tentara, atau pengelola pasar, semoga terus tegas. Kalau ada yang nekat balik jualan di situ (jalan), langsung ditindak saja. Biar kondisi juga tetap tertib,” ujar Ida.
Ida khawatir para PKL kembali berjualan di tempat semula, terutama menjelang Ramadhan pada akhir Maret. Ketegasan petugas penting karena jika ada beberapa PKL yang kembali berjualan, ia yakin pedagang lain akan mengikuti.
Kekhawatiran Ida berasalan mengingat PKL yang tumpah ruah di jalanan sebenarnya bukan masalah baru di Pasar Ciputat. Menurut catatan Kompas, upaya menata dan menertibkan PKL pun dilakukan setidaknya sejak 20 tahun lalu. Namun, tak lama setelah penertiban, PKL selalu kembali menyerobot jalan.
Pada 27 Oktober 2003, misalnya, puluhan PKL menempati trotoar dan badan jalan di depan Pasar Ciputat, tepatnya di pertigaan Jalan Aria Putra. Padahal, dua minggu sebelumnya, mereka ditertibkan. Para pedagang yang sebagian besar menjajakan buah dan sayuran itu telah diminta menempati pelataran Pasar Ciputat dan sebagian lahan milik Ciputat Plaza. (Kompas, 28/10/2003).
Persaingan pedagang yang membeli kios dengan PKL di luar gedung pasar juga merupakan lagu lama. Para pemilik kios kalah bersaing dengan PKL yang menggelar dagangan di halaman pasar. Akibatnya, pemilik kios ikut keluar. Bahu jalan diokupasi para pedagang yang terus bertambah (Kompas, 17/9/2004).
Keluhan dari warga maupun pedagang pemilik kios pun terlontar sejak lama. Berdasarkan laporan Kompas (13/1/2006), warga mengeluh karena kerap terperangkap kemacetan. Selain harus mengorbankan bahan bakar minyak yang terbuang sia-sia, warga juga terpaksa mengorbankan waktu lantaran kemacetan itu.
Ketua RW 009 Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Cecep Supriatna, menyampaikan, penataan PKL kali ini merupakan salah satu yang berhasil. Indikatornya adalah tak ada PKL yang kembali. Padahal, biasanya PKL sudah memenuhi jalan lagi paling lambat seminggu pasca-penertiban.
Cecep menambahkan, mobilitas warga menjadi lancar setelah jalan terbebas dari PKL. Kini, tinggal meminta PKL yang berjualan pada waktu yang ditentukan untuk terus taat. Begitu pula PKL yang telah berpindah ke dalam gedung untuk terus berjualan di sana.
”Masyarakat sekitar berharap tetap terjaga status quo. Kami sekarang menanti pembenahan lainnya di pasar, seperti penyediaan kantong parkir agar sepeda motor tidak parkir sembarangan,” ucap Cecep.
Berlanjut
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel Heru Agus Santoso mengatakan, pihaknya akan terus memantau situasi di Pasar Ciputat. Pemerintah kota akan tetap berkoordinasi dengan Satpol PP.
Di sisi lain, Heru mengakui bahwa renovasi pasar sebenarnya belum rampung sepenuhnya. Masih ada beberapa bagian pasar yang belum rapi dan tersedia, termasuk kantong parkir. Sejauh ini, kendaraan bermotor terparkir di bawah terowongan.
”Pembangunan ini, kan, bertahap. Setidaknya gedungnya sudah selesai. Kami terus berkoordinasi dengan dinas terkait agar menyelesaikan pekerjaan lainnya seperti merapikan saluran air dan menyediakan kantong parkir,” ujarnya.