Korban Kebakaran Depo Plumpang Mendapat Dana Kompensasi
Pertamina memberikan biaya kompensasi bagi warga terdampak Rp 5,6 juta untuk tiga bulan. Pada saat bersamaan, seluruh warga telah meninggalkan pengungsian per Sabtu (11/3/2023).
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepekan setelah kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, mayoritas warga telah meninggalkan pengungsian. Setidaknya 150 keluarga bakal menerima uang kompensasi dari Pertamina sebesar Rp 5,6 juta untuk tiap keluarga.
Seperti diberitakan sebelumnya, tepatnya Jumat (3/3/2023) malam, Terminal BBM yang biasa disebut Depo Plumpang, Jakarta Utara, terbakar. Sejumlah 19 orang meninggal dan 50 orang terluka akibat insiden tersebut. Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, hingga pukul 18.00 masih ada 26 orang yang dirawat di empat rumah sakit.
Sementara itu, ratusan warga mengungsi ke sejumlah lokasi, antara lain Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Rawa Badak Selatan, dan Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara. Pihak Pertamina akan memberikan dana kompensasi Rp 1,2 juta per bulan. Dana itu diberikan selama tiga bulan serta tambahan Rp 2 juta. Total yang diterima Rp 5,6 juta.
Dana kompensasi diberikan agar warga bisa mencari kontrakan baru. Setelah mendapatkan dana kompensasi, pengungsian di RPTRA Rasela ditutup.
Untuk pencairan dana kompensasi, warga wajib memiliki rekening Bank DKI Jakarta. Salah seorang penyintas kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Bambang Sutikno (53), warga RT 005, RW 001, mengatakan, saat ini warga tengah dalam proses pembuatan rekening Bank DKI Jakarta. Data untuk pembuatan sudah terkumpul, tetapi proses pembuatan rekening belum selesai.
Idealnya, sejak pembuatan hingga proses pencairan hanya membutuhkan satu hari. Dari sekitar 150 keluarga terdampak, 127 keluarga sudah lengkap persyaratan untuk mendapatkan dana kompensasi.
”Uang (kompensasi) ini belum diterima. Tapi alhamdulillah, banyak bantuan dari masyarakat yang peduli,” ujar Bambang Sutikno di RPTRA Rasela, Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara, Sabtu (11/3/2023).
Ketua RW 001 Kelurahan Rawa Badak Selatan Bambang Setiyono mengatakan, terlalu lama berada di pengungsian tidak baik bagi kesehatan warga. Oleh karena itu, setelah menerima dana kompensasi, warga diharapkan segera mencari kontrakan baru.
Selan mendapatkan dana kompensasi, keluarga korban meninggal juga akan mendapatkan uang duka. Bambang Setiyono mendapatkan informasi, Pertamina akan memberi Rp 10 juta untuk biaya pemakaman, serta Rp 50 juta sebagai uang duka. Namun, belum ada keputusan ihwal rencana ini. Selain itu, pemerintah daerah melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memberikan Rp 5 juta kepada keluarga tiap korban yang meninggal.
Terpisah, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyatakan, santunan bagi keluarga korban meninggal masih terus dikomunikasikan antara pemerintah kota dan keluarga terkait. ”Keluarga korban masih meminta ruang untuk diskusi. Kami hormati keinginan keluarga korban,” ujarnya.
Adapun Vice President Corporate Communications Pertamina Fadjar Santoso menyatakan, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Administratif Jakarta Utara terkait pendataan warga yang mengungsi dan mencari hunian sementara. Pembiayaannya ditanggung Pertamina. Selain itu, pemkot juga menjembatani komunikasi antara Pertamina dan warga.
Pantauan di lokasi pengungsian di RPTRA Rasela, Sabtu (11/3/2023) siang tampak beberapa warga beristirahat di sana. Ruang tengah RPTRA pun penuh dengan barang-barang bantuan, seperti kasur, pakaian layak pakai, dan makanan instan.
Sementara itu, tenda-tenda yang pekan lalu penuh pengungsi mulai dibongkar. Sebab, hampir seluruh warga sudah meninggalkan pengungsian.
Menurut pengelola RPTRA Rasela, Febri (25), Sabtu merupakan hari terakhir warga dapat mengungsi di RPTRA. Mereka didorong untuk mencari tempat tinggal baru, entah mengontrak atau menumpang di rumah saudara. Sebab, operasional RPTRA akan segera berjalan normal.
”Makanya ini sudah dibongkar semua karena ini hari terakhir. (RPTRA) harus kembali ke jam operasionalnya,” ujar Febri di RPTRA Rasela.
Sebagian warga telah mendapatkan kontrakan baru yang lebih jauh dari rumah asalnya, salah satunya daerah Pasar Ular. Mereka trauma dengan api yang melalap rumahnya sehingga memilih menjauh dari tempat kejadian.
Serupa dengan kondisi RPTRA Rasela, tak tampak pengungsi di lokasi pengungsian di PMI Jakarta Utara. Hanya tersisa satu tenda utama yang sebelumnya dipakai tempat mengungsi, kini digunakan untuk menampung barang-barang donasi.
”Kami memberi (kelonggaran) sampai Senin (13/3/2023), tapi warga sudah keluar semua per tadi malam. Mereka keluar tidak dengan tangan kosong, tetap kami beri barang-barang, seperti susu, alat mandi, semuanya,” kata relawan PMI, Devi Harahap (40).