Cegah Kebakaran, Tata Ulang Jarak Obyek Vital Nasional dan Permukiman
Idealnya, permukiman warga harus berjarak dari obyek vital nasional demi keamanan. Namun, masih banyak permukiman yang menempel dengan tembok obyek vital. Penataan ulang harus dilakukan.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara hunian warga yang terbakar akibat kebakaran Terminal Integrated BBM Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023). Sebanyak 17 orang meninggal dan sedikitnya 50 orang terluka dalam peristiwa yang terjadi pada Jumat (3/3/2023) pukul 20.15 WIB tersebut. Dua RW paling terdampak kebakaran ini, yaitu RW 009 dan RW 001.
JAKARTA, KOMPAS - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyoroti perlunya penataan ulang lokasi permukiman warga dan obyek vital nasional sebagai buntut kebakaran di Terminal Integrated BBM Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Jumat lalu. Jarak permukiman dan depo Pertamina dinilai terlalu dekat sehingga turut terdampak saat terjadi insiden.
Wapres Amin mengatakan, warga bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus segera berkoordinasi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk menyelesaikan masalah ini. Dia mengusulkan agar depo Pertamina dipindahkan ke dekat pelabuhan dekat kawasan Pelindo.
”Yang menjadi masalah adalah mengenai penataan di daerah ini. Saya berharap supaya depo ini agar lebih aman bisa direlokasi di pelabuhan di daerah Pelindo. Kemudian, daerah ini akan ditata ulang supaya lebih teratur, lebih baik aman dan memenuhi persyaratan,” kata Wapres seusai meninjau permukiman warga yang terbakar di Plumpang, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
Lebih jauh lagi, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, pihaknya juga akan mengevaluasi lokasi obyek vital nasional milik BUMN yang berada di dekat permukiman warga. Menurut dia, kasus seperti ini mungkin saja terjadi di beberapa lokasi BUMN lain.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Hunian warga yang luluh lantak akibat kebakaran Terminal Integrated BBM Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
Dia juga mengarahkan agar Pertamina segera mencari solusi terhadap permukiman penduduk yang berada di area sekitar depo ataupun kilang. Depo dengan kapasitas tangki timbun 291.889 kiloliter ini pernah terbakar pada 2009. Erick menegaskan akan terus mengawal kasus hingga tuntas.
”Saya rasa tidak hanya kilang, tapi juga pupuk, seperti yang saya tinjau di Sumsel itu pun batas antara titik keamanan dan titik masyarakat itu masih terlalu dekat. Nah inilah yang mau kita petakan ulang, tidak hanya di Pertamina, termasuk PLN, termasuk Pupuk. Supaya batas-batas keamanan untuk bisa masyarakat tinggal,” tutur Erick.
Masalah penataan daerah sekitar obyek vital ini juga disoroti Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo. Dia meminta semua pihak untuk duduk bersama menentukan peta yang aman dan adil bagi semua.
”Perlu adanya asesmen, duduk bersama antara pemda, depo Plumpang sebagai obvit (obyek vital) untuk kemudian ada satu solusi bersama sehingga saat terjadi masalah obvit ini bisa dijaga dan tidak terdampak ke masyarakat di sekitarnya,” ucapnya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga mengamati mobil yang terbakar akibat kebakaran Terminal Integrated BBM Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023). Sebanyak 17 orang meninggal dan sedikitnya 50 orang terluka dalam peristiwa yang terjadi pada Jumat pukul 20.15 WIB tersebut.
Kapolri juga sudah meninjau titik sumber api di dalam Depo Pertamina Plumpang dan lokasi permukiman warga yang terdampak. Dari keterangan sementara, kebakaran terjadi saat pengisian atau penerimaan minyak jenis pertamax dari Balongan, Indramayu, Jawa Barat, di Depo Plumpang, Jakarta.
Kemudian, lanjut Listyo, terjadi gangguan teknis yang mengakibatkan tekanan berlebih dan setelah itu terjadi kebakaran. Pihaknya masih menyelidiki sumber api dalam peristiwa itu yang terjadi pada Jumat (3/3/2023), pukul 20.00, dengan mengumpulkan bukti-bukti dan rekaman kamera pengawas.
”Setelah itu, nanti bisa kita jelaskan secara ilmiah tentang peristiwa yang sebenarnya, khususnya terkait dengan sumber yang mengakibatkan terjadinya kebakaran,” kata Listyo.
Sementara itu, data korban jiwa dan luka-luka masih terus divalidasi. Rumah Sakit Polri sejauh ini berhasil mengidentifikasi dua jenazah dari 15 kantong jenazah. Mereka terdiri dari 9 laki-laki, 5 perempuan, dan 1 potongan tubuh. Dua jenazah sudah teridentifikasi atas nama Fahrul Hidayatullah (28) dan Moh Bukhori (40).
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI mencatat sudah ada 17 korban jiwa dan 50 korban luka-luka akibat peristiwa ini. Seluruh jenazah dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, untuk diidentifikasi.
Selain itu, ada 1.085 orang yang mengungsi ke delapan titik pengungsian. Mereka tersebar di markas PMI Jakarta Utara (132 jiwa), Masjid As Sholihin (63 jiwa), Kantor Kelurahan Rawa Badak Selatan (79 jiwa), Gedung Golkar Walang (258 jiwa), Kantor Suku Dinas Tenaga Kerja dan Energi Jakarta Utara (74 jiwa), Masjid Al Muhajirin (60 jiwa), Masjid Al Kuroma (63 jiwa), dan RPTRA Rasela (356 jiwa).