Ada Ponsel Lawas dan Satu Korban Kasus Mayat Dicor Tak Berbusana
Kasus temuan dua mayat dicor semen yang kembali terungkap di Bekasi menambah daftar kasus-kasus sadis dan kerap sulit dicerna nalar yang masih terus terjadi di salah satu tetangga Jakarta itu.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Sejumlah fakta baru kasus dua jasad perempuan yang dikubur dengan menggunakan cor semen di Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, kembali diungkap polisi. Satu dari dua korban yang dicor semen ditemukan tanpa busana. Polisi juga menemukan satu buah telepon seluler pemilik rumah kontrakan yang telah lama meninggal dunia.
Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Hengki mengatakan, dua jenazah perempuan bernama Heni Purwaningsih (47) dan Yusi Purawati (48) telah selesai diotopsi dan sudah diserahkan kepada pihak keluarga. Jasad kedua korban itu ciri-cirinya sama dan identik dengan laporan kehilangan dari dua suami di Jakarta Timur. Istri mereka dilaporkan menghilang dari rumah sejak 26 Februari 2023.
”Termasuk satu laki-laki yang ditemukan pertama kali di kamarnya, sudah meninggal dunia, sudah kami serahkan kepada keluarganya,” kata Hengki, Rabu (1/3/2023), di Bekasi.
Dua jenazah yang ditemukan dicor dengan semen di sebuah rumah kontrakan kuning dan berpagar awalnya terungkap pada Senin (27/2/2023). Saat itu, dua orang suami mendatangi pengurus wilayah setempat, yakni RT 011 RW 022, dan melaporkan kalau dari hasil pengecekan GPS atau navigasi telepon genggam, keberadaan terakhir istri mereka ada di salah satu rumah kontrakan di wilayah RT 011.
Polisi bersama pengurus wilayah kemudian mendobrak pintu rumah itu pada Senin tengah malam. Saat pintu terbuka, ditemukan penghuni kontrakan bernama Permana Kusuma (50) terluka parah. Permana kemudian meninggal dunia saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Di saat bersamaan, polisi juga menemukan gundukan coran semen setinggi sekitar 70 sentimeter di ruang depan rumah itu. Gundukan itu saat dibongkar pada Selasa (28/2/2023) ada dua jasad perempuan yang belakangan diketahui bernama Heni dan Yusi terbaring dalam posisi ditumpuk menjadi satu.
Tanpa busana
Menurut Hengki, kepolisian belum bisa memastikan kondisi tubuh dari dua perempuan yang dikubur dengan coran semen. Tanda kekerasan atau kemungkinan ada luka di tubuh dari dua korban itu bakal diumumkan saat sudah ada hasil resmi dari kedokteran forensik Rumah Sakit Polri RS Sukanto di Kramatjati, Jakarta Timur.
”Satu korban tidak berbusana. Tidak mengenakan pakaian dalam,” kata Hengki.
Dari pemeriksaan di rumah kontrakan itu, polisi turut mengambil sejumlah alat bukti, seperti telepon seluler, senjata tajam, dan sidik jari. Dari beragam alat bukti itu, ada satu telepon seluler yang diketahui milik pihak lain, yakni milik dari pemilik kontrakan. Pemilik kontrakan itu diketahui telah lama meninggal dunia.
Permana sendiri, dari informasi pengurus wilayah, diketahui telah mengontrak rumah itu sejak tiga tahun lalu atau dari 2019. Permana awalnya tinggal di rumah kontrakan itu bersama keluarganya.
”Sekitar delapan bulan lalu dia pisah dengan istrinya. Kurang lebih sudah delapan bulan dia tinggal sendiri,” kata Purwo Darmanto, Ketua RT 011, RW 022, Kelurahan Harapan Jaya, Selasa kemarin.
Terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, alat bukti yang ditemukan polisi dari rumah kontrakan itu, antara lain, ialah satu buah tas berwarna krem berisikan dua telepon seluler. Polisi juga menemukan satu bilah badik bersarung, satu bilah pisau daging, dua buah telepon seluler merah, dan satu telepon seluler biru.
”Kemudian juga baju para korban sebagai barang bukti. Saat ini, proses penyidikan masih berlangsung,” kata Trunoyudo.
Kami sedang mendalami dari berbagai macam pemeriksaan keterangan keluarga korban dan saksi. Termasuk barang bukti yang dijumpai, seperti ’handphone’, senjata tajam, sidik jari, dan CCTV.
Peran Permana
Adapun terkait dengan kondisi dari Permana, penghuni kontrakan yang ditemukan ada luka sayatan di tangan, lalu meninggal dunia, Hengki kembali menyebut bahwa polisi masih terus bekerja. Dia menolak spekulasi kalau korban merupakan terduga pembunuh dua perempuan yang dicor dengan semen itu. Hengki juga tak ingin menyimpulkan kalau Permana bunuh diri.
”Kami sedang mendalami dari berbagai macam pemeriksaan keterangan keluarga korban dan saksi. Termasuk barang bukti yang dijumpai, seperti, handphone, senjata tajam, sidik jari, dan CCTV. Itu semua masih dipelajari oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Bekasi Kota,” kata Hengki.
Adapun terkait dengan informasi dan rekaman kamera pemantau (CCTV) yang menggambarkan pada Senin (27/2) pagi ada mobil mengantar material, seperti kerikil dan pasir ke rumah, kontrakan itu, Hengki menyebut, pihaknya masih terus melakukan pendalaman. Pemeriksaan itu berkaitan dengan pihak yang memesan material hingga surat atau nota pembelian.
”Saksi yang kami periksa, sampai kemarin sudah lima orang. Sampai saat ini masih terus berkembang. Saksi-saksi ini berasal dari suami para korban, keluarga pemilik rumah, toko bangunan, dan masyarakat yang bersama-sama mendobrak pintu ketika ada kecurigaan,” katanya.
Kesadisan dari Bekasi
Kasus temuan dua mayat dicor dengan semen yang kembali terungkap di Bekasi menambah daftar kasus-kasus sadis dan kerap sulit dicerna nalar yang masih terus terjadi di salah satu wilayah peyanggah Jakarta itu. Pada 12 Januari 2023, awalnya berkembang narasi lima orang diduga keracunan dan terkapar di Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi. Dalam perkembangannya, kasus itu kemudian terungkap sebagai kasus pembunuhan.
Korban yang tewas dibunuh bahkan mencapai sembilan orang. Lokasi pembunuhan yang dimotori pelaku utama, Wowon alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede itu pun terjadi di beragam tempat, mulai dari Bekasi, Cianjur, hingga Garut, Jawa Barat.
Sebelum kasus ini, kasus lain yang menghebohkan publik juga terungkap dari Kabupaten Bekasi pada akhir 2022. Kasus yang bermula dari laporan orang hilang atas nama M Ecky Listiantho (34) itu berakhir dengan temuan potongan korban tubuh bernama Angela Hindriarti.
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, kasus-kasus pembunuhan yang terus terjadi di Bekasi tak terlepas dari kondisi di lingkungan sekitar. Lingkungan yang padat, batas wilayah yang centang-perenang (tidak beraturan/berantakan), menjadikan sebagian individu seperti dipaksa masuk ke sangkar, lalu terjadi ledakan populasi, dan kerap berakhir dengan saling beringas antara satu dan yang lain.
”Pemandangan tentang ketidakteraturan, walaupun kecil, bisa mendorong orang untuk secara gradual menjadi pencoleng, bandit, preman, dan sejenisnya. Pemandangan itu memunculkan tafsiran bahwa lingkungan tak bertuan dan vakum hukum,” ucap Reza.