Kesempatan Membangun Kembali Kawasan Sekitar Proyek MRT Fase 2A
Pembangunan MRT terus berlanjut. Pembangunan diharapkan diiringi manajemen penataan kota dan tidak mengganggu aktivitas ekonomi warga.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan MRT fase 2A CP 202 Harmoni-Mangga Besar terus berlanjut. Pembangunan ini menghadapi tantangan, salah satunya, dapat berdampak pada kegiatan bisnis masyarakat. Namun, pembangunan ini sekaligus menciptakan peluang perbaikan tata ruang dan memudahkan akses mobilitas warga.
Hingga saat ini, sisi Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk menjadi sentra kegiatan ekonomi. Di sana berderet toko-toko, warung, dan bengkel. Pelanggan datang silih berganti dengan kendaraan bermotor, lalu parkir di depan toko atau bengkel itu. Kondisi ini sering menyebabkan kemacetan.
Selain itu, kendaraan yang berhenti, atau setidaknya berjalan pelan-pelan karena akan berhenti, menghambat kendaraan di belakangnya untuk berjalan cepat secara tetap. Apalagi, lebar jalan yang semula berkisar 15 meter kini hanya tersisa 4 meter, terdampak pembangunan MRT fase 2A Harmoni-Mangga Besar. Pembangunan jalur bawah tanah itu sepanjang 5,8 kilometer.
Eman (63), ayah tiga anak, tinggal di kawasan Glodok, Jakarta, sejak 1960. Di jalan-jalan wilayah Glodok, menurut dia, merupakan kawasan strategis sehingga sisi jalan itu berkembang pertokoan dan menjadi sentra kegiatan ekonomi. Geliat perekonomian di sekitar Glodok berkembang hingga saat ini.
Walau demikian, banyak juga toko yang telah tutup karena sepi pembeli. ”Sejak pandemi Covid-19 merebak tiga tahun lalu, banyak pemilik toko bangkrut dan akhirnya tutup di sepanjang kawasan Jalan Gajah Mada,” kata Eman, yang juga bekerja sebagai pekerja bangunan panggilan, Rabu (1/3/2023).
Sementara itu, Dita (65), pemilik toko buku dan alat tulis di kawasan Jalan Gajah Mada, mengaku, jumlah pembeli di tokonya terus menurun dalam lima tahun terakhir. Sejak proyek MRT dimulai, tokonya turut terdampak karena tempat parkir depan toko yang juga kian sempit.
”Sehari-hari kadang hanya ada sekitar sembilan pembeli, padahal sudah buka sejak pukul 09.00-17.00,” kata Dita.
Meski pembangunan MRT fase 2A ini ditargetkan selesai pada 2027, Dita berharap nantinya kawasan tersebut memiliki penataan yang lebih baik, seperti akses tempat parkir dan trotoar. Penataan itu dapat mempermudah aksesibilitas pengusaha dan pelanggan toko.
Penurunan penjualan juga dialami Asep (55), pedagang barang elektronik di kawasan pertokoan Jalan Hayam Wuruk. Sebelum pandemi Covid-19 dan ada proyek pembangunan MRT, penjualannya berkisar Rp 200.000 per hari. Namun, dampak pandemi Covid-19 dan proyek MRT saat ini, ia hanya bisa menjual dua sampai tiga barang.
”Bawa uang Rp 100.000 per hari untuk orang di rumah itu sudah cukup,” katanya.
Senada dengan pelaku usaha dan pengguna jalan lain, ia berharap adanya penataan serius di sekitar lokasi proyek. Dengan diiringi manajemen penataan kota, harapannya pembangunan MRT tidak mengganggu aktivitas ekonomi warga.
Penataan lalu lintas
Selama pekerjaan MRT CP 202 berlangsung akan terjadi pengurangan lajur lalu lintas. Dinas Perhubungan DKI Jakarta membuatkan rekayasa lalu lintas mulai dari simpang Harmoni sampai Jalan KH Hasyim Ashari. Rekayasa lalu lintas itu menjadi dua lajur reguler dan dua lajur Transjakarta. Adapun dari Jalan KH Hasyim Ashari sampai simpang Mangga Besar, lalu lintas menjadi tiga lajur bercampur dengan kendaraan lain (mix traffic).
Untuk pekerjaan canal decking pada 4 Maret-27 Mei 2023, sepanjang area pekerjaan akan menjadi dua lajur mix traffic di Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk menjadi tiga lajur mix traffic. Sementara pada tanggal 10 April-1 Juli 2023 akan dibagi menjadi dua lajur mix traffic di Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk menjadi dua lajur mix traffic.
”Nantinya, untuk setiap tahapan pekerjaan di CP 202 fase 2A, Dishub DKI Jakarta membuatkan rekayasa lalu lintasnya,” ujar Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Chaidir (Kompas.id, 28/2/2023).
Becermin dari pembangunan sebelumnya, pada MRT jurusan Lebak Bulus-Bundaran HI pernah menjadi sorotan bagi warga yang tinggal di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan. Catatan Kompas (28/12/2015), pembongkaran tempat parkir dan trotoar menyulitkan aksesibilitas pengusaha dan pelanggan ke toko-toko di sekitar kawasan tersebut. Selain itu, halte yang dibangun di sekitar pertokoan memunculkan kantong-kantong parkir liar serta tempat ngetem ojek dan angkutan umum.
Perbaikan tata ruang
Ahli perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menuturkan, pembangunan MRT adalah kesempatan memperbaiki tata ruang dan menghidupkan kembali kawasan bisnis yang mulai sepi. Di samping itu, penataan yang dilakukan harus bisa mendorong masyarakat menggunakan transportasi publik, serta memiliki keberpihakan kepada masyarakat menengah ke bawah.
”Tanpa penataan yang menyeluruh, pembangunan MRT tak akan secara langsung memengaruhi ekonomi masyarakat,” katanya.
Kini, setelah empat tahun MRT beroperasi, sejumlah stasiun MRT yang dekat dengan kawasan bisnis di sekitarnya saling terhubung. Misalnya, di Blok M terdapat jembatan layang yang menghubungkan stasiun MRT dengan Terminal Blok M dan pusat perbelanjaan di kawasan itu.
Di kawasan lain terdapat simpang temu Lebak Bulus yang baru dibuka untuk publik pada awal 2023. Jembatan layang dan bangunan hub menghubungkan Stasiun MRT Lebak Bulus dengan Poins Square, Jakarta Selatan.