Waspadai Polusi Udara di Jabodetabek yang Merembet ke Dalam Ruang
Polusi udara masih jadi pekerjaan rumah yang belum ada solusinya. Persoalan ini makin mengkhawatirkan ketika polutan ternyata banyak ditemukan di dalam ruangan.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Pendiri dan Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski, menunjukkan alat-alat pengukur kualitas udara dalam ruangan di Mighty Minds Preschool, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023). Dalam paparannya, 98 persen polusi udara dari luar bisa masuk ke dalam ruangan, termasuk polutan PM2.5.
JAKARTA, KOMPAS — Polusi udara, baik di luar maupun di dalam ruang, masih jadi masalah di berbagai wilayah. Meski kesadaran terhadap isu polusi udara telah tumbuh, urgensi menemukan solusi belum menjadi prioritas. Padahal, dampaknya besar bagi semua orang, termasuk anak-anak sebagai kelompok yang paling rentan.
Menurut Nafas Indonesia, Jakarta bukanlah kota dengan polusi tertinggi pada 2022. Tangerang Selatan merupakan kota dengan tingkat polusi udara paling mengkhawatirkan sebab menghasilkan partikel padat kurang dari 2,5 mikrometer, yakni PM2.5 dengan 44 ug/m3. Posisinya diikuti Bekasi dan Jakarta Timur yang masing-masing mencetak 43 ug/m3.
Rata-rata polusi udara sejumlah kota di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) juga di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Badan tersebut menetapkan batas aman paparan polusi udara maksimal 5 ug/m3.
”Polusi udara di Jakarta pada tahun 2022 hampir delapan kali di atas pedoman WHO, dan masih banyak yang belum menyadari bahwa polusi udara ini juga ada di dalam ruangan. Hanya dengan adanya data kualitas udara yang jelas, kita bisa mengatur lingkungan yang sehat, terutama untuk anak kita,” tutur pendiri sekaligus Chief Growth Officer(CGO) Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski, di Mighty Minds Preschool, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023).
Ia hadir dalam konferensi pers ”Peluncuran Clean Air Zone Bersama Mighty Minds Preschool” dengan pendiri yang juga Chief Executive Officer(CEO) Nafas, Nathan Roestandy. Hadir pula Lilie Kurniawan, pendiri Mighty Minds, dan dokter Farhan Zubedi.
Jakubowski mengatakan, polusi udara berdampak masif pada kesehatan semua orang, termasuk anak usia sekolah. Selain itu, persoalan polusi bukan hanya masalah luar ruangan, melainkan telah merembet ke dalam ruang.
Menurut Farhan, berbagai penyakit mengintai anak-anak yang kerap terpapar polusi udara. Hal ini berdampak jangka pendek dan panjang.
Anak-anak termasuk dalam kelompok rentan karena organ-organ tubuhnya masih berkembang. Selain itu, mereka juga menghirup udara dua kali lebih banyak dari orang dewasa. Tubuh anak-anak yang tak setinggi orang dewasa berimbas pada risiko menghirup udara di permukaan lebih rendah.
”Anak-anak karena lebih kecil juga bisa menghirup udara di permukaan karena densitasnya lebih banyak daripada di atas (permukaan),” tambah Farhan.
Apabila dibiarkan berlanjut, anak-anak berisiko terkena attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Mereka akan bergerak impulsif yang dapat mengganggu fokusnya. Asma juga jadi ancaman lain bagi anak.
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Pendiri dan Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski, menunjukkan aplikasi Nafas yang mampu mengukur kualitas udara di Mighty Minds Preschool, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023). Dalam beberapa waktu terakhir, kualitas udara Jakarta tergolong moderat atau sedang didukung hujan yang mengguyur setiap hari.
Persoalan kualitas udara luar ruang masih jadi pekerjaan rumah bersama semua pihak. Namun, Nafas mencoba menciptakan solusi menjaga kualitas udara dalam ruang yang bekerja sama dengan Mighty Minds Preschool. Sekolah itu memanfaatkan Zona Udara Bersih (Clean Air Zone), yakni sistem yang terhubung dengan berbagai alat guna mengukur kualitas udara di seluruh ruangan.
Data yang terintegrasi dalam sistem tersebut membantu pihak sekolah untuk tahu kapan sebaiknya berkegiatan dalam dan luar ruang. Harapannya, setiap ruang sekolah akan makin kondusif bagi kegiatan belajar anak.
Memastikan pelaksanaan regulasi
Setiap orang berhak menikmati udara yang sehat, termasuk anak-anak di lingkungan sekolahnya. Meski demikian, belum semua sekolah dapat menerapkan Zona Udara Bersih, seperti yang dimiliki Minds Preschool. Anak-anak kelompok menengah ke bawah lebih rentan terpapar polusi udara.
Menurut Jakubowski, perlu kerja sama dari semua pihak untuk mengatasi persoalan polusi. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus memastikan regulasinya berjalan. Masyarakat perlu ikut andil sebab isu polusi adalah masalah bersama yang telanjur bersifat sistemik.
”Regulasi itu penting. (Namun) lebih penting dari regulasi itu pelaksanaannya. Jadi, kami berharap, regulasi sudah ada tentang masalah ini dan penegasan tetap (berjalan). Mau tidak mau, itu solusinya,” kata Jakubowski.
Kepadatan hunian penduduk dengan latar belakang gedung bertingkat di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis (15/9/2022). Sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada masalah lingkungan menyampaikan bahwa polusi udara masih jadi masalah serius bagi warga Jakarta.