Pemerintah Beri Tenggat Korban Kebakaran di Petojo Selatan untuk Cari Tempat Tinggal
Pemerintah memberi tenggat kepada korban kebakaran Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, untuk menemukan tempat tinggal baru hingga Rabu (1/3/2023). Saat ini, mereka mengungsi di lima lokasi yang disediakan pemerintah.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ratusan korban kebakaran di RT 003-004, RW 003, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, mengungsi di sejumlah lokasi yang disediakan pemerintah. Mereka diberi tenggat hingga Rabu (1/3/2023) untuk menemukan tempat tinggal baru.
Menurut data Kelurahan Petojo Selatan, setidaknya ada 342 korban jiwa yang mengungsi akibat kebakaran yang terjadi pada Minggu (26/2/2023). Mereka tersebar di lima lokasi, yakni kantor Kelurahan Petojo Selatan (34 jiwa), Kelurahan Gambir (37 jiwa), Pos RW 007 Petojo Selatan (5 jiwa), Pos AMPEBE RW 007, Petojo Selatan (8 jiwa), dan lahan Pertamina (258 jiwa).
Kepala Seksi Kesejahteraan Kelurahan Petojo Selatan Rinda Widyahardiana mengatakan, pihaknya menerima bantuan dari Dinas Sosial Jakarta Pusat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, Palang Merah Indonesia, dan donatur perorangan. Sejumlah barang yang diberikan berupa makanan, terpal, alat tidur, dan pakaian.
Namun, tempat pengungsian hanya terbuka bagi para korban hingga Rabu (1/3/2023). Selebihnya, pemerintah berharap agar mereka dapat menemukan tempat tinggal baru secara mandiri.
”Pertama, (mereka) bisa kembali ke kampungnya. Kedua, bisa cari kontrakan lain. Ketiga, bisa menumpang di rumah saudaranya. Jadi, ya intinya enggak bisa dibangun lagi (di lahan kebakaran),” ujar Rinda di Kelurahan Petojo Selatan, Selasa (28/2/2023).
Pihak kelurahan telah berkoordinasi dengan pihak RT/RW setempat agar mengedukasi masyarakatnya. Apabila hingga besok para korban belum menemukan tempat tinggal, pihak kelurahan akan memulangkan mereka ke kampung masing-masing.
Hal senada juga diutarakan Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Gambir Rukman. Para korban bencana hanya diizinkan tinggal hingga Rabu.
Sejumlah warga diyakini telah mendapat kontrakan-kontrakan baru. Namun, jika masih ada warga yang belum mendapat tempat bernaung, ia mempertimbangkan memperpanjang masa tinggal di pengungsian. Hal ini berlaku dengan sejumlah syarat, salah satunya melihat jenis pekerjaan warga.
”Soalnya kami enggak ada tempat. Di sini pakai mushala dan ruang Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Mereka jadi terganggu juga pekerjaannya,” kata Rukman di kantornya.
Sebagian warga memilih menjauh dari lokasi kebakaran karena trauma. Hal ini dikatakan Maria Srimulyati (62) yang tinggal bersama kedua anaknya.
Ketakutan terhadap kebakaran berulang mendorongnya untuk tak berada di dekat lokasi kejadian untuk sementara waktu. Apabila hal terburuk terjadi, Maria merasa memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri.
Pihak kelurahan telah berkoordinasi dengan pihak RT/RW setempat agar mengedukasi masyarakatnya. Apabila hingga besok para korban belum menemukan tempat tinggal, pihak kelurahan akan memulangkan mereka ke kampung masing-masing.
Maria pun belum memiliki rencana setelah masa tenggat penampungan berakhir. ”(Harapannya) Ada kebijakan, penampungan lagi sebelum dapat tempat tinggal untuk cari kontrakan sementara. Biar kami enggak telantar begini,” katanya.
Sementara itu, mayoritas warga memilih untuk mengungsi di masjid kampung lokasi kebakaran. Alasannya, warga-warga lain juga tinggal di sana untuk sementara waktu sehingga merasa lebih nyaman ketimbang harus pergi jauh dari rumah walau sudah terlalap api.
”Di sini bareng dengan teman-teman lain, sudah kayak saudara sendiri. Jadi tidur di masjid, dekat dengan kampung sendiri,” ujar korban kebakaran, Saada (45), yang berasal dari Madura.
Ia dan warga lainnya mengeluhkan air yang tak mengalir di masjid sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol di teras masjid. Di sejumlah sudut, ada barang-barang bantuan, seperti baju layak pakai. Mukena dan sarung masih jadi barang yang paling dicari lantaran tak setiap orang mendapatkannya.
Investigasi kebakaran
Kebakaran melalap sekitar 87 rumah penduduk di Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, pada akhir pekan lalu. Musibah yang terjadi di belakang Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) Pertamina Abdul Muis itu masih belum dapat dipastikan penyebabnya.
Meski berbagai spekulasi beredar di tengah masyarakat, pihak kepolisian masih belum dapat memastikan asal-muasal kebakaran. Menurut Wakil Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Anton Elfrino T, investigasi ilmiah baru dilakukan hari ini.
”Mudah-mudahan (hasil) tidak lama, sesegera mungkin,” ujar Anton.
Setelah ini, hasil pemeriksaan laboratorium forensik akan memberi titik terang penyebab kebakaran. Ia berharap, tak sampai satu minggu sudah diketahui alasan pemicu merembetnya api.