Kebakaran di Wilayah Padat Penduduk, 340 Warga Petojo Selatan Mengungsi
Setidaknya 87 bangunan terdampak kebakaran di Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (26/2/2023). Kerugian ditaksir hingga Rp 5 miliar yang diduga akibat kelalaian warga tak mematikan kompor gas.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Beberapa tabung gas sisa kebakaran ditumpuk warga di Jalan Tanah Abang 5, Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023). Sebanyak 87 rumah tinggal dan 250 bangunan semipermanen hangus terbakar. Kebakaran terjadi pada Minggu (26/1/2023) sore.
JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran melalap sekitar 87 rumah penduduk di RT 003 dan RT 004, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (26/2/2023). Musibah ini tidak mengakibatkan korban jiwa, tetapi 340 warga kehilangan tempat tinggal dan mengungsi.
Ketua RT 003 Petojo Selatan Ahmad Sutisna (50) mengatakan, sumber api tak diketahui. Api tiba-tiba berkobar sekitar pukul 17.15 dan cepat melalap banyak rumah. Api dipadamkan sekitar pukul 23.30. Meski demikian, tim pemadam kebakaran masih berjaga hingga keesokan harinya sekitar pukul 02.30.
”Ada pabrik kertas juga yang terbakar, jadi tim pemadam kebakaran harus mengurai (barang-barang) dahulu. Jadi mengurai-siram, mengurai-siram,” ujar Sutisna di Petojo Selatan, Senin (27/2/2023).
Tak ada korban jiwa dalam kebakaran ini. Namun, dua warga mengalami sesak napas dan satu orang lainnya luka ringan.
Salah satu pohon sisa kebakaran yang masih mengeluarkan asap di Jalan Tanah Abang 5, Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023).
Upaya pemadaman terhambat akses menuju lokasi yang sempit. Sementara api cepat membesar dan merambat ke sejumlah bangunan yang sebagian besar bukan permanen, hanya bedeng berbahan kayu tripleks.
”(Rumah) yang habis itu dari kayu semua. Untung, rumah-rumah lain berbahan tembok sehingga api merambat tidak begitu cepat. Jadi bisa diminimalisasi tim damkar,” kata Sutisna.
Mayoritas korban merupakan pendatang, seperti dari Madura, Jawa Timur, dan Cirebon, Jawa Barat. Sehari-hari, mereka menjajakan kopi keliling, ada pula yang bekerja sebagai pedagang warung makan. Seluruh harta benda habis tak bersisa, apalagi mereka juga menyimpan uang tunai dan harta lainnya di rumah.
Suhati (53), salah satu korban yang dua petak rumahnya habis terbakar. Ia bercerita, api berasal dari rumah di ujung belakang. Saat kejadian, Suhati tengah memasak, menyiapkan dagangannya.
Suhati dan suami berupaya menyelamatkan diri. Mereka tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga yang dimiliki, kecuali sepeda motor yang terparkir di depan rumah.
”Ada duit, emas yang habis, ludes,” kata Suhati.
Padahal ia dan tetangga-tetangganya mulai mengumpulkan uang untuk pulang kampung saat Lebaran. Namun, harta tersebut ikut terlalap api.
Suhati (53), warga korban kebakaran di Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023). Ia mengaku tak ada barang-barang yang tersisa selain pakaian yang melekat di tubuhnya.
Hingga Senin pagi, sejumlah warga masih mengorek sisa-sisa bangunan rumahnya yang telah menjadi arang. Seng-seng berjatuhan tak tertata, paku-paku bangunan berserakan di lokasi. Asap-asap tipis masih bermunculan dari celah tumpukan barang-barang yang dilalap api.
Sejumlah warga bekerja sama membersihkan puing-puing kebakaran. Beberapa rangka sepeda dan sepeda motor ditata berjejer yang kemudian diangkut mobil bak terbuka atau pikap keluar dari lokasi.
Sejumlah kendala, Syaiful mengakui, menghambat proses pemadaman saat berada di lapangan. Pertama, selang air banyak yang terlindas mobil, sehingga air sempat beberapa kali tersendat. Kedua, api menjalar ke gudang kertas yang tertutup.
Warga saling menyemangati satu sama lain sambil terus mengais sisa-sisa barang di rumahnya. Lokasi makin tampak ramai menjelang siang. Sejumlah warga lain berdatangan untuk melihat lokasi kebakaran.
Sementara ini, para korban mengungsi di masjid terdekat. Sebagian lainnya memilih menginap di rumah sanak saudara.
Kepala Seksi Pengendali Kebakaran dan Penyelamatan Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat Achmad Syaiful Kahfi menjelaskan kronologi dan upaya pemadaman api di Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023).
Upaya penanganan
Kepala Seksi Pengendali Kebakaran dan Penyelamatan Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat Achmad Syaiful Kahfli mengatakan, ada 28 unit pemadam yang terlibat. Sebanyak 26 personel dari Jakarta Pusat, sedangkan sisanya berasal dari Jakarta Barat dengan total 111 personel.
Sejumlah kendala, Syaiful mengakui, menghambat proses pemadaman saat berada di lapangan. Pertama, selang air banyak yang terlindas mobil sehingga air sempat beberapa kali tersendat. Kedua, api menjalar ke gudang kertas yang tertutup.
Fokus proses penanganan terpecah untuk mengendalikan api di gudang dan rumah penduduk. Selain itu, lokasi merupakan wilayah padat penduduk, sehingga api dapat cepat menjalar.
”Kerugian ditaksir sekitar Rp 5 miliar,” kata Syaiful.
Angin yang kencang ke arah barat makin memperbesar api. Jika angin bertiup ke arah sebaliknya dapat berisiko merembet ke stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) Pertamina Abdul Muis. Hujan deras yang mengguyur Jakarta semalam ikut andil meredakan api.
Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma menyatakan, setidaknya 87 bangunan, 113 keluarga, dan 340 jiwa terdampak. Pihaknya menyediakan lima titik pengungsian, seperti di kantor kelurahan dan pos RW.
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma sedang berbincang dengan warga seusai kebakaran yang menghanguskan rumah penduduk di Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023).
Pemerintah daerah akan membantu dari sisi kemanusiaan, seperti kebutuhan logistik dan tempat bernaung. Dalam sehari, pihaknya mengirimkan 350 nasi bungkus bagi para korban kebakaran.
Menurut Dhany, lokasi kebakaran merupakan lahan konflik yang memperumit keadaan. ”Ini mau kami dalami karena informasi terakhir (sengketa lahan) masih bergulir di pengadilan,” ujarnya.
Ia berharap tanah ini nantinya steril dari pembangunan yang justru berpotensi terjadinya kebakaran seperti saat ini. Pemerintah terus mengimbau masyarakat agar memperhatikan kondisi lingkungan dan keselamatan.
”Menyewa dengan nilai yang terbatas, tapi kondisi terbatas, risikonya akan mengalami kerugian yang lebih besar. Lebih baik menyewa pada tempat yang resmi dan normal,” kata Dhany.