Penyelenggaraan ”street race” wujud dari ”community policing” atau pemolisian masyarakat sebagai upaya mencari solusi selain penindakan hukum. Ajang ”street boxing” pun kini bagian dari solusi baik itu.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Penyelenggaraan street boxing di Kelompok Penyanyi Jalanan Bulungan Boxing Camp, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (26/2/2023), diikuti anak-anak, remaja, hingga profesional. Di antara mereka ada remaja-remaja yang baru menjajal olahraga ini sebagai pengalihan dari perilaku menyimpang, seperti tawuran.
Muhammad Farhan (17), asal Pademangan, Jakarta Utara, menjadi salah satu dari puluhan peserta partai tinju jalanan yang diadakan dari pagi sampai sore hari ini. Sembari menunggu giliran tanding siang hari, ia bersama beberapa remaja lain terlebih dulu menonton pertandingan peserta lain sejak pukul 08.00.
Gelaran ini bakal menjadi pertandingan keduanya di ring tinju sungguhan. Farhan baru mempelajari olahraga ini dari salah satu sasana tinju di Jakarta Utara pada Januari 2023. Sebelumnya, ia pernah menjajal pertandingan resmi di Kemayoran, Jakarta Pusat.
”Awalnya coba-coba, sih. Lama-lama diarahin pelatih untuk ikut pertandingan aja,” kata Farhan.
Sejak bergabung dengan sasana tinju, ia selalu berlatih mulai dari Senin sampai Sabtu. Aktivitas hariannya pun menjadi terbatas pada sekolah, latihan, dan istirahat. Namun, hal itu tidak membuatnya terkekang. ”Semenjak ikut tinju, saya sudah jarang nongkrong. Pulang sekolah langsung latihan, lalu tidur,” ujarnya.
Ia justru tenang karena waktunya tidak lagi terbuang untuk nongkrong yang tidak perlu. Nongkrong, terlebih bersama teman di lingkungan tempat tinggalnya, justru sering membawanya pada dunia kekerasan jalanan. Pemuda di tempat tinggalnya kerap terlibat tawuran.
”Aku pernah ikut tawuran kampung tahun 2019. Awalnya lagi nongkrong, tiba-tiba ada gangster, terus ikut tawuran. Sempat ditangkap (polisi) dan ditahan sehari karena di bawah umur. Semenjak itu jadi malas tawuran karena enggak dapat apa-apa juga,” tuturnya.
Sejak merasakan manfaat berlatih tinju, ia kerap mengajak teman-teman di lingkungannya. Meski tidak mudah, banyak teman yang kini memuji pilihan hidupnya. ”Banyak yang bilang ’lo paling keren’, soalnya sudah jarang juga tawuran,” kata Farhan.
Remaja lain, Zulian Putra (16), asal Cipayung, Jakarta Timur, juga senang bisa memilih tinju untuk penyaluran bakatnya. Ia mulai mengenal dunia ini di sebuah sasana di Jakarta Timur lima bulan lalu atas inisiatif sendiri. Ia merasakan manfaat positif untuk fisik dan psikisnya.
”Kalau dari aku sendiri suka olahraga, terus memilih ikut tinju. Belajar tinju buat bela diri, jaga diri, melatih PD (percaya diri), dan buat tubuh sehat dan bugar,” kata Zulian.
Untuk semua usia
Gelaran street boxing yang kali ini didukung Kepolisian Daerah Metro Jaya tersebut terdiri atas 82 partai. Angka ini melebihi pendataan pada hari sebelumnya yang hanya 52 partai.
Ketua Panitia Street Boxing Polda Metro Jaya Komisaris Akasa Rambing mengatakan, kegiatan kali ini diikuti peserta profesional usia dewasa hingga anak-anak usia delapan tahun. Di antara profesional yang tampil adalah Manahan Pasaribu, petinju veteran yang pernah merajai tinju profesional Tanah Air.
”Untuk remaja dan pelajar lebih kurang ada 60 orang. Ini dicampur dengan anggota peserta atlet dan ada yang sudah usia tua, untuk memberikan respons positif bahwa dengan usia tua, mereka juga masih bisa berkiprah,” kata Akasa.
Sebagian peserta remaja yang ikut pun sengaja dijaring dari kalangan yang pernah terlibat tawuran, seperti Farhan. Namun, mereka dipastikan tergabung dengan komunitas tinju di rumah mereka.
”Kebanyakan masih anggota baru. Mereka ada keinginan bertanding, tampil percaya diri, dan melihat dari segi positif untuk kesehatan. Kami edukasi anak-anak ini untuk lebih paham bahaya tawuran dan kenakalan remaja,” katanya.
Menurut dia, hal ini juga sesuai harapan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran yang menginisiasi kegiatan penyaluran bakat pemuda dengan menggandeng komunitas profesional.
Nanti, bulan berikutnya, kami akan bikin lagi dengan Jakarta Boxing Open bulan Maret. Kami akan sandingkan kegiatan ini dengan ajang street race yang sudah jadi agenda rutin Polda Metro Jaya.
Kegiatan street boxing telah dilakukan tiga kali sejak Juni 2022. Dua kegiatan sebelumnya dilangsungkan di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Kegiatan ini ke depan akan dilaksanakan rutin sebulan sekali, terutama di lokasi anak-anak kerap berkumpul dan tawuran.
”Seperti di Bulungan ini, kebetulan ini memang momennya street boxing dan daerah ini jadi tempat perkumpulan anak muda yang sering tawuran antarsekolah. Nanti, bulan berikutnya, kami akan bikin lagi dengan Jakarta Boxing Open bulan Maret. Kami akan sandingkan kegiatan ini dengan ajang street race yang sudah jadi agenda rutin Polda Metro Jaya,” kata Akasa.
Pendekatan humanis
Ajang street race pertama kali terselenggara pada 15 Januari 2022 di Ancol, Jakarta Utara, dan terakhir di Kemayoran pada 28 Januari 2023. Acara itu mengundang ratusan remaja dan pemuda penggemar balap sepeda motor hingga teknisi sepeda motor modifikasi untuk menyemarakkan acara tersebut. Mereka yang kucing-kucingan dengan polisi karena karya dan aktivitas yang menyalahi aturan kini mendapat panggung resmi. Tidak hanya di Jakarta, gelaran itu juga diadakan di wilayah hukum Polda Metro Jaya, seperti Bekasi dan Tangerang (Kompas.id, 30/1/2023).
Merujuk pendapat Rakhmat Hidayat, sosiolog Universitas Negeri Jakarta, kala itu, ia mengapresiasi pendekatan humanis Polda Metro Jaya. Penyelenggaraan street race wujud dari community policing atau pemolisian masyarakat sebagai upaya mencari solusi selain penindakan hukum. Ajang street boxing pun kini bagian dari solusi baik itu.