Infrastruktur Baru Pengubah Wajah Pesisir Jakarta
Jakarta Utara hingga 2023 masih belum bebas dari rob. Permukiman kumuh pun jamak dijumpai di kampung-kampung utara Jakarta. Namun, kehadiran infrastruktur pengendali banjir itu perlahan mengubah wajah pesisir Ibu Kota.
Benteng-benteng baru pengendali banjir pesisir Jakarta terus dibangun pemerintah. Kehadiran sejumlah infrastrukur tersebut tak sekadar mengendalikan banjir, tetapi berfungsi lebih sebagai ruang publik. Kehidupan di sebagian wilayah pesisir yang lekat dan identik dengan kekumuhan perlahan berubah rupa.
Perahu nelayan mondar-mandir melintasi Sungai Marunda, Kelurahan Marunda Baru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Di sisi lain sungai itu, sejumlah warga asyik menjaring ikan di tambak-tambak terakhir.
Aktivitas nelayan hingga warga pada Jumat (3/2/2023) siang itu berada di area sekitar Waduk Retensi Marunda, tepatnya di wilayah RT 003/RW 002 Kelurahan Marunda Baru. Waduk yang masih dalam tahap pembangunan oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta itu menjadi faktor utama pengubah wajah kampung Marunda Baru.
Sebagian kampung itu dahulu kala merupakan kolam pemancingan ikan, juga tambak udang dan bandeng. Jalanan ke permukiman-permukiman warga sekitar pun berlumpur dan becek. Permukiman warga kerap tergenang air saat pasang air laut atau rob di pesisir Jakarta.
Baca juga : Bertahun-tahun Menantikan Sentuhan Pengendalian Banjir
Letak wilayah perkampungan di Marunda Baru cukup jauh, berjarak sekitar 2 kilometer, dari pesisir pantai. Namun, air laut kerap naik hingga ke permukiman melalui Sungai Marunda yang bermuara di Teluk Jakarta.
”Dulu, air sering meluap ke sini. Tetapi, karena rumah saya tinggi, jadi yang tergenang hanya di halaman rumah. Ketinggian air bisa 30 sentimeter sampai 1 meter,” kata Dursin (65), salah satu warga sekitar, Jumat (3/2/2023) siang.
Sejak 2014
Permukiman warga di sekitar Waduk Marunda mulai berubah sejak dimulai proses pembebasan lahan untuk pembangunan waduk itu pada 2014. Kawasan yang sudah mulai terbangun Waduk Marunda dahulu kala dimanfaatkan warga sebagai tambak udang dan kolam pemancingan.
Caslimah (55), warga Marunda Baru, mengatakan, proses pembebasan lahan pembangunan Waduk Marunda dimulai pada era Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Saat itu, Gubernur Jokowi mendatangi langsung warga sekitar, mengajak warga berdialog, hingga ada kata sepakat.
Jokowi pernah meninjau Waduk Marunda pada 6 Agustus 2014. Saat itu, Jokowi menyebut, pembangunan fasilitas taman Waduk Marunda dimulai pada 2015. Saat itu ada 7 hektar dari total 20 hektar lahan yang belum dibebaskan (Kompas, 7/8/2014).
”Tempat kami tinggal sekarang ini juga rencananya nanti dijadikan taman. Kami berharap, saat waduk ini selesai dibangun, kami masih tinggal di sekitar sini. Saya dan cucu-cucu juga mau menikmati taman ini,” kata Caslimah.
Baca juga : Berkelok-keloknya Penanganan Banjir Jakarta
Dari ingatan warga setempat, proses pembebasan lahan hingga pembangunan waduk sempat terhenti selama masa kepemimpinan sejumlah gubernur DKI Jakarta pasca-Jokowi. Pembangunan waduk baru kembali dimulai pada 2022 atau menjelang masa berakhirnya masa jabatan Gubernur Anies Baswedan.
Pembangunan waduk selama 2022 yang terlihat wujudnya antara lain pembetonan akses jalan ke wilayah RW 002 hingga perbaikan sejumlah infrastruktur waduk, seperti pembuatan jalan di area waduk hingga perbaikan timbunan tanah yang ambles.
Polder Marunda
Menurut Subkoordinator Perencanaan Bidang Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai Dinas SDA DKI Jakarta Putu Riska Komala P, pembangunan Waduk Marunda bertahap dimulai pada 2022. Kemajuan pembangunan telah mencapai 15 persen. Luas trase Waduk Marunda mencapai 65,1 hektar dengan area tampungan waduk seluas 39,9 hektar.
”Waduk Marunda termasuk satu kesatuan dengan Sistem Polder Marunda yang berfungsi menyelesaikan permasalahan banjir pada DAS Maruda,” ucap Riska, Rabu (8/2/2023), di Jakarta.
Luas area Polder Marunda mencapai 2.882,1 hektar. Adapun sistem penyelesaian komprehensif banjir di DAS Marunda dimulai dari Waduk Marunda, Waduk Rorotan, Waduk JGC 1, dan Waduk JGC 2.
Baca juga : Separuh Jalan Menata Sungai Ciliwung
Fungsi dari Waduk Marunda adalah memotong puncak banjir yang terjadi di badan air atau sungai. ”Konsep dasar waduk retensi adalah menampung volume air ketika debit maksimum di sungai. Nanti secara perlahan dialirkan ketika debit sungai normal. Pengoperasian waduk ini menggunakan sistem pompa dan pintu air,” katanya.
Pembangunan Waduk Marunda dalam jangka pendek diprioritaskan pada fungsi pengendalian banjir. Adapun pembangunan kapasitas tampung waduk ditargetkan rampung dalam lima tahun.
Ruang publik
Waduk Retensi Marunda, sesuai rencana induk, bakal dikembangkan pula sebagai ruang publik. Di sana bakal tersedia sarana rekreasi dan olahraga. ”Tujuannya untuk memberi kontribusi pada kawasan. Tidak hanya infrastruktur fisik, tetapi juga memberi dampak pada aspek sosial dan ekonomi,” kata Riska.
Fungsi infrastruktur pengendali banjir yang memberi dampak sosial dan ekonomi mulai terlihat di kawasan Tanggul Pantai Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Tanggul pantai itu panjangnya 3,5 kilometer dengan tinggi tanggul sekitar 1,5 kilometer dari permukaan tanah.
Tanggul Kalibaru, bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), sudah selesai terbangun. Fungsi utama dari tanggul itu menahan rob.
Fungsi itu sekejap mungkin mulai dilupakan warga. Sebab, saban hari warga antusias mengunjungi tanggul yang dilengkapi ruang terbuka, Taman Plaza Kalibaru, lintasan lari, hingga lapangan olahraga.
Pada Rabu (11/1/2023) pagi, misalnya, anak-anak di pesisir Kali Baru asyik bermain bola dan berkejaran di lapangan olahraga tersebut. Di tempat lain, ibu-ibu bersenda gurau hingga tertawa lepas di sekitar area taman.
Wajah pesisir Kali Baru kini berbeda. Kesan kumuh, becek, hingga bau amis sudah tak ada lagi di sana. Tempat pelelangan ikan yang berada tak jauh dari Taman Plaza Kali Baru pun kian bersih dan terawat.
Baca juga : Kesinambungan dan Komitmen Mengendalikan Banjir Jakarta
Kami makin nyaman, tambah bersih, jalan juga enak. Saya sekarang kalau ke pasar jalan kaki saja, hitung-hitung olahraga.
Sebagian perumahan warga yang menghadap ke laut atau dibatasi tanggul pantai pun lebih tertata. Ketika menjauhi Taman Plaza Kali Baru, sejumlah warga memanfaatkan ruang terbuka di tepi tanggul untuk menjemur ikan asin.
Di tempat itu pula kerap terdengar perbincangan antara warga dan tengkulak. Jika mereka sepakat, lembaran uang merah berpindah dari tengkulak ke tangan warga.
”Kami makin nyaman, tambah bersih, jalan juga enak. Saya sekarang kalau ke pasar jalan kaki saja, hitung-hitung olahraga,” kata Rasini (70), warga pesisir Kalibaru, Rabu (11/1/2023) pagi.
Meski kian nyaman, tak semua warga Kalibaru merasakan manfaat dari tanggul itu. Sejumlah nelayan pesisir Kalibaru mengeluhkan kesulitan akses saat membawa tangkapan dari laut.
”Kami harus keluar uang lagi untuk nyewa tukang pikul. Ini tanggulnya dibangun tanpa tangga,” kata Fendi (37), nelayan Kalibaru.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta warga setempat agar tanggul Kalibaru yang telah rampung dibangun dijaga jangan sampai rusak. Pemerintah akan berkonsentrasi melanjutkan pembangunan tanggul di lokasi lain di pesisir utara Jakarta, antara lain di Penjaringan, Muara Angke, dan Kali Adem (Kompas.id, 20/1/2023).
Secara keseluruhan, tanggul pengaman pantai yang harus dibangun untuk melindungi pesisir Jakarta dari rob mencapai 46 kilometer. Dari target itu, tanggul yang telah terbangun baru 13 kilometer.
Wilayah Jakarta Utara hingga 2023 masih belum terbebas dari rob. Permukiman kumuh pun masih jamak dijumpai di kampung-kampung Jakarta Utara. Namun, pelan tapi pasti, kehadiran infrastruktur pengendali banjir mengubah wajah pesisir Teluk Jakarta.