Program dari Pintu ke Pintu untuk Atasi Tengkes di Kabupaten Tangerang
Sebaran kasus tengkes di Kabupaten Tangerang paling banyak di wilayah utara. Jumlahnya mencapai 300 kasus per kecamatan. Gerilya dari pintu ke pintu ini akan melengkapi program peningkatan gizi dan kesehatan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Sejumlah 9.200 kasus stunting atau tengkes terdata di Kabupaten Tangerang, Banten. Program mengatasi dan mencegah dari pintu ke pintu akan bergulir sepanjang tahun 2023 supaya tak ada kasus baru.
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang mencatat penurunan tengkes dari 16.100 kasus pada 2021 jadi 9.200 kasus pada akhir 2022. Jumlah kasus gagal tumbuh kembang karena kurang gizi itu menempatkan Kabupaten Tangerang di posisi empat kasus terbanyak se-Banten.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang Hendra Tarmizi menyebutkan, program penangangan berdampak pada penurunan angka tengkes secara signifikan. Ke depan, penurunan mesti lebih cepat dengan lebih banyak turun ke lapangan, mengedukasi warga, dan melakukan revitalisasi posyandu.
”Petugas puskesmas dan kader posyandu bergerilya dari pintu ke pintu untuk sosialisasi dan pencegahan,” ujar Hendra, Selasa (7/2/2023).
Sebaran kasus tengkes di Kabupaten Tangerang paling banyak di wilayah utara. Jumlahnya mencapai 300 kasus per kecamatan. Gerilya dari pintu ke pintu ini akan melengkapi program peningkatan gizi dan kesehatan.
Hendra menambahkan, pencegahan tengkes juga akan melibatkan Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang untuk pembangunan fasilitas jamban layak bagi keluarga kurang mampu.
Merujuk data Kabupaten Tangerang dalam Angka 2022 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Tangerang mencapai 7,12 persen dari 3,2 juta penduduk. Jumlahnya naik seiring pandemi Covid-19. Ada 88.135 keluarga tergolong fakir miskin.
Pemkab Tangerang, melalui program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh, dan Miskin atau Gebrak Pakumis, menargetkan bedah 1.000 rumah tak layak huni pada tahun 2023. Rumah tidak layak huni ini dibedah secara menyeluruh, termasuk dilengkapi fasilitas mandi, cuci, dan kakus.
Program terpadu
Wilayah tetangga, di Kota Tangerang, turut menyiapkan strategi agresif agar tengkes kian turun. Pemkot Tangerang menyiapkan integrasi seluruh program penanganan tengkes. Saat ini angka tengkes sebesar 11,8 persen atau turun dari 15,3 persen.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Tangerang Jatmiko menuturkan, sudah ada 754 tim pendamping keluarga yang tersebar di 13 kecamatan. Tim terdiri dari kader PKK, tenaga kesehatan, dan kader keluarga berencana. Mereka menyasar keluarga berisiko tengkes, seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu dalam masa nifas, bayi dua tahun dan bayi lima tahun.
”Kami fokus pada pencegahan dan pola asuh untuk perbaikan asupan gizi dan infeksi shingga tengkes tertangani dan tidak bertambah,” ucap Jatmiko.
Selain itu, bergulir promosi dan konseling menyusui, pemberian makanan bayi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, sumplemen gizi makro, suplemen tablet penambah darah, suplemen ibu hamil, vitamin A, kalsium dan zink, serta fasilitas pos gizi.
”Kami integrasikan data sasaran, penanganan secara medis, dan peningkatkan kualitas kesejahteraan sehingga bisa terpantau,” katanya.